3. Cokelat dan Satu Note

5.4K 375 51
                                    

Jangan lupa vote, komen dan sharenya:)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa vote, komen dan sharenya:)

Hidup itu harus realistis jangan cuma dibuat hoax belaka.
-Arisa Anastasya Marinka

Versi Revisi

Siang sudah berganti malam, karena sang bulan mulai menampakkan wujudnya. Hembusan angin masuk ke dalam kamar Arina, membuat gordennya bergerak-gerak karena diterpa angin malam.

Lagu Punch ft Chanyeol ExoStay With Me mengalun merdu menambah suasana tenang dengan lampu yang dibiarkan gelap. Arina membiarkan tubuhnya diterpa angin, ia duduk menangkup kedua kakinya di depan jendela. Matanya menatap kosong keluaran sana. Tidak banyak yang Arina pikirkan. Hanya satu orang. Citra—almarhumah Mamanya.

Kemudian, terdengar suara ketukan pintu dari luar kamar, Arina enggan membukanya atau sekedar menjawabnya. Samar-samar terdengar suara seseorang dari luar kamar yang menyahuti nama Arina.

Tok tok tok.

"Arina, sayang ini Papa." Sudah tiga kali ketukan tetapi tidak ada sahutan juga dari dalam kamar, akhirnya Zidan memutuskan untuk langsung masuk ke dalam kamar putrinya.

Hal yang pertama Zidan lihat adalah ruangan gelap. Dan yang kedua, terdengar lagu yang mengalun dengan volume kecil. Tanpa berpikir lagi, Zidan langsung menyalakan lampu. Ekor matanya bergerak, mencari-cari dimana keberadaan Arina. Tepat saat matanya menangkap sesuatu di sudut jendela, Zidan terdengar menghembuskan napasnya lega. Setidaknya, Arina tidak melakukan hal yang lebih dari itu.

"Arina! Kamu nggak papa kan, sayang?" tanya Zidan panik, lalu langsung memeluk putrinya itu yang terlihat meneteskan air mata.

"Ar-rina ka-kangen Mama, P-pa." Arina menangis dalam diam dipelukan Zidan.

Hatinya sangat tercekat. "Sst, udah sayang, Mama udah tenang di sisi-Nya, kita do'ain Mama aja ya." Tanpa sadar, Zidan ikut meneteskan air mata. Namun, ia langsung menghapusnya dan melepaskan pelukan Arina.

"Arina, maafin Papa ya, Papa terpaksa menikah lagi sama Mama Farah, itu semua buat kebaikan Arina sama Arisa," jelas Zidan seraya memegang kedua telapak tangan Arina dan mengelusnya dengan lembut.

"I-iya Pa, Arina ngerti kok ... cu-cuma Arina lagi kangen Mama aja sekarang." Cewek itu menarik bibirnya. Berusaha mengulas senyuman.

"Oh iya, Papa kenapa nyari Arina?" Arina mengusap gusar bekas air mata di pipinya. Senyum tulus terlihat mengembang di bibir Zidan. Lelaki paruh baya itu mengusap lembut rambut putrinya. "Papa cuma mau ngelihat keadaan putri Papa aja, yaudah sekarang kamu tidur. Istirahat ya."

Kemudian, Zidan menuntun Arina ke tempat tidur sampai Arina benar benar merebahkan dirinya. "Selamat malam Pa," sahut Arina seraya memberikan senyuman.

Arina or Arisa? (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang