Jangan lupa semuanya guys!
Lagi sabar. Nunggu teman baru datang.
-Prisilla FelionaVersi Revisi
Tok tok tok.
"Oma, makan dulu, Aksa bawa makanan kesukaan Oma!" teriak Aksa dari luar kamar.
Dengan semangat jiwa 45, Oma Aksa langsung bergegas turun dari tempat tidurnya lalu membuka pintu kamar. Ditatapnya cucunya itu, yang membawa satu mangkuk kari Ayam di atas nampan.
"Ayo! Oma mau makan!" Lengan Aksa ditarik wanita tua itu masuk ke dalam kamarnya. Kemudian, Aksa tersenyum dan menyimpan nampannya di atas nakas.
"Yaudah, Oma makan yang banyak ya. Aksa mau ke sekolah lagi." Aksa menyunggingkan senyuman.
"Tapi janji ya, besok lanjut fitting baju lagi, ya?"
Aksa memejamkan matanya, tengah menjelajah semua pemikiran. Mungkin kali ini ia akan menuruti permintaan Omanya. Aksa tidak ingin jika Omanya sakit hanya karena masalah fitting baju. Keadaan itulah yang mempersulit pilihannya. "Iya, besok Aksa lanjutin fitting baju."
Entah keputusan yang benar atau tidak, Aksa hanya ingin semuanya baik-baik saja. Termasuk hatinya yang berkecamuk hebat. Namun, itu sepertinya tidak mungkin.
"Nah, gitu dong ... ini baru cucunya Oma," ujarnya seraya menyuapkan kembali sesendok kari Ayam ke dalam mulutnya.
"Kamu juga harus janji jangan pernah deketin lagi anak penyakitan itu."
"Arina bukan anak penyakitan, Oma ... " Sekarang Aksa sedang berusaha untuk tetap tegar.
"Ck, pokoknya jangan ajak dia lagi. Janji ya?"
Aksa mengangguk. Tidak mau berdebat lagi. "Aksa pamit, Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
•••
Pagi di hari Minggu kali ini berbeda, tidak seperti biasanya. Jika biasanya Arina ada di rumah, memetik senar Gitarnya. Kali ini ia masih di ruangan yang di dominasi warna putih dengan bau obat-obatan yang menyeruak ke dalam indera penciumannya.
Entah mengapa, tiba-tiba Elang muncul di pikiran Arina. Tentang mengapa cowok itu belum juga menjenguknya? Apa ia baik-baik saja? Diam-diam, beberapa harapan untuk Elang mulai tumbuh dalam benaknya.
Suara decitan Pintu langsung membuyarkan lamunan Arina. Wajahnya seketika berseri, mungkin itu Elang yang menjenguknya. Senyuman manisnya refleks ia sunggingkan seraya menatap intens ke arah pintu. Namun senyumnya ia tenggelamkan kembali, ketika realita berbanding terbalik dengan ekspektasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arina or Arisa? (Completed)
أدب المراهقينAksa itu ibarat daun talas. Nggak bisa disatukan dengan air. Dan airnya itu ibarat Arina. Aksa itu cowok tengil yang terang-terangan mencuri hati Arina, membuat jantung Arina dag-dig-dug, dan juga membuat semuanya berantakan dalam sekejap mata. Kehi...