17. Hari Sendu

702 130 14
                                    

Chanyeol menggenggam sebuah foto usg yang dicetak oleh Taeyeon. Tangannya yang lain menggenggam jemari Seungwan yang masih belum sadar. Kemudian dia mengalihkan fokus kepada perut Seungwan yang masih rata. Nanti, beberapa minggu lagi, perut itu mungkin akan membulat. Membuktikan kepada dunia. Bahwa ada nyawa lain yang minta diperjuangkan.

Dalam situasi biasa, bukan dalam misi, mungkin Chanyeol akan merasa bahagia. Bagaimanapun, semua pasangan, entah itu berpacaran atau suami istri, pasti akan menyambut kehadiran calon anak mereka. Yang dia khawatirkan sekarang adalah. Seungwan menjadi salah satu target dari Jakpo sekarang. Sementara gadis itu tidak tahu jika dirinya sedang dalam bahaya.

Dia meletakkan gambar tersebut di atas perut Seungwan. Kemudian, mengelus permukaan itu. "Adik, ayah harus apa? Ayah nggak mungkin bilang ke ibu kalau dia dalam bahaya. Kalau mungkin nyawanya terancam." Kemudian kepalanya tertunduk.

Chanyeol memang bingung dengan apa yang harus dia lakukan. Tapi, pilihan untuk menggugurkan janin tersebut tidak pernah terpintas. Dia akan bertanggung jawab. Apapun yang terjadi dengan Seungwan sekarang. Maka dia harus bertanggung jawab.

Ponselnya berdering. Dia merogoh sakunya. Tampil sebuah nama di layarnya. Taeyeon. Lalu dia menerima sambungan telepon tersebut. "Ya?"

"Bisa ke ruanganku sekarang Chan?"

Chanyeol tidak perlu mengatakan iya. Dia segera melepaskan genggaman tangannya kepada Seungwan dan pergi ke ruangan Taeyeon. Sebelum benar-benar keluar dari ruang rawat tersebut, Chanyeol menyempatkan diri untuk mencium dahinya. Mengusap rambutnya. Dang mengatakan, "Tolong baik-baik saja."

Chanyeol mungkin tidak tahu, bahwa sejak 30 menit tadi Seungwan sudah sadar. Saat Chanyeol menangkupkan wajahnya di bibir ranjang. Merasa frustasi dengan meremas gambar yang kini ada di bawah kasur. Terjatuh saat Chanyeol mengusap perutnya.

Sesaat setelah kepergian Chanyeol, Seungwan ikut meraba permukaan perutnya. Bagaimana bisa?. Jangankan Chanyeol, dia juga sekarang kebingungan. Bagaimana bisa dia hamil? Saat keadaan tidak mendukung mereka. Saat Chanyeol sedang dala misinya. Saat dia hampir mati tenggelam.

Lalu dia menangis diam-diam. Ketakutan. Karena bagaimanapun, beberapa jam yang lalu dia hampir membunuh bayi yang sepertinya belum berusia satu bulan itu. Dia takut, jika sedikit saja bergerak, akan melukai bayinya. Di tengah kebingungan itu, Seungwan juga tidak ingin bersikap ceroboh. Takut-takut yang merasakan akibatnya adalah sang bayi.

Seungwan senang, sebentar lagi mungkin dia akan menjadi seorang ibu. Tapi separuh hatinya ketakutan. Ayah dari anaknya adalah musuh dari banyak orang. Dia takut jika bayi yang bergantung hidup padanya, menjadi target lain. Dia tidak siap dengan kehilangan dalam bentuk apapun. Dia tidak mau kehilangan Chanyeol. Apalagi bayinya.

Sambil terus mengusap perutnya sendiri. Seungwan menangis getir. Dia berharap. Agar semua yang dia rasakan hanyalah ketakutannya saja. Dia yakin Chanyeol akan melindunginya. Dia yakin bahwa mereka semua akan baik-baik saja. Sampai Chanyeol selesai dengan misinya.

×××

Taeyeon menutup dokumennya. Lalu tersenyum ketika Chanyeol memilih duduk di atas sofa dengan kaki yang dia angkat ke atas meja. Ingin sekali dia berteriak dari jendela dengan situasi yang tidak baik ini. Dia merasa tidak nyaman. Keadaan Seungwan di luar ekspetasinya.

"Kudengar, penyamaranmu terbongkar. Gara-gara ibu hamil itu?" Taeyeon duduk di samping Chanyeol. "Dia tidak benar-benar hamil anakmu bukan?" Kata Taeyeon lagi.

Tapi Chanyeol diam saja. Dia tidak ingin mengatakan keresahannya kepada seseorang yang mungkin akan melakukan apapun untuk kesuksesan misi ini. Jika saja klinik ini bukan satu-satunya klinik di kawasan mereka tinggal. Mungkin Chanyeol memilih untuk tidak membawa Seungwan ke sini.

