23. Jadi, Putus?

3.1K 187 84
                                    

Jangan lupa voment dan share nya gaes

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa voment dan share nya gaes.

Gue aja belum sayang-sayangan sama Arina, lah ini? Udah gini aja. Dasar nasib.
-Aksa Gerald Pradipta

Versi Revisi

Seseorang tengah mengepalkan tangannya marah. Ia benci melihat Arina sebahagia itu dengan orang lain, ia benci melihat Arina tertawa bersama-sama dengan orang lain, dan ia benci kepada dirinya sendiri yang tidak pernah sekalipun membuat Arina sebahagia itu.

"Ekhem." Dehaman seseorang refleks membuat Arina dan Akra berhenti saling berkejaran. Mereka mengatur deru napasnya yang tidak beraturan. Ketika itu pula, sorot mata Arina berubah menjadi sendu seperti sedia kala. Sementara Akra hanya menatap datar ke arah Aksa.

Kemudian, Aksa mendekat ke arah Arina dan langsung menarik pergelangan tangannya. "Rin, gue mau ngomong sama lo." Arina menatap tajam dan berusaha melepas cengkeraman Aksa yang erat. Namun nihil, tenaganya tidak cukup kuat untuk melepasnya. "Ngomong disini aja," ungkap Arina datar.

"Disana Rin," balas Aksa sambil menunjuk ke arah tempat yang agak jauh dari tempat mereka berada.

"Ck! Kenapa lo mau marah? Iya?! Mau maki Akra lagi?! Hah?!" sentak Arina dengan napas yang menggebu-gebu.

Melihat mata Arina yang berkaca-kaca perlahan membuat Aksa melepas cengkeramannya. "Rin, lo??" tanya Aksa tidak percaya bahwa Arina semarah ini kepadanya.

Arina menarik napasnya dalam-dalam, sebelum akan menyeruakkan seluruh isi hatinya. "Iya, kenapa hah? Lo mau terus nyakitin hati gue? Lo pikir gue nggak punya hati apa?! Dengan seenak jidatnya lo mainin perasaan gue sama Arisa! Brengsek lo!" sentak Arina lagi seraya menampar pipi kiri Aksa. Sang empu yang tiba-tiba menerima serangan, hanya bisa memelotot tidak percaya menyaksikan Arina yang menamparnya keras di hadapan orang lain. Dan itu Akra. Sementara Akra yang mematung di tempat, refleks meringis sendiri kala melihat Aksa yang ditampar cukup keras oleh Arina.

Akra tidak mau ikut campur dalam masalah hubungan mereka berdua. Biarkan saja mereka yang menyelesaikannya. Entah itu melanjutkan kembali hubungan yang sudah sangat retak, atau menyelesaikannya saja sampai disitu tanpa adanya bumbu kebahagiaan.

"Rin, gue kira lo nggak ada perasaan apa-apa sama gue. Gue pikir, lo nggak akan semarah ini sama gue, maafin gue Rin, gue emang cowok brengsek!" gerutu Aksa seraya mengacak-ngacak rambutnya frustasi.

"Iya! Lo emang brengsek! Emang bener ya, gue cuma dijadiin mainan sama lo! Dengan bodohnya, gue selalu baper sama gombalan receh lo, dengan bodohnya gue selama ini  nyimpen perasaan sama lo, dengan bodohnya gue selalu berharap chat receh dari lo. Dan gue lebih bodoh dari lo Sa, gue bodoh ... " lirih Arina seraya memukul-mukul dada bidang milik Aksa. Bahunya bergetar hebat. Berkali-kali Arina menyeka air mata yang tak kunjung berhenti itu.

Aksa menggeleng-gelengkan kepalanya. "Enggak Rin, gue nggak pernah sekalipun jadiin lo cuma bahan mainan gue aja, mikir sampai kesana aja gue nggak pernah. Semuanya terjadi gitu aja, perasaan itu murni muncul dari hati gue. Gue bener-bener sayang sama lo, gue nggak mau kehilangan lo, Rin ... "

Arina berdecih sinis. "Terus apa maksud lo ngedeketin Arisa juga?! Bego ya lo?!" umpatnya kesal.

•••

[PART DIHAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN]

Love,
Wilda.

Arina or Arisa? (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang