Limapuluhdelapan

2K 168 5
                                    

Chanyeol dan Rose masih berada di Bali sampai Isyana kembali. Kebetulan saja, Chanyeol memiliki cuti selama 3 bulan. Setidaknya itu cukup membantu orang tuanya sedikit untuk membuat putri bungsu mereka kembali.

Suasana di wilayah Denpasar tak pernah sepi. Walau kediaman Isyana sudah masuk gang yang lumayan jauh dari jalan raya, tetap saja terasa begitu ramai. Maklum, namanya juga kota besar.

Guanlin sudah tidur ditemani Rose yang menepuk punggungnya pelan berkali-kali. Saat ini, Rose lah yang menjadi andalah Guanlin. Sedangkan Chanyeol, ia sibuk menghubungi ibunya yang mungkin saja sedang mengurus anaknya dengan susah payah. Ya, anaknya Chanyeol dan Rose yang masih kecil bahkan lebih kecil dari Guanlin itu dititipkan kepada neneknya—ibunya Chanyeol— dan kadang kala ibu dari Rose yang gantian mengurus anaknya Chanyeol.

Isyana sedang menyapu teras. Ia tidak sendirian. Ada Sehun yang memang sejak sore di sini. Sehun memandangi calon istrinya yang sedang menyapu. Ia berdiri di ambang pintu sambil bersedekap dada.

Isyana yang sudah selesai dengan aktivitasnya pun menatap Sehun dengan wajah datar. Niatnya yang ingin segera masuk pun seketika lenyap. Ada yang perlu ia lakukan setelah ini.

"Duduk sana" Suruh Isyana pelan. Sehun terlihat bingung. Karena biasanya Isyana tidak mau berbicara kepadanya. Namun demikian, Sehun mau dan menuruti perintah Isyana. Ia duduk di kursi teras berwarna putih yang cukup klasik, begitu juga dengan Isyana. Mereka sama-sama menatap lurus ke depan dengan suasana canggung di tengahnya.

Isyana bingung, harus memulai seperti apa dan bagaimana. Sudah lama tidak bercengkrama dengan pujaan hatinya yang ternyata juga menyakiti hatinya sendiri.

Sesekali, Sehun melirik ke arah Isyana. Ia penasaran, apa yang ingin dibicarakan oleh Isyana.

"Malam ini cukup cerah—"

Kalimat itu lolos dari mulut Sehun karena ingin memecah keheningan. Isyana hanya berdeham.

"—tapi gerah" Lanjut Sehun.

"Iya" Jawab Isyana.

"Kamu mau ngomong apaan?" Tanya Sehun.

"Hah? Kamu? Aku-kamu nih ceritanya?" Balas Isyana sambil tertawa mengejek.

"Lah, kenapa?"

Isyana menggeleng, "Gak" Jawabnya.

"Ih, gak jelas" Sehun bergeming.

"Gak jelas gini juga aku yang ngelahirin anakmu, tau?" Celetuk Isyana asal.

Sehun bungkam. Isyana masih sama, cukup frontal dalam berkata-kata. Seperti saat ini. Memang fakta, tapi sangat menamparnya. Bahkan nada bicara Isyana seakan-akan menyindir Sehun sendiri. Jujur saja, Sehun tidak ingin kisah cintanya jadi serumit ini. Ya, tetap saja, dia sendiri yang buat kisahnya menjadi begitu rumit seperti ini.

"Aku mau nanya. Kamu sakit hati?" Tanya Sehun.

"Sakit?" Tanya Isyana balik.

Sehun mengangguk, "Karena aku" Lanjutnya.

Isyana terdiam sebentar, lalu menjawab, "Ya, bisa dibilang" Jawab Isyana.

Sehun menghela nafas kasar. Ia menatap lekat Isyana lagi. "Aku tau ini salahku. Semuanya, dan malah biarin kamu gitu aja. Aku minta maaf sebesar-besarnya sebagai pria gak tau diri dan jahat seperti aku. Tapi tolong, buang sakit hati kamu dan biarkan aku kembali lagi ke dalam hidupmu" Balas Sehun dengan suara gemetar. Pertama kalinya Sehun seperti ini.

"Aku juga mau bilangin masalah ini" Ujar Isyana.

Sehun terlihat bingung dengan apa yang dikatakan Isyana. Ia butuh penjelasan yang lebih lagi.

"Selama ini, kamu ada hubungan sama perempuan lain?" Tanya Isyana.

Sehun menggeleng, "Aku udah pernah bilang, sejak kamu pergi dan gak tau kemana, aku buta arah. Aku gak tau harus ngapain dan aku rasanya pengen mati" Jawab Sehun.

"Hey! Mati mati, emang udah aku maafin?"

"Kan cuman pengen. Gak mungkin kalo aku mati beneran, Na. Kasian anakku"

"Najis"

"Tapi, sejak ketemu kalian berdua, aku seneng banget. Aku bisa merasakan gimana jadi ayah dan setidaknya, aku bisa menyayangi kalian lagi. Hidupku udah gak se-lempeng dulu" Lanjut Sehun.

"Aku udah mempertimbangkan semuanya, Kak" Ujar Isyana.

Mata Sehun berbinar mendengarkan ucapan Isyana.

"Aku siap nikah dan hidup bersama kakak. Dan secepatnya pun gak masalah. Aku kasihan sama orang tuaku dan Guanlin. Terutama ibuku, yang mau lihat kamu bertanggungjawab dan aku rasa mereka begitu sedih melihat anaknya yang seperti ini" Jelas Isyana membuat Sehun menahan senyumnya.

"Serius, Na?" Tanya Sehun.

Isyana mengangguk mantap. "Aku serius. Ini aku pertimbangkan karena melihat orang di sekitarku dan karena Bang Chanyeol. Bukan karena keinginanku sendiri atau perasaan"

Sehun kembali tertampar. Baginya, perasaan Isyana terhadapnya saat ini memang bisa dibilang sedikit memudar. Tapi, itu wajar karena Sehun sendiri yang membuatnya. Setidaknya, Isyana sudah mau diajak memperbaiki bersama. Setidaknya, Sehun dibukakan jalannya untuk membuat Isyana kembali mencintainya seperti dulu.

"Terima kasih, Isyana. Aku tetap cinta sama kamu dan saat ini, aku juga mencintai Guanlin sebagai anakku" Balas Sehun.

Kak SehunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang