Tigapuluhlima

1.9K 202 8
                                    

Gue lagi duduk di kursi makan. Sebenernya udah selesai makan. Tapi, gue berangkat bareng Bang Yeol dan terpaksa gue harus nungguin dia selesai makan.

Papa lagi bersihin motor sedangkan Mama lagi nyuci. Di rumah gue emang gak pernah pake Asisten Rumah Tangga. Jadi, semuanya sesuai kesadaran diri masing-masing aja.

"Eh, lo kemarin pulang sama Sehun?" Tanya abang.

"Tau dari mana?" Balas gue balik bertanya.

"Dia nge-chat gue" Jawab Bang Yeol.

"Lo udah tau kalo satu kantor sama Sehun?" Tanya Chanyeol lagi.

"Lo kok gak bilang-bilang sih sama gue kalo kantor itu punya Kak Sehun?!" Omel gue.

Bang Chanyeol bungkam. Lalu melanjutkan kegiatan mengunyahnya. "Hehe" Cuman itu yang dia keluarin.

"Sebel banget gue, ah. Baru kerja udah gak betah duluan!" Kata gue frustasi.

"Jangan gitu, Na. Sekarang susah kalo mai nyari kerjaan" Balas Bang Yeol.

"Ya nikah aja mendingan"

"Gaya lo kayak udah ada pasangan. Itu, si Sehun masih nunggu. Susah buat lo cari pasangan" Kata Bang Yeol. Gue mendesah pelan. Udah terlanjur emosi gue.

"Udah yuk, berangkat" Ajak Bang Yeol sembari berdiri dan ngambil tas ranselnya lalu jalan ke mobil.

🐺🐺🐺

Sesampainya di ruangan, gue harus menghadapi berkas-berkas banyak. Ini kerjaan gue, terus kerjaan Sekretaris Jung juga. Asal gaji gede dan gak ketemu Kak Sehun, gue gak masalah. Tetap bahagia.

Gue belum sempat cerita sama keluarga kalo gue naik jabatan dalam jangka waktu cepat. Ya, nanti aja lah.

Jam dinding di ruangan ini menunjukkan pukul 1 siang yang berarti jam istirahat. Gue untungnya udah menyiapkan bekal yaitu roti bakar dengan selai coklat. Gue membuka tempat makan lalu melahap roti bakar itu. Karena gue pengen mempercepat pekerjaan, ya gue makan disambi ngelanjutin ngurusin kerjaan lagi.

Gak lama, makanan gue udah habis. Tanggungan gue tinggal dikit. Tapi kayaknya gak mungkin kerjaan ini selesai hari ini juga oleh tangan satu orang. Gue kalo kayak begini cuman mikirin kerja, kerja, kerja. Setelahnya, pulang.

"Sudah selesai?—Wah, cepat sekali. Pekerjaannya tinggal sedikit" Gue menoleh dan mendapati Sekretaris Jung yang duduk di kursinya.

"Ahaha, secepat kilat" Balas gue.

"Oh iya, nanti Wakil Ketua akan segera kembali. Kau disuruh menghadapinya nanti" Ujar Sekretaris Jung membuat gue membelalakkan mata.

"Mau ngapain?" Tanya gue. Sekretaris Jung menaikkan kedua bahunya tanda tak tahu.

Gue menghembus nafas kasar. Udah seneng gue gak ketemu dia. Sialan.

"Untuk pekerjaan lainnya nanti, serahkan kepadaku saja, ya" Ujar Sekretaris Jung lagi dan gue hanya tersenyum masam.

Setelahnya, gue kembali mengurusi kerjaan. Gak lama, Kak Sehun datang dan langsung masuk ke dalam ruangannya tanpa sedikit-pun menoleh.

"Itu, si bos. Buruan kamu ke sana" Suruh Sekretaris Jung. Gue langsung berdiri dan melangkah menuju ruangannya.

Ini tangan gue baru megang knop pintu udah kayak bor duluan. Getar terus.

Gue memberanikan diri lalu masuk ke dalam. Mendapati Kak Sehun duduk di kursi kebesarannya. Gue menatapnya sedikit sungkan. Dengan tiba-tiba, Kak Sehun mengambil remote lalu menekannya. Seketika kaca ruangannya yang awalnya bening menjadi gelap karena tertutup sesuatu. Gue kaget.

"Ini maksudnya apaan?" Tanya gue.

"Oh, gak masalah. Duduk" Balas Kak Sehun tiba-tiba. Gue mengikuti interupsinya.

"Ada apa, Pak?" Tanya gue.

"Besok, kamu datang ke rumah saya" Jawab Kak Sehun.

"Untuk?"

"Pagi. Sebelum jam kerja biasanya" Jawab Kak Sehun lahi dan gue menganga.

"Oh, ya" Balas gue.

"Gaji kamu akan dinaikkin" Ujarnya.

"Iya. Wajar itu, Pak. Kan saya juga makin disusahin begini" Balas gue.

Wajah Kak Sehun berubah masam seketika. "Sekarang, kamu bisa keluar ruangan saya" Kata Kak Sehun membuat gue berdiri.

Waktu gue membalikkan badan, Kak Sehun memanggil gue lagi.

"Ini, ada sesuatu" Katanya sambil memberikan sesuatu ke gue.

"Gembok mau buat apaan?" Tanya gue santai banget nadanya.

"Ini ada maknanya, Na. Kamu kasih kertas yang dibolongin, terus tulis siapa yang ingin kamu simpan dalam hati kamu nanti" Jelasnya.

"Oh. Saya gak mau inget-inget siapapun" Balas gue.

"Ambil aja. Bisa buat pajangan" Katanya memaksa. Gue juga terpaksa mengambil benda itu. "Terima kasih" Kata gue lalu mengantongi benda itu di kantong dan pergi dari tempat itu.

Kak SehunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang