You and Me

18 2 0
                                    

"Tidak peduli siapapun kamu, perasaanku tetap sama seperti dulu. Aku sangat mencintaimu..."

Aku memanggil taksi dan masuk. Aku menutup mulutku menahan gejolak perasaanku. Akhirnya satu air mataku menetes membayangkan ekspresi sendu dan terluka serta pernyataan cintanya kepadaku.

"Aku juga mencintaimu Damian"

Aku memang wanita egois yang tak berani membalas perasaan tulus yang diberikannya.
Wajahku mungkin sudah tak karuan karena supir taksi tadi terus menanyai keadaanku. Aku tidak peduli, mau mataku kayak panda atau bibirku pucat seperti mayat yang kuinginkan saat ini bertemu Rianna. Meski beberapa hari lalu kita sudah bertemu di cafe. Kali ini dia yang memanggil duluan.

Gadis itu pasti memiliki masalah yang lebih buruk.

Berada di komplek apartemen elit, kucari nomer pintunya kupencet pintu apartemennya. Ini kedua kalinya aku berkunjung. Yang pertama aku merasa tak nyaman karena ada El yang terus menatapku tajam. Dia pikir aku hama kali ya, sampai sewaspada itu dengan keberadaanku.

Dasar laki-laki paranoid!

Pintu terbuka menampakkan Rianna yang berpenampilan jauh lebih berantakan dibanding aku. Dia memakai daster rumahan dengan rambut terurai pendek. Wajah polos pucat dengan lingkaran hitam dibawah mata.

"Astaga Rianna.. Kamu memotong rambutmu?"

Rianna celingukan dan menarikku untuk segera masuk kedalam.

"Ka-kamu baik-baik saja?" Masih betah berdiam diri. Dia menuntunku untuk duduk di sofa tengah.
"Aku buatkan teh ya"
"Tidak usah. Kamu pucat Rianna.. Kamu sakit?"

Rianna hanya tersenyum lemah kemudian pergi ke dapur.

Baru kali ini aku melihatnya berantakan. Dia seperti kondisi orang yang bosan hidup! Aku takut dia kenapa-napa. Rianna yang sering kulihat selalu berdiri elegan di atas red carpet
dengan tubuh tinggi semampai sambil berjalan meliuk-liuk indahnya. Sekarang dia seperti tidak teruurus!

Rianna kembali membawa nampan berisi kedua minuman secangkir teh hangat dan segelas susu hangat.

"Kamu baik-baik saja?"
"Iya aku baik."
"Apa yang terjadi?"

Rianna duduk disampingku menghela nafas lelah.

"Aku mohon jangan kaget mendengarnya ya, sebenarnya..." Ia menautkan jemari dipangkuannya. Pasti sesuatu telah terjadi.

"A-aku hamil Adel"

*DEG*

Whhat??? Mataku terbuka lebar sama halnya dengan mulutku.

"Apa? Be-benarkah kamu hamil Rianna?!!" Dia mengangguk. Aku bingung harus menanggapi apa.

"Ba-bagaimana bisa... Apakah karena El?"

Tubuhnya menegang, sudah kuduga akan seperti ini.

"Jangan bilang kepada siapapun. Aku mohon.. "
"Kamu sudah bilang kepadanya?" Dia menggeleng.

Gilak... yang benar saja El Gerraldo menghamili Rianna. Kenapa dia mau aja sih!

"Dia yang menghamilimu. Dia juga yang harus bertanggung jawab! Sejak kapan kamu tahu kalau hamil?"
"Tiga hari yang lalu, aku memakai testpack dan hasilnya positif. Aku tak tahu lagi harus bagaimana Adel"
"Jadi kalian sering melakukan sex?"

Kebiasaanku bertanya frontal tapi aku ingin tahu kenapa wanita cerdas seperti Rianna sampai kebobolan?!

"A-aku..."
"Apa dia yang memaksamu untuk melayaninya?!"
"Bukan begitu Adel.. A-aku juga menginginkannya.. Itu karena aku mencintainya"

Please, Choose Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang