6. Bingung

1K 163 15
                                    

Seungwan senang setengah mati ketika dia mendapatkan nama lelaki rumah atap itu. Meskipun nama yang dia khayalkan tidak jadi kenyataan. Seungwan berpikir, lelaki itu akan punya nama yang sedikit unik. Agak misterius. Dan mengandung makna yang dalam. Sayangnya, tidak. Nama yang dia dengar hampir mirip dengan nama-nama yang dia dengar di stasiun atau pusat pembelajaan. Hoojun.

Pagi ini Seungwan memasak beberapa pancake. Rencananya dia akan memberikan pancake itu kepada Hoojun di rumah atap. Kalau laki-laki itu sudah bangun, akan lebih baik dia menanyakan nomor ponselnya. Supaya nanti Seungwan bisa mengirimkan pesan selamat malam pada lelaki itu.

Belum pernah Seungwan bangun sepagi ini. Biasanya dia akan memulai hari dengan kepanikan karena terlambat. Kalau tidak, dia harus memulai harinya dengan penuh drama. Misalnya pertemuannya dengan Hoojun kemarin. Yang membawanya pada sebuah harapan. Harapan yang kini semakin besar. Tidak terbendung. Untuk membangun sebuah hubungan antara laki-laki dan perempuan dewasa.

Seungwan tidak berpikir apakah laki-laki itu punya kekasih atau bahkan istri. Tapi setidaknya Seungwan ingin menikmati perasaan ini. Luka dari Min Yoongi tidak benar-benar sembuh. Paling tidak, kalau Hoojun sudah punya kekasih, Seungwan ingin melupakan kenyataan itu. Jadi, dia berharap, Hoojun bisa memendam hubungannya dengan yang lain di hadapan Seungwan. Dibanding dia harus menelan pil pahit lainnya. Yang hampir sama pahitnya dengan masa lalu.

Cinta itu lucu. Ada sebagian orang yang rela menelan sianida untuk membuktikan perasaannya. Sebagian lain menganggap cinta adalah malapetaka. Sementara bagi Seungwan. Cinta itu sebuah kebohongan. Luka yang dibungkus dengan cantik. Tapi anehnya, dia sama sekali tidak merasa keberatan. Karena itu, dibanding menerima kenyataan yang akan melukaianya, Seungwan lebih memilih Hoojun berbohong bahwa dia seorang laki-laki single.

Selesai memasak pancake, Seungwan melihat penampilannya di sebuah cermin seukuran tubuhnya. Setelan merah muda dengan pita besar terhias di sekitar lehernya. Warnanya marun, seperti rok yang dia kenakan. Kemudian dia menyambar mantel yang digantung. Menyayangkan bahwa penampilannya yang sudah sangat sempurna itu harus dilapisi dengan mantel bewarna coklat tanah.

Pancake yang sudah dikemas dengan paper bag bewarna hitam itu digenggam Seungwan sangat erat. Takut kalau dia lengah, hangatnya hilang. Dia sudah rela memakan pancake yang dingin karena yang hangat hanya dia siapkan untuk Hoojun. Jadi, dia tidak mau kalah dengan angin akhir musim gugur ini. Jangan sampai, Hoojun memakan makanan dingin.

Rumah Hoojun sangat sepi. Mungkin laki-laki itu belum bangun. Mengingat hari juga masih gelap. Jadi, Seungwan berinisiatif untuk mengetuk pintunya. Membuat Hoojun olahraga mungkin. "Hoojun?" panggil Seungwan dengan suara pelan.

Sebenarnya tidak masalah Seungwan meletakkan pancake buatannya di depan pintu. Tapi, kalau dibiarkan begitu saja, hangat yang dia jaga nantinya akan berakhir sia-sia. Jadi sebenarnya dia ingin memaksa Hoojun untuk menikmati pancake selagi masih hangat. Jadi dia akan memaksa Hoojun bangun sekarang juga.

Tapi tidak sampai dua menit, Hoojun dengan rambut yang basah, keluar dari balik pintu. Lelaki itu hanya mengenakan kaus dalam putih. Memperlihatkan ototnya yang kekar. Seungwan tercekat. Dia membuka mulutnya, terkejut, tidak menyangka, dan sangat kagum dengan otot-otot terawat milik Hoojun. Seungwan diam beberapa saat.

Chanyeol merasa dejavu. Karena ini pertemuan mereka yang ketiga. Dan selama pertemuan mereka itu, Chanyeol selalu mendapati Seungwan yang tercenung melihatnya. Jadi dia melihat tubuhnya sendiri. Takut-takut ada yang menempel. Tapi dia tidak menemukan apapun yang aneh. Lagi-lagi dia agak bingung kenapa Seungwan selalu seperti ini ketika bertemu dengannya.

"Hey, kamu oke?" Chanyeol semakin bingung, apa perlu dia terus bertanya kepada Seungwan dengan kalimat itu tiap kali mereka bertemu. "Oke, kamu oke kok. Mungkin, kamu memang selalu seperti ini ketika bertemu dengan orang lain ya," Chanyeol yang tahu akan jawaban Seungwan tertawa kecil. Seharusnya sejak awal, dia memahami kebiasaan Seungwan. Perempuan ini punya kebiasaan unik yang akan dia ingat selalu.

Chrysanthème ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang