Pertemuan antara Chanyeol, Sehun dan Isyana membuahkan tangis Guanlin yang pecah karena tidak ingin digendong Chanyeol yang tak lain adalah pamannya sendiri. Tahu sendiri wataknya Chanyeol seperti apa, ia tetap merayu Guanlin walau sudah menangis.
"Najis, sok banget keponakan gue" Gumam Chanyeol. "Awas, balik dari sini kagak gue kasih uang lo mampus" Lanjutnya sampai mendapat tamparan dari Rose.
"Kok berani banget ngomong kasar di depan anak kecil?" Omel Rose membuat Chanyeol menyengir.
"Maaf"
"BUNDAAA BUNDAA HUWAAAA!"
"Udahan dong, Nak. Nanti ayah pukul nih Om Chanyeol nya, ya. Nih, PLAKK!" Sehun berusaha menenangkan putra semata-wayangnya dengan menepuk tangannya sendiri.
"Gak mau. Aku mau pulang" Protes Guanlin.
"Rumah kamu emangnya dimana, sih?" Tanya Isyana.
"Di sini"
"Keponakan aku kok gini amat, ya?" Celetuk Chanyeol.
"Berisik lo" Omel Sehun.
"Ya Tuhan, daritadi aku di sini dimarahin mulu" Ujar Chanyeol mengeluh.
"Udah deh, Chan. Gak usah sok teraniaya kamu" Balas Rose.
"Iya deh, iya"
"Guanlin bobok di kamar aja, ya? Pasti capek tadi jalan-jalan sama ayah. Iya, kan?" Tanya Isyana yang diangguki Guanlin. Setelah itu, Isyana membawa Guanlin ke kamar.
Chanyeol, Rose beserta Sehun duduk. Suasana canggung pun mulai menyergap ruangan ini.
"Jadi, udah lama interaksi lo sama keponakan gue itu dimulai?" Tanya Chanyeol memecah keheningan.
"Hemm, bisa dibilang begitu" Jawab Sehun dingin.
"Hubungan kalian udah keliatan bagus banget dari awal. Gue pribadi seneng ngeliatnya. Setidaknya, Guanlin udah tau ayahnya siapa" Lanjut Chanyeol.
"Kalo boleh tau, Sehun kan jelas gak mungkin tinggal satu atap sama Isyana. Kamu bakal bilang apa ke Guanlin misal di nangis pas kamu tinggal?" Tanya Rose ikutan nimbrung.
Sehun terlihat sedang memikirkan jawaban.
"Pernah dia nangis. Tapi, gue tetap bilang kalo keluar untuk nyari duit dan bisa kasih dia susu, jajan dan lainnya. Dia kadang nangis, kadang juga biasa aja. Namanya juga anak kecil. Tapi, gue sendiri yang pas sampai di hotel, kangen Guanlin dengan sendirinya"
"Namanya juga seorang bapak, Hun. Gue juga pas ada kunjungan luar kota, lama, bakal kangen anak istri"
"Istri ya.." Gumam Sehun.
"Lo apa kabar sama Isyana? Bener-bener belum ada perkembangan?" Tanya Chanyeol.
Sehun hanya mengangkat kedua bahunya sebagai jawaban.
"Lo tuh harus nanyain dia mulu. Kasih perhatian buat dia biar percaya kalo lo emang serius"
"Gue juga udah kasih perhatian, peduli juga sama mereka"
"Lo lebih peduli sama si Galon, Hun"
"Sembarangan. Anak gue namanya Guanlin. Bukan galon" Protes Sehun.
"Ya udah, pokoknya itu. Habis gue susah banget nyebut namanya"
"Masih kurang kah perhatian gue?"
"Banyak, Hun. Lo butuh banyak koreksi dan revisi" Jawab Chanyeol.
"Ngomongin apaan kalian? Rame banget. Guanlin udah tidur, jangan kencang-kencang kalo ngomong" Celetuk Isyana yang tiba-tiba duduk di samping Rose. "Ih, lo. Duduk sana sama bapaknya anak lo" Omel Chanyeol.
Isyana menatap sinis Sehun lalu mendecih, "Males" Balasnya.
"Segitunya lo kesel sama Sehun? Inget ya, Na, dia—"
"Salah dia kenapa selama hampir 5 tahun, diem aja"
"Na, Sehun gak diem aja. Selama itu dia bingung dan takut. Mempersiapkan diri untuk menerima segala resiko itu butuh waktu lama. Itu yang harus kamu tau" Ingat Chanyeol lagi.
Isyana terdiam. Tidak ada jawaban lain. Dia masih sakit hati dengan Sehun.
"Aku cinta sama kamu, Na. Tolong, menikahlah bersama ku" Ujar Sehun memohon.
Isyana sama sekali tak menatap Sehun. Ia memilih menunduk.
"Gue tau perasaan lo ke Sehun kayak apa, Na. Tapi, coba deh, pinggirin dulu ego lo dulu. Lihat Guanlin yang masih butuh seorang ayah" Ujar Chanyeol.
"Isyana..." Panggil Sehun pelan.
"Gak tau. Gue pusing kalo disuruh bahas beginian" Jawab Isyana. "Kak Rose, ayo ke dapur. Aku mau masak, nih" Ajak Isyana ke Rose.
"Sabar ya, Hun. Kejar terus" Chanyeol menepuk bahu Sehun, ia menguatkan sahabatnya itu. Sehun hanya mengangguk lemas.