Taeyeon, Chanyeol dan Sooyoung adalah tim yang diminta melacak pergerakan jual beli senjata ilegal yang dilakukan Japok. Dari ketiga yang diutus, Chanyeol merupakan eksekutor. Sementara Sooyoung penjaga gerbang perbatasan. Lalu Taeyeon bertugas mengamati.

Peran Taeyeon memang tidak mencolok. Dia bahkan tidak akan bertemu langsung dengan target. Dia adalah satu-satunya orang yang harus selamat dalam operasi. Sehingga bisa melaporkan apa yang terjadi di lapangan. Setiap misi selalu membahayakan. Dan di dalam tim harus ada setidaknya satu orang untuk tetap hidup.

"Aku sudah dengar dari Sooyoung. Tapi aku tidak mengira bisa sejauh ini. Dia tahu kamu...." ada keraguan dalam nada bicara yang Taeyeon sampaikan. "Adalah Chanyeol?" Lanjutnya.

Chanyeol berkerja untuk menyamar. Berbohong pada dunia. Tapi dia tidak suka menutupi semuanya dari orang yang dia rasa berhak tahu. Itulah alasannya membongkar identitas kepada Seungwan. Karena dia ingin dicintai sebagaimana mestinya. Sebagai Chanyeol.

Jadi, Chanyeol juga tidak berbohong kalau Seungwan tahu. Lelaki itu mengangguk dan mengusap kasar wajahnya. "Kami sudah tinggal bersama sejak satu bulan yang lalu," kata dia.

Apapun yang dikatakan Chanyeol pada akhirnya adalah konfirmasi apa yang Taeyeon tanyakan nantinuya. Sebagai senior, dia seharusnya mengarahkan Chanyeol ke situasi yang benar. Jika sudah seperti ini, tidak ada yang bisa dia lakukan selain meminta Chanyeol mengurusnya.

Taeyeon tahu bagaiman rasanya jatuh cinta. Dia perempuan yang sudah menikah. Pada suatu waktu, dia mungkin akan kesulitan menjaga keluarganya. Tapi sekarang hal itu bukan hal baru. Suaminya akan lebih mudah mengerti. Tahu apa yang harus dia lakukan agar tidak masuk dalam situasi ini.

Sementara, bagi Chanyeol ini pertama kalinya. Dia tidak buta dengan keadaan Seungwan yang basah kuyup datang ke kliniknya. Dia juga sudah curiga jika pasiennya itu sedang mengandung. Kecurigaan yang langsung terbukti dengan gambar yang dia cetak khusus untuk Seungwan.

"Untuk sementara, biarkan dia tinggal disini. Dalam waktu tersebut segera selesaikan apa yang perlu kamu selesaikan. Paling tidak, Seungwan akan aman dalam jangakauan klinik," kata Taeyeon. Dia menepuk bahu Chanyeol dengan sayang. Sesuatu yang ia coba hantarkan kepada laki-laki yang sudah dia anggap sebagai adiknya sendiri.

×××

Selain menjalankan tugas dari Japok, Mark punya misi lain. Setelah operasinya ketahuan seperti ini, dia bertekad untuk memberikan pelajaran bagi mereka. Selagi menunggu muatan selesai dikirim. Yang rencananya akan selesai pada akhir bulan ini. Hanya tersisa beberapa hari.

Sejauh ini misinya berjalan dengan baik. Sampai beberapa waktu lalu yang membuat dia mengerang. Ketua memintanya segera berkemas. Pengiriman sudah hampir selesai. Pihak keamanan China sudah mencium situasi yang terjadi. Paling tidak tiga hari. Mark punya waktu untuk membereskan semuanya. Bagaimanapun juga, dia harus kembali.

Masalah lain muncul adalah, ketika dia menambah misinya. Memberikan pelajaran kepada Chanyeol karena sempat menghambat pekerjaannya. Dia ingin meninggalkan kesan baik bagi Japok. Jadi selain membereskan urusan organisasinya, dia juha akan membereslan Chanyeol. Melalui caranya.

Jadi sekarang dia menepuk-nepuk tangannya yang sudah terbungkus dengan sarungn tangan. Merapatkan topinya untuk menutup sebagian wajah yang mungkin akan sangat mudah dikenali. Lalu dia berkecak pinggang. Inilah permainan sesungguhnya.

Dan kakinya mulai melangkah ke arah klinik. Ke ruangan Seungwan dirawat.

×××

aku tahu, menghabiskan waktu ngabuburit ga bisa baca ini doang. Tapi aku merasa berdalah karena dua hari lalu ga bisa up. Jadi... aku up lagi deh.

Karena lagi libur aku ya dikit2 ngantuk. Jadi lama deh nulisnya wahahahahaha.

Tenang. Ending masih lama.

Silakan dikomnetarin.. hehehe.

Chrysanthème ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang