Is that you?

67 8 0
                                    

Damian tidak tahu kejadian ramai apa yang terjadi di belakang gedung-gedung bangunan tua itu terlalu banyak orang bergerombol dan polisi disana bahkan sesekali dia mendengar suara tembakan pistol.

Tanpa disadari tangannya bergerak memegangi dadanya, ada apa ini? dia merasa gelisah juga khawatir tapi egonya terlalu tinggi dia tak mungkin pergi kesana dan melihatnya kan... untuk apa dia mengkhawatirkan kejadian yang tidak penting. Tujuannya pulang bukan untuk itu dia sudah mendapat jejak orang yang selalu dicarinya selama ini.

"Apa ada terorist yang menyerang? Kenapa polisinya sampai sebanyak itu" Gleen berhasil membuyarkan lamunannya.

Damian hanya menatap datar dikaca. Masa bodoh dengan kejadian itu. Pikirannya sudah dipenuhi hal-hal lain.

"Damian?" Gleen melirik sekilas sahabatnya.

"Hmm?"

"Kau tidak tertarik untuk melihatnya?" masih dengan wajah tanpa ekspresi Damian menatap lurus dikaca atas yang terpantul wajah Glenn memegang kemudi disana.

"Kau ingin melihatnya?" Gleen terkikik geli. Tidak disangka wajah pria itu masih sama seperti dulu, dingin bin cuek.

"Memang kamu tidak penasaran apa yang terjadi disana?" Gleen masih mencoba menahan tawanya. Jika Damian tahu dia pasti marah.

"Kalau hal itu membuatmu tertarik, pergi sendiri saja sana tonton sesuka hatimu biar aku bawa sendiri mobil ini" ucapnya cuek. Pandangannya masih tertuju pada kerumunan orang diluar. Gleen semakin tertawa keras.

"Tentu saja itu akan menarik sekali melihat kasus apa yang terjadi"

"Jangan banyak bawel cepat nyalakan mesinnya dan kita pergi" perintahnya.

Glenn punya ide cemerlang melihat sahabatnya itu sedang bad mood dia berniat melakukan aksinya.

"Adduhhh!" rintihnya sembari memegang perut.

Dia membuat ekspresi sejelek mungkin diliriknya Damian dari kaca atas dan ternyata pria itu terpancing juga.

"Kenapa?"

"Pe-perutku tiba-tiba saja sakit" Damian memejamkan mata sejenak kemudian menghela nafas.

"Adduhh...beneran tidak tahan mules banget...urrgghh" Ya Tuhan inilah sifat yang tidak disukai tentang Gleen. Damian memijit pelipisnya disandaran kaca mobil dan tersenyum kecut.

"Cepat pergi sana!" Gleen nyengir menoleh sekilas.

"Jangan kemana-mana tunggu sebentar saja yaa..kalau tidak betah ikut keluar sekalian saja" Sungguh jika Gleen bukan teman baiknya bisa saja dia akan mencekik lehernya.

kepalanya terlalu pusing, banyak beban pikiran yang ditanggung Damian. Dia hanya ingin cepat sampai ke apartemennya dan beristirahat disana. Sudah sepuluh menit tapi Gleen masih belum nongol mau tak mau Damian memilih keluar mobil dan melihat keadaan sekitar. Banyak sekali wajah sedih disini.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Damian pada seseorang ibu-ibu.

"Akhh ada perkelahian antar geng"

"Geng?" ulang Damian dahinya berkerut. Masih sempat ada perkelahian antar geng didaerah kecil ini.. Pikir Damian heran.

"Iya mereka ini kabarnya geng paling kuat dan ditakuti orang-orang sekitar dan karena adanya konflik mereka berkelahi biasa merebutkan wilayah sampai banyak berjatuhan korban ehh sekarang malah tercium polisi" dari sana Damian bisa mengerti pokok permasalahan kejadian ini.

Damian berniat pergi ke minimarket dekat sana untuk beli minuman sesudah itu dia keluar membuka minuman itu meminumnya hingga habis dan membuang kesampah disamping minimarket itu, begitu terkejutnya dia melihat mayat.. bukan lebih tepatnya seseorang terbaring lemah disana.

Please, Choose Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang