14. Perasaan Macam Apa Ini?

3.6K 242 62
                                    

Jangan lupa vote, komen dan sharenya:)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa vote, komen dan sharenya:)

Apakah perasaan itu akan muncul seiring berjalannya waktu?
-Arina Aurora Marinka

Versi Revisi

"Bunda harus ngasih nasihat ke kamu, kayak gimana lagi sih, sayang?"

Akra hanya diam mematung mendengar perkataan Bundanya. Menerima dengan sepenuh hati, bahwa yang ia lakukan memang tidak benar. Wajar saja, jika wanita paruh baya itu over protective kepadanya.

"Akra ... Bunda kamu itu sayang sama kamu, mulai sekarang jangan merokok atau makan Udang lagi, ya?" sahut Beni-Ayah Akra.

Gladis memegang sudut kepalanya pening. Pusing akan nasihat apa lagi yang harus diberikan kepada putra semata wayangnya itu. Matanya mulai berkaca-kaca. Jika ia berkedip satu kali saja, mungkin sudah ada air mata yang lolos keluar walau hanya setetes.

"Maafin Akra Yah, Bun. Akra nggak bisa ngontrol emosi," tutur Akra seraya menundukkan kepalanya, merasa bersalah dan menyesal.

"Yaudah, kamu istirahat dulu sana," perintah Gladis seraya menyeka air matanya. Wanita itu sangat khawatir dengan keadaan Akra yang alergi Udang, ditambah lagi Akra yang merokok. Kedua hal itu akan memperburuk kondisi tubuhnya, seperti sekarang. Kemarin, Akra merokok hampir satu bungkus tanpa sepengetahuan mereka di sebuah Supermarket. Akibatnya, Akra tidak masuk sekolah karena sesak napasnya kambuh. Padahal, cowok itu baru saja menginjakkan kakinya di SMA Adijaya.

Mata biru milik Akra tak henti-hentinya terpusat pada satu foto gadis cantik yang terpajang di dinding kamarnya. Senyuman terlihat merekah di bibir Akra. Membayangkan dan berharap bahwa Arina akan menjadi miliknya kembali. Ia juga membuat sebuah komitmen, jika Arina menjadi pacarnya. Maka, ia akan berhenti merokok atau memakan Udang.

Ponsel yang ia pegang sekarang menjadi pusat perhatiannya. Cowok itu mengetikkan sesuatu lalu menghapusnya lagi. Ketik hapus, ketik hapus, terus saja seperti itu. Merasa ragu untuk mengirimkan pesan pada Arina.

Belum sempat ia menekan tombol send, pintu kamar Akra terbuka. Menyaksikan Gladis yang membawa nampan berisi satu gelas air dan obat. Akra gelagapan sendiri, langsung memasukkan ponselnya ke dalam saku.

"Sayang, minum dulu obatnya, ya," ujar Gladis seraya menyimpan nampan yang ia bawa di atas nakas.

"Iya Bun, makasih," gumam Akra. Cowok itu tersenyum. Kemudian, buru-buru meminum obatnya di depan Gladis. Takut, jika Bundanya itu semakin khawatir.

Gladis yang melihat tampak tersenyum lega. Setelah itu, Gladis hendak membalikkan badannya. Namum, salah satu foto gadis cantik yang terpajang di kamar Akra, sukses membuat dahinya mengernyit. Wajahnya familiar. Gladis mencoba mengingat-ngingat wajah familiar itu. Beberapa menit kemudian, senyuman langsung terbit dibibirnya, saat wajah cantik Arina bermunculan diingatannya.

Arina or Arisa? (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang