Break Heart

11 0 0
                                        

(Damian POV)

Tatapanku kosong menatap jalanan ramai dengan kendaraan umum. Kuremas erat stir mobil sampai buku jariku memutih. Kejadian di kampus tadi terus terngiang-ngiang di otakku. Sampai meeting antar dosen pun aku tidak konsentrasi sama sekali. Ini bukan sepertiku... aku tak pernah melakukan kesalahan sekecil apapun dalam hidupku. Tapi karena dia, pikiranku jadi kacau balau.

Beberapa jam yang lalu setelah mengajar kelasnya, aku tidak menyangka bahwa Adel sampai mengejar ke ruanganku. Dia terus meminta penjelasan dan merasa bersalah, sampai minta maaf. Gadis yang penuh harga diri tinggi itu mau meminta maaf... meskipun begitu dia tidak bersalah... ini semua salahku. Karena aku yang menemukanmu jadi kau terseret kedalam permasalahan rumit didalam kedua keluarga.

Damn it!

Sebetulnya aku marah kepadanya bukan karena dia tak cerita mengenai acara tunangan mendadaknya. Itu hanyalah alasan yang kubuat untuk menghindar dan menyalahkan diriku sendiri. Aku sudah tahu jika Daniel bertindak dengan mengambil cara termudah mengambil hatinya. Yaitu mengikat dengan pertunangan bodoh itu. Membuat keluarga Adelia berada dipihaknya dan menyingkirkanku secara perlahan.

Sudah kuperkirakan semua tindakannya. Karena aku tahu persis wataknya, karena kita saudara kembar! Shiitt...

"Maafkan aku Adel..."

Aku memukul stir melampiaskan kekesalanku sampai bel mobil berbunyi membuat beberapa mobil disekitar tak terima.

A broken heart? Stupid..

Gleen selalu memberikan informasi yang terjadi di rumahku. Dia memang orang suruhan dad tapi, Gleen sepenuhnya setia kepadaku, karena dia teman masa kecilku. Tentu saja aku tidak kaget ketika Gleen memberi informasi tentang pertunangan Adel dan Daniel. Setelah kabar itu, aku ditelpon oleh dad untuk pulang ke rumah. Ya aku tahu kalau pak tua itu pasti menghubungiku dan seenaknya menyuruhku pulang ke rumah.

Eddy yang pertama kali menyapa dengan binar diwajahnya.

"Selamat datang kembali tuan Damian, saya senang anda bisa kembali kesini" aku membalas senyumannya.
"Thanks Ed, bagaimana keluargamu?"
"Mereka baik-baik saja, terimakasih sudah bertanya tuan"
"Bagaimana dengan Fiona?"
"Nona Fiona juga baik, tadi nona bermain di rumah temannya" senyuman semakin mengembang dibibirku.
"Antarkan aku ke tempat dad"
"Baik tuan"

Sudah lama sekali semenjak aku menginjakkan kaki di rumah sebesar ini. Rumah yang memberikan banyak kenangan pahit. Aku merasa asing berada di rumah ini. Ketika Eddy mengantarku dilorong, aku melihat masih banyak pigora photo keluarga kita, hingga photo semua keluarga kakek dan nenekku hingga buyut pun ada. Tentu saja silsilah keluarga Rutherford yang terhormat dan bermartabat tinggi akan selalu terpampang manis di setiap tembok bangunan rumah besar ini.

Meski seterhormat apapun kalau keluarga ini tidak menghendaki anak kembar tetap percuma saja. Benar-benar membuatku semakin muak...

Kita berhenti di sebuah dua pintu berwarna coklat tua besar. Eddy mengetuk pintu sebentar meminta izin kepada sang pemilik. Tentu saja aku mendengar suara lantang khas Drake Rutherford. Aksen bahasanya yang agak kaku sesuai dengan wataknya. Ketika aku masuk untuk menemuinya, Eddy undur diri.

Seperti biasa dia membelakangiku sembari menyesap cangklong berhiaskan emas kesayangannya. Sudah jaman semodern ini dia masih saja memakai benda kuno itu. Aura yang dipancarkan sudah semakin jelas, bahwa dia orang yang berkuasa.

"Bagaimana kabarmu anak tengik?" Aku menghela nafas. Cara penyampaiannya pun masih seperti dulu.
"Seperti biasa"
"Kau tidak gantian bertanya kepadaku?" Senyuman mengejek yang sama.
"Cepat katakan apa maumu?"
"Hahahah kau tidak sabaran sekali ya... jauh berbeda dari adikmu"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 19, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Please, Choose Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang