32. Kata Terakhir

623 124 12
                                    

Yoora menatap tidak percaya. Sosok di hadapannya bahkan tidak pernah dia bayangkan akan secantik ini. Bagaimana Chanyeol bisa menemukan gadis secantik itu. Sementara yang dia lakukan hanya menyamar dan mengenalkan dirinya sebagai sosok lain. Selain Park Chanyeol.

Masih dengan tatapan terpana, dia meletakkan beberapa barang bawaan yang disiapkan Youngmi. Di atas meja, lalu berjalan ke arah Seungwan yang hanya menatapnya dengan canggung. Seungwan bersiap untuk menyambut lebih hangat Yoora. Dia hampir turun dari ranjangnya. Tapi Yoora justru menghentikannya. Dia menahan Seungwan agar tetap di atas kasur.

Sementara Youngmi yang tiba belakangan juga ikut terpana dengan keberadaan gadis yang belum sekalipun mengeluarkan suaranya. Dia membuka mulutnya sedikit, lalu menyeringai ketika menyadari bahwa dia akan memiliki cucuk dengan gen terbaik. Anak laki-lakinya yang tampan dan calon menantunya yang super cantik. Dia mulai tidak sabar merayakan pernikahan mewah.

Sebab bukan cuma Chanyeol yang bahagia. Dirinya juga.

"Waah, Seungwan cantik. Jadi kapan kamu dan Chanyeol merencanakan tanggal menikah?" Tanya Youngmi yang segera menghampiri Seungwan. Gadis itu sudah duduk kembali di atas kasur bersama Yoora yang masih berdecak kagum dengan paras Seungwan. Begitu menyadari betapa wajah itu terlihat memukau. Dia mengagumi semua garis yang dibentuk Tuhan untuk Seungwan.

Yoora yang mendengar pertanyaan Youngmi segera melirik sinis ibunya itu. Lalu dia memperlihatkan raut wajah sebal. Memberikan isyarat kalau Youngmi perlu menahan dirinya. Jangan membuat Seungwan tidak nyaman. Meskipun, yang Youngmi lakukan adalah, membuat Seungwan dan Chanyeol segera meresmikan hubungan. Agar gadis itu segera terikat. Dia takut, semakin lama Chanyeol mengulur waktu, yang ada Seungwan mencari laki-laki lain.

Seungwan tentu saja agak kaget. Dia tidak tahu kalau Ibunya Chanyeol akan meledak-ledak seperti ini. Karena Chanyeol sudah ditunggu waktu, untuk ikut dalam misi NIS. Dia hanya menjelaskan jika ibunya akan datang berkunjung. Tapi melihat beberapa barang bawaan Yoora dan Youngmi. Bukankah mereka lebih terlihat akan mengungsi dibandingkan dengan menjenguk dia yang sakit?.

Belum lagi pertanyaan yang dikatakan Youngmi yang sungguh tiba-tiba. Dia hamil. Tapi belum memikirkan apapun soal pernikahan. Dia merasa bahwa menikah adalah sebuah komitmen di antara dua orang yang siap membangun kehidupan baru. Terkurung dalam peraturan tidak tertulis. Jika Seungwan sudah berkomitmen. Dia tidak tahu apakah Chanyeol siap. Dia menyerahkan semua keputusan kepada lelaki itu.

"Jangan dengarkan ibu. Dia memang sedikit kolot. Ohya, apa kau membutuhkan sesuatu? Aku pikir kehamilan di trisemester pertama, semua ibu banyak membutuhkan sesuatu. Keinginan bayi," kata Yoora. Dia menarik selimut Seungwan. Untuk menutupi bagian tubuh Seungwan yang hanya dibalut baju rumah sakit.

Seungwan bergerak tidak nyaman. Dia tidak biasa menerima perhatian yang begitu besar. Seperti yang di berikan Yoora padanya. Jadi dia hanya menggeleng kecil lalu tersenyum. "Kurasa, tidak ada," kata dia. Yoora hanya mengangguk.

Youngmi menarik kursi untuk mendekat ke arah ranjang Seungwan. Semakin fokus menatap wajah perempuan itu. Benar-benar cantik. Dia bahkan sempat menduga jika wajah itu dipahat melalui beberapa treatment oprasi pelastik. Tapi tidak. Dia mengenal beberapa teman yang melakukan treatmen paling mahal. Tapi tidak ada yang seindah Seungwan.

"Ibu, kamu membuatnya tidak nyaman. Berhenti menatap Seungwan seperti itu!" Kata Yoora yang kini memindahkan beberapa makanan ke dalam kulkas. "Ohya, Seungwan, kami diminta untuk menemanimu," kata Yoora lalu melambaikan tangannya dan tersenyum.

Sementara Youngmi yang merasa tidak pernah mendengarkan saran Chanyeol meminta Yoora menemani Seungwan segera menatap sinis anak perempuannya. "Hey, tidak. Kamu harus segera kembali. Suamimu menunggu, aku sendirian di sini," kata Youngmi lalu berkecak kesal.

Yoora bergantian mendengus. Melihat antusiasmes Youngmi yang besar. Membuat Yoora khawatir jika Seungwan merasa tidak nyaman dengan kehadiran mereka. "Aku sudah bilang pada Jaehyun kalau aku menemani Ibu yang menemani Seungwan kok," balas Yoora tidak mau kalah.

Kalau sudah begitu, Youngmi tidak bisa membalas. Misinya pasti gagal. Yoora selalu ikut campur. Jadi, pasti ketika Youngmi menanyakan banyak hal soal hubungannya dengan Chanyeol, Yoora akan sok pahlawan mencegahnya. Padahal Youngmi tahu, anak perempuannya itu hanya ingin menjadi satu-satunya yang tahu. Membatasi rasa ingin tahu Youngmi yang begitu besar.

Sementara Seungwan yang seolah-olah ditarik ke dalam interaksi keluarga inti itu hanya tertawa canggung. Tiba-tiba saja dia ingin tidur. Dan membiarkan Yoora dan Youngmi berselisih. Mana yang benar. Dan mengalah.

×××

Chanyeol hanya bisa membeku ketika seseorang mengarahkan moncong revolver ke arah kepalanya dari belakang. Jarinya yang sedang menggenggam senjata laras pendek juga ikut membeku. Sialan. Dia pikir, sudah tidak ada satupun orang tersisa di sana.

Sementara, Mark yang kini tersenyum sinis menarik pelatuknya. Siap melepaskannya begitu saja. Dan satu-satunya target yang dia sasar bisa menggelepar mati di hadapannya. Ini mungkin menjadi kesempatannya yang besar. Jadi tidak akan pernah Mark buang begitu saja.

"Ada salam perpisahan ? Kamu bisa menelepon siapapun sekarang. Mengatakan bahwa kamu sudah berkerja keras. Sekaligus memohon maaf. Karena mungkin kamu tidak akan pernah bertemu mereka lagi," kata Mark. Dia mendekatkan bibir ke arah telinganya. Berbisik. Membuat Chanyeol bergidik.

Tapi, tidak ada ketakutan yang Chanyeol rasakan. Meskipun ada separuh keyakinan. Mungkin karirnya akan berakhir di sana. Saat Mark melepaskan pelatuknya begitu saja. Membuat Chanyeol mati dengan sangat cepat. Mematikan pusat syaraf yang dia miliki.

"Aku tidak tahu, kalau kamu bisa melangkah sejauh ini. Markas pusat adalah tempat suci yang hampir tidak terjamah. Ternyata, aku salah. Karena lawanku begitu sepadan. Dan, baiklah. Aku akui ketangguhanmu. Karena sudah sampai di sini," kata Mark lagi.

Dia menarik kerah jaket pelindung Chanyeol. Berjalan ke sebuah gudang persenjataan di balik lemari. Chanyeol bahkan baru tahu jika ada ruang rahasia di sana. Beberapa kali dia terpana dengan kelengkapan senjata yang Jopok miliki. Mengalahkan senjata yang NIS miliki.

Mark masih terus mengoceh. Cara itu dia gunakan untuk membuat tekanan terhadap Chanyeol. Sampai laki-laki itu yang memintanya mengakhiri hidupnya di sana. Tapi sayangnya, Chanyeol justru sedang memperhitungkan sesuatu.

Lalaki jangkung itu, melihat dan mengukur, berapa waktu yang dia butuhkan untuk melarikan diri dari sana. Karena dia mungkin akan menghacurkan gudang tersebut. Bersama Mark di dalamnya. Dan menepati janjinya kepada Seungwan. Selamat.

Saat dia sedang memperkirakan waktu yang dia miliki. Ponselnya bergetar. Membuat Mark dan dirinya sendiri terdiam. Oh tidak. Jangan sekarang. Chanyeol jadi agak panik. Dia tidak tahu siapa yang menghubunginya. Tapi, jika itu ibunya, kakaknya atau Seungwan. Mereka akan panik. Karena dia tidak bisa menerima telepon sekarang.

Tapi berbeda dengan apa yang dipikirkan Mark. Saat itu. Dia menarik ponsel yang ada di saku Chanyeol. Dilihatnya sebuah nama yang nampaknya tidak asing. "Aku pikir, Dorine sudah menyelesaikan tugasnya dengan benar. Ternyata, Seungwan masih hidup," kata dia lalu menyeringai. Menyeramkan.

Mark segera mengangkat telepon itu. "Hai, cantik. Tepat sekali kamu menghubungi lelaki yang kamu cintai ini. Karena mungkin. Dia akan menyampaikan pesan terakhirnya. Jadi, bersiaplah," saat itu, Mark menyerahkan ponselnya. Membuat Chanyeol kehilangan fokus.

Seungwan. Maaf. Maaf.

×××

Tanggal 2 belum berakhir. Silakan diramaikan selagi aku sedang mengetik next part. Heee heeee.

Chrysanthème ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang