Disaster

7 1 0
                                    

Mereka tiba disebuah Mall terbesar di Kota. Damian keluar dan ganti membuka pintu Adelia bersama Fiona yang kegirangan melompat lebih dulu.

"Astaga Fiona hati-hati... Kamu bisa jatuh!" Gerutu Damian. Untung saja dia memegang kedua tangan gadis itu,  kalau tidak bisa tersandung jatuh nangis.
"Ahh maafkan aku Damian, aku tidak tahu kalau dia lompat tadi"
"Aku tidak menyalahkanmu" tatapannya beralih kepada adeknya yang mendongak takut.
"Ma-mafkan Fiona kak"

Damian menghela nafas dan mengelus puncak kepalanya. Fiona sedikit menundukkan kepala dengan mata melirik takut. Ia merasa yang dilakukan salah dan membuat kakaknya kesal.

"Jangan diulangi lagi"

Adelia menggandeng tangan Fiona sembari memandang lelaki itu.

"Apa?"
"Cihh.. Kalau kamu punya anak nanti pasti bakal jadi ayah yang ketat dan galak"
"Aku tidak akan menjadi ayah seperti itu"
"Yah kita lihat saja nanti" kini Damian memandangnya penuh arti.
"Apa itu artinya kamu mau menikah denganku?" Tidak menyangka Damian akan bertanya tentang masalah itu dan lagi-lagi pria itu menyinggung soal pernikahan.
"A-apa? A-aku tidak tahu!"

Ia tertawa melihat ekspresi Adelia yang bingung menjawab dan pipinya yang merah merona.

Mereka pergi ke arcade mengajak Fiona untuk bermain segala macam permainan. Mulai dari melempar bola, tembak menembak, menyetir mobil-mobilan hingga mengambil boneka di dalam kaca. Semua dilakukan demi Fiona agar bisa tersenyum bahagia. Damian juga ikut menikmati semua permainan yang Fiona inginkan dan pergi ke bagian toko boneka.

Damian membelikan beberapa boneka Barbie baju-baju yang lengkap. Fiona sudah punya rumahnya sekarang dia ingin menambah koleksi karakter dan gaun yang indah.

"Terimakasih ya Kak Damian!"
"Sama-sama sayang"

Damian menunduk menyeimbangkan tubuhnya dengan tinggi Fiona dan gadis itu mengecup pipinya. Adelia tersenyum senang melihat pemandangan yang mengharukan.

Damian beranjak dan mengambil sebuah boneka berbentuk monyet besar di rak atas. Boneka itu sudah dari tadi menarik perhatiannya.

"Ini untukmu" Dia menyerahkan boneka itu kepada Adelia. Gadis itu agak bingung sembari mengerjapkan mata seperti orang bloon.
"Kenapa monyet?"
"Dia mirip sepertimu" ejeknya seperti biasa.

Yahh.. Adelia sudah biasa dijuluki Damian monyet tapi tidak disamakan juga dengan boneka berwajah monyet! Astaga sebegitu sempitnya pemikiran Damian memandang kecantikannya!

"Bisa tidak kau memilih boneka yang lebih bagus dari ini?"
"Wahh boneka Uuu-Uuu-Aaa yaa! Lucu sekali Kak Adel..." Malah bocah kecil disisinya tertawa girang. Apanya bagus...
"Tuhh Fiona aja suka, diakan lucu menggemaskan pfftt" tawanya.

Kesempatan sekali ya.. Adelia tahu Damian sengaja menyindir itung-itung mejahilinya kan. Padahal dia dengan monyet tidak ada mirip-miripnya. Rabun banget mata Damian ya.

"Ya-yaudah terserah" Meski Adelia memasang wajah cemberut dia tetap mengambil boneka itu dan dipeluknya. Dia kan tidak tega ngelihat wajah Fiona sedih kalau pilihan kakak tersayangnya tidak dihargai. Damian selalu hobi ngajak berantem.

Setelah berputar-putar cukup lama mereka masuk disebuah restoran jepang yang terkenal di mall tersebut. Adelia merengut melihat macam-macam menunya. Namanya saja susah diingat apalagi bentu makanannya serta rasanya.

Damian tanpa menawarkan atau memberitahu detailnya langsung memesan beberapa menu. Astaga... Belum juga Adelia melihat semua menu dan melihat gambar bentuk makanannya sudah asal pesen aja. Menyebalkan!

"Ihhh kamu gila ya, belum juga aku melototin gambar udah dipesen makanannya"
"Percuma nungguin kamu, sampai besokpun kita tidak makan-makan"
"Fiona lapar kak"
"Iya sebentar lagi datang, sabar ya"

Please, Choose Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang