2. Aksa Gerald Pradipta

6.7K 418 39
                                    

Jangan lupa, Bintangnya di klik dan komentarnya coret-coret dibawah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa, Bintangnya di klik dan komentarnya coret-coret dibawah. Alangkah baiknya kalau di share juga, Uwu!

Warning!! Jangan terhipnotis dengan kata-kata manis yang ujung-ujungnya bikin nangis.
-Arina Aurora Marinka

Versi Revisi

Matahari begitu menyengat ke arah jendela kamar Aksa, saat gorden dibuka oleh Fatin—Bundanya. Wanita paruh baya itu sudah berkali kali membangunkan putra kesayangannya. Namun nihil, putranya itu tak kunjung bangun. Tidak ada cara lain selain menggelitik Aksa, barulah putra sulungnya itu akan bangun.

"Ahahaha ... geli, Bun!" sahut Aksa samar-samar tetapi jelas di dengar. Kemudian, cowok jangkung itu menggeliat. Mengucek-ngucek matanya lalu memberikan senyuman baby-nya ke arah sang Bunda. Fatin berdecak. Agak kesal. "Bangun sayang, sekolah sana!" perintahnya seraya menyibakkan selimut Batman yang masih menyelimuti tubuh putra kesayangannya.

"Iya, Bunda zheyeng." Aksa langsung bergegas ke kamar mandi dengan malas. Sementara Fatin sibuk membereskan tempat tidur Aksa sekarang. Beberapa menit kemudian, Aksa sudah selesai dengan handuk yang membaluti setengah badannya. Rambutnya basah, maskulin. Cowok jangkung itu terlihat memakai baju seragamnya yang dikeluarkan dengan dua kancing atas yang dibiarkan terbuka, rambutnya acak-acakkan layaknya seorang Badboy. Tidak lupa parfum khasnya yang disemprotkan sehingga wanginya membekas di dalam kamar, walaupun sang pemilik sudah berlalu pergi ke lantai bawah.

Motor ninja warna kuningnya siap menemani perjalanan Aksa ke sekolah. Warnanya yang terang sesekali membuat Aksa menjadi pusat perhatian. Toh, orang ganteng selalu menjadi pusat perhatian.

•••

Sebelum melanjutkan langkahnya ke kelas 12 IPS-1. Pertama-tama, Aksa akan menjalankan ritual paginya. Yaps! Bagi seorang cowok seperti Aksa, tebar pesona jangan pernah terlewatkan. Entah kepada siswi-siswi yang lewat, sekalipun kepada guru-guru cantik yang kebetulan melewatinya. Mereka hanya bisa mengucapkan istighfar berkali-kali. Anak didiknya yang satu ini memang berandalan.

Aksa menyisir rambutnya yang masih segar menggunakan jari-jari tangannya. "Hai, cantik." Cewek yang disapa Aksa langsung berteriak histeris. Dalam sekejap, kedua pipinya merah merona. Aksa refleks tersenyum melihat Aksinya berjalan lancar tanpa beban.

"Ha-hai juga, kak Aksa!" pekiknya senang. Respon Aksa hanya melambaikan kedua tangannya. Setelah itu, ia kembali melanjutkan langkahnya. Orang ganteng mah bebas.

Tak butuh waktu lama, Cowok jangkung itu sudah berada diambang pintu kelasnya. Aksa terlihat menghembuskan napasnya sebelum masuk. Pelajaran pertama adalah Sejarah. Mendengarnya saja, sudah membuat bulu kuduknya merinding.

Cowok tampan itu langsung menghampiri ketiga temannya. Bangku paling belakang memang cocok untuk orang seperti Aksa Dkk. Cowok itu berjalan dengan santai. Tangan kanannya dimasukkan ke dalam saku celana abunya. "Tumben-tumbenan lo nggak telat, Sa," tegur Andre seraya membantu Aksa untuk melepas tas yang dipakainya. Sultan mah bebas cuy!

Arina or Arisa? (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang