pd 5

5.5K 158 11
                                    

Sudah sejak tadi Nana duduk di taman yang bahkan matahari saja belum menampakkan dirinya.entahlah pikirannya begitu kalut, serasa beban yang berton-ton menghantam dirinya secara bersamaan.bahkan angin dingin yang begitu menusuk kulit pun tak sedikit ia hiraukan.hanya ditempat ini ia bisa tenang, setidaknya otaknya bisa bekerja normal untuk sementara.
"Ada apa?"tanyanya dengan suara bariton khas miliknya
"Uncle tidak tidur"
"Jangan mengalihkan"ucapnya duduk disebelah nana
"Apakah dia pantas"
"Sepertinya pria yang baik dan begitu mencintai mu"
"Jadi tidak salah kan jika aku melindunginya"
"Apapun itu, lakukan yang menurut mu baik..ingat uncle disini selalu mendukungmu, katakan pada uncle apa yang bisa uncle bantu"ucapnya memeluk Nana.
"Terimakasih uncle.. berikan ini padanya jika suatu hari nanti ia datang mencari ku..uncle simpan ini baik baik"
"Kenapa tidak kau berikan langsung padanya"
"Hanya jika ia mencari ku saja suatu saat nanti bukan sekarang"
"Baiklah... baiklah..ingin uncle buat kan sesuatu"
"Tidak usah,aku akan pergi ada hal yang harus segera kulakukan"
"Bagaimana dengan pria itu"
"Biarkan ,katakan kalau aku ada urusan..berikan ini padanya dan suruh ia membukanya dirumah.dan ingat uncle suruh ia pulang tanpa menunggu ku.aku pergi dulu.dan jangan bertanya mengapa"ucap Nana memberikan sebuah kotak
Begitulah Nana , bukannya tak punya perasaan tapi ia harus tak punya perasaan disini mulai sekarang atau segala hal yang sudah ia susun matang gagal begitu saja.lebih baik ia dikata orang jahat,kejam atau apalah asal bukan orang yang ia sayangi yang akan ikut celaka jika disampingnya.biarlah, daripada dendam atas kesalahpahaman ini berlanjut terus.
* * *
Mentari telah meninggi, sinarnya yang begitu terang menerobos masuk dari celah-celah korden yang masih tertutup.sayup-sayup seorang pemuda tersadar dari mimpi malamnya.masih tak beranjak dari kasur tangan nya meraba-raba setiap sisi kasur mencari sesuatu namun tak ditemuinya.
"Sudah bangun mungkin"pikirnya beranjak keluar kamar mencari sosok yang dicintainya itu.
Dari kamar mandi ,ruang tamu ,depan,teras ,bahkan setiap ruang kamar dimasukinya namun tak kunjung ia temukan .hanya satu tempat yang belum ia cari ,taman belakang. yah,taman belakang pasti disana.bukan Nana melainkan paman penjaga rumah yang ada.
"Sudah bangun anak muda?"tanya paman tersebut tanpa menoleh ke belakang
"Iya paman.."ucapnya sedikit kaget melihat paman itu yg mengetahui kehadiran.
"Sedang mencari nona saya"tanyanya lagi
"Ba.. bagaimana paman tahu"gagap Darrel kaget "seorang cenayang kah"pikir Darrel
"Hanya manusia biasa,jangan berpikir aneh-aneh..nona sudah pergi sejak pagi buta tadi,nona menitipkan ini untuk anda dan berpesan agar anda membukanya nanti saat anda dirumah..dan satu lagi sebaiknya Anda pulang sendiri nanti karena nona tidak akan kembali"
"Tapi kenapa paman?"
"Nona kami memang orang yang sulit dimengerti..tapi yakinlah apapun yang ia lakukan selalu ada alasan kuat dibaliknya"
"Terimakasih paman .kalau begitu aku pergi dulu"
"Berhati hati lah..oh ya,satu saran dari saya untuk anak muda seperti kalian ini yang suka mengambil keputusan dengan pikiran pendek kalian,jangan menilai dan memutuskan semua hal hanya dengan melihat nya saja adakalanya mata membohongi kita,dan fakta hanyalah rekayasa semata"ucap si paman. Beranjak pergi meninggalkan Darrel yang masih kebingungan.
* * *
Suasana sekolah yang ramai dengan segala tingkah dari para penghuninya,menjadi awal yang tidak baru lagi baginya.dengan langkah anggun,tatapan dingin ,ia melangkah pelan menyusuri koridor begitu acuh,sama seperti sebelumnya banyak pasang mata yang menatapnya dan tak sedikit yang berdecak  berkomentar semaunya.bedanya dulu mereka mencemooh sekarang mereka memuja-mujanya .
"Terlalu fake"pikir nya berjalan sangat acuh
"Hay sayang..."ucap seorang pria menghentikan langkahnya
"Kau memang menepati janjimu"ucap pria itu lagi memegang tangannya
"Jangan bertele-tele"jawabnya jengah dengan pria didepannya
"Biarkan aku mengantar tuan putri masuk ke kelasnya"ucap dia lembut menggandeng tangannya
"Jangan lupa perjanjian kita"
"Tentu..dan jangan dingin kepadaku"
"Itu urusanku"
"Kau sudah memutuskan nya"
"Aku sudah meninggalkannya"
"Terdengar begitu sedih ..tapi tak apa aku menyukainya"
"Psikopat gila"
"Aku menyukai sebutan mu itu sayang"
Sekarang mereka sudah sampai dikelas Dhika duduk di bangkunya diikuti Nana disampingnya.yah Nana,cewek tadi adalah Nana.
Begitu banyak pasang mata yang menatapnya kagum melihat paras seorang Nana dan sedikit yang kaget ,siapa lagi kalau bukan Bella dan tatha.
Memang Nana melihatnya tapi apa daya dia harus terbiasa tak menganggap dan mengenal mereka.
"Ana.."panggil Bella mendekati Nana diikuti tatha
"Sorry loe kenal sama gue"ucap Nana sok sombong
"Loe lupa sama kita,kita temen loe tau"kaget Bella
"Dhika loe kenal mereka berdua"
"Bukan orang penting kamu hiraukan saja dia sayang"balas Dhika menekan kata sayang.
"Sayang..."kata itu yang terngiang di kepala keduanya.
"Apa-apaan ini na..loe berantem sama Darrel"
"Darrel ,sorry gue gak kenal"acuh Nana "dhik..aku laper "ucapnya mencoba mengalihkan
"Ayok,kita ke kantin"ajak Dhika
"Gila ...gue gak ngerti sumpah"geram tatha
"Tanya Darrel langsung tha..gue gak terima ana berubah gitu"ucap bella ikut emosi
Sesuai usulan Bella tatha benar benar menelpon Darrel ,
"Loe dimana?"tanya tatha langsung setelah panggilan nya diangkat
"Gue dijalan..selow aja sih gak usah ngegas gitu knapa?"
"Elo apain ana,kenapa dia bisa berubah gitu"
"Nana..Nana disekolah sekarang"
"Iya dan dia berubah gitu ,loe apain"
"Gue gak apa-apa in dia,ntar gue kesana "ucap Darrel bingung mematikan telepon sepihak menambah kecepatan lajunya.dia juga penasaran ada apa dengan nananya itu.

#kira kira begitu yah tampilan Nana yang sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

#kira kira begitu yah tampilan Nana yang sekarang.
"Kamu terlalu cantik na"ucap dhika tak ditanggapi Nana
"Nana..."panggil seseorang dari arah belakang
"Bang Arkan sama kak Al ngapain disini"tanya Nana yang memang sudah sangat hafal dengan suara kedua kakaknya.
"Kenapa kamu sama dia..dimana Darrel"
"Bukan urusan kakak..dan Darrel aku sudah tak peduli padanya"
"Apa maksudmu na" tanya seorang tapi bukan suara milik Al ataupun Arkan ,namun suara khas seseorang yang mampu membuat Nana bungkam
"Apa maksudnya ini,dan loe jauhi cewek gue"ucap Darrel yang masih memakai pakaian biasa menatap tajam Dhika.
"gue kasih tau ke elo,Dia cewek gue sekarang.."
"B*ngs*t"ucap Darrel mengepal tangan hendak menonjok Dhika
"Stop"cegah Nana dengan suara dingin khas-nya yang begitu terasa mengintimidasi siapapun yang mendengarnya.
"Masalah mu denganku kita selesaikan sekarang"ucap Nana tanpa melihat wajah keduanya
"Baiklah baby... selesaikan segera..aku akan menunggumu dikelas"ucap Dhika mengusap pipi kanan Nana lembut .dan itu makin membuat Darrel meradang.
"Jelaskan"ucapnya menahan emosi
"Kita tak ada hubungan lagi,maaf untuk aku yang meninggalkan mu , jangan mengganggu dan ikut campur urusanku"ucap Nana tanpa ekspresi
"Apa maksudmu na,aku salah apa katakan ,aku minta maaf kumohon jangan begini"ucap Darrel
"Sudah ku bilang aku yang menunggu mu.ini hanya sebuah permainan ..atau kau sudah menganggap ini sungguhan..oh,c'mon bukankah kamu sendiri seorang player"
"Permainan..oh,bagus na..bagus.. selamat,loe menang loe hebat karena loe sudah berhasil jebak gue "bentak Darrel "dan asal loe tau na ,gue udah terlanjur ngasih hati gue ke elo..dan apa yang loe balas..begini..hah...shit,b*ngs*t...j*l*Ng"bentak Darrel menggebrak meja dengan kuat.
"Bukan urusan gue"ucap Nana acuh pergi meninggalkan kantin.
"Sial....sial...sial..."teriak Darrel pergi ,mengambil mobil dan pergi sejauh-jauhnya dari sana
"Kita susul Darrel"ajak Arkan
"Tapi nana bang"tanya Al
"Kita tanya dirumah saja yang terpenting kita tenangin Darrel dulu..loe kenal sendiri itu bocah nekat banget"ucap Arkan menyusul Darrel diikuti Al yang mencari kontak Nathan dan Yoan di hpnya supaya menyusul mencari keberadaan darrel
"Maaf.."hanya kata itu yang keluar dari mulut Nana begitu pelan .yah, sebenarnya na belum sepenuhnya pergi dari sana dia sembunyi dibalik tembok.melihat wajah kekecewaan pada dari sungguh membuat hati nya hancur berantakan.
"Bencilah aku rel.. karena itu yang terbaik untuk sekarang"batin Nana beranjak pergi,kembali memasang wajah datarnya lagi.

fake nerdyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang