22. Jalan Panjang

565 122 23
                                    

"Kenapa kamu membuat ini semakin menjadi sulit? Apa itu anak Mark?" Dorine memejamkan mata sejenak. Sialan, dia tidak ingin terjebak dalam situasi seperti ini. Titah Mark adalah sesuatu yang harus dilakukan. Tapi, jiwanya sebagai ibu tidak pernah hilang. Di hadapannya, seorang perempuan yang berusaha bertahan untuk bayinya sedang memohon. Kepadanya.

Seungwan kembali terisak. Dia juga tidak mau berada di posisi itu. Dia ingin pulang. Hanya ingin pulang. Memeluk Chanyeol. Dan mengadu jika dia baru saja bermimpi sangat buruk. Tapi sekeras apapun dia mencubit kakinya sendiri. Bahkan sampai biru. Dia tidak pernah bangun dari tidur panjang yang dia harapkan.

Seungwan menggeleng. Masih berusaha agar dia bisa segera bangun dari tidur manapun. Tapi beberapa kali, lebih sering dari biasanya. Seungwan merasa memang hidupnya akan berakhir di sana. Di rumah yang sangat jauh dari rumahnya. Dari tempatnya berkerja. Dari Busan. Dari teman-temannya. Dari orang tua dan kerabatnya. Dan yang terpenting. Jauh dari Chanyeol.

Dia mungkin menyesal. Karena semua pekerjaan yang Chanyeol lakukan berimbas padanya. Lalu diam-diam dia berjanji. Jika lelaki itu tidak menyelamatkannya. Maka ia lebih baik mati. Pengorbanannya sudah sejauh ini. Dan kembali kemudian tahu jika orang yang dia harapkan tidak mencarinya. Maka sama saja seperti mati.

Sementara, Dorine tahu apapun alasannya. Dalam waktu tiga hari, waktu toleransi yang diberikan Japok padanya dalam perjanjian tidak tertulis. Seungwan harus sudah jadi abu. Jadi dia hanya harus benar-benar melakukannya.

Dosa Dorine sudah banyak. Menjadi sesuruh Japok paling parah. Dia tidak punya kuasa. Keluarganya sudah meninggal. Tidak ada tempat berlindung. Perbatasan adalah satu-satunya tempat, bagi dia yang tidak beridentitas bisa tinggal.

Suaminya sudah lama meninggal. Kemudian dia menikah lagi dengan laki-laki lain. Anggota Japok. Dengan keahlian teknik informasi. Sering kali dia menghabiskan waktu di luar perbatasan. Diam-diam berkomunikasi dengan dunia luar. Mencari perlindungan. Jika nanti, dia bisa berhenti dari Japok.

Dorine sudah ingin bebas. Saat ini sedang ada di perjalanan. Tapi Mark datang dan memberikannya tugas berat. Jika saja Seungwan tidak memberitahukan keadaannya yang sedang hamil. Mungkin besok tugas ini akan selesai. Tapi, sekarang, dia kesulitan. Hanya karena toleransinya terhadap ibu atau calon ibu sangat besar.

"Tapi, aku tidak bisa melepasmu begitu saja.." katanya lirih. Sambil tertunduk. Mengingat apapun yang pernah dia rasakan ketika sedang mengandung Mark. Di awal kehamilan yang menyenangkan. Mengandung selama sembilan bulan. Kemudian melahirkan dengan dukungan dari suaminya. Bulan-bulan yang sangat membahagiakan. Dan tidak akan pernah dia lupakan. Rasanya akan selalu seperti baru kemarin.

Seungwan tahu, mereka berdua terjebak dalam sebuah keadaan yang sulit. Tapi, inilah satu-satunya yang bisa dia lalukan. Untuk bayinya. Untuk dirinya sendiri. Merayu. Siapapun termasuk Dorine dan keadaan. Paling tidak dia bisa mengulur waktu semampunya. Sampai Chanyeol datang padanya.

"Tolong aku.. dan bayiku," kata Seungwan lagi. Dia hanya ingin terus memohon. Karena tenaganya sudah hilang entah sejak kapan. Tapi semakin dia berusaha memohon. Semakin lelah jiwanya. Dia terus memaksa untuk tetap sadar. Melihat gerak gerik Dorine yang mungkin bisa saja akan menghabisinya saat itu juga. Hingga pada detik setelahnya, Seungwan sudah tidak bisa mengingat apapun yang terjadi. Pada dirinya. Dan bayinya.

×××

"Gila. Ini gila. Chan! Chan! Chan! Lihat ini," Sooyoung melompat-lompat senang. Ketika kawat itu ditarik dan membuka satu sela tembok bergeser. Lebarnya tidak besar. Tapi jika cermat, sebuah mobil pick-up kecil bisa masuk. Atau mungkin sebenarnya karena ilusi optik, lebarnya lebih besar daripada yang dibayangkan Sooyoung.

Chrysanthème ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang