9. Berbicara

712 141 17
                                    

Chanyeol merasa kalau sekarang bukan dirinya lah yang mengikuti pergerakan Jakpo. Melainkan sebaliknya. Dia yakin, Mark akan membahayakannya. Juga Seungwan. Dia merasa ditelanjangi. Karena itu, harus ada langkah besar yang dia ambil agar masalah ini tidak menyeret siapapun.

Mark tahu, Seungwan adalah satu-satunya orang yang memiliki hubungan baik dengannya. Dia tertangkap sangat basah. Entah bagaimana caranya, dia dikepung oleh sesuatu yang akan membahayakan orang yang ada di dekatnya. Dan Chanyeol tidak menyukai perasaan itu. Perasaan takut bersalah.

Semenjak memutuskan tinggal di sini, Chanyeol harusnya tahu kalau dia akan berurusan dengan orang lain. Tapi rekannya di markas bilang, penyamaran yang baik adalah ketika dia bisa bergabung dengan suatu kelompok. Sehingga dia bisa menyembunyikan identitasnya di dalam kelompok tersebut.

Seharusnya tidak secepat ini. Chanyeol tahu. Tapi mau bagaimana lagi? Sekarang yang dia harus lakukan adalah membuat Seungwan terlihat bukan siapa-siapa baginya. Tapi memang betul mereka ridak dalam hubungan apa. Setidaknya Chanyeol tidak merasa ada apapun di antara mereka. Entah dengan Seungwan.

Penyamarannya sudah terbongkar oleh orang yang sebenarnya paling tidak diperbolehkan untuk tahu identitasnya. Jadi sudah tidak ada lagi yang harus disembunyikan. Paling tidak di hadapan Mark. Dia akan tetap menjadi Hoojung di hadapan Seungwan.

Malam ini dia tidak akan beroperasi. Sebagai gantinya dia menunggu Seungwan di sebuah kursi panjang yang diletakkan di teras rumah mereka. Dia tidak banyak tahu soal Seungwan. Baginya tidak penting. Karena itu, dia hanya menunggu Seungwan kembali dari mengajar atau bermain dengan dua temannya itu. Membicarakan apa yang sebenarnya tidak penting. Tapi menjadi sangat penting karena dia adalah satu-satunya orang terdekat Chanyeol saat ini.

Seungwan malam itu masih menggunakan mantel bewarna marun. Sama seperti pagi hari. Tapi wajahnya terlihat pucat. Perona bibir yang tadi pagi terbubuh hilang begitu saja. Letih dan lelah terlihat di raut wajah tersebut. Membuat Chanyeol merasa gamang apakah dia harus mengatakan kalimat yang sudah dia hapal baik-baik.

"Eh, Hoojung? Ngapain?" Raut wajah Seungwan berubah berbinar. Matanya tidak bisa membohongi betapa dia bahagia saat melihat Hoojung di depan rumah dengan wajah segar.

Lelaki itu tersenyum. "Cuma duduk," katanya. Dia bangkit lalu menghampiri Seungwan. Dia menatap mata gadis itu lekat-lekat. Membuat buku jari gadis itu memutih. Gugup luar biasa. Merasa tidak siap dengan apapun yang akan disampaikan Hoojung. "Kamu baru pulang?" Tanya dia pelan. Bahkan hampir tidak terderngar Seungwan.

Seungwan mengangguk. Sudah tidak bisa dibayangkan betapa merah pipinya sekarang. Dia merasa sangat dekat dengan laki-laki yang dia kagumi sekarang. Bahkan dia melupakan bagaimana hatinya pernah sangat rapuhm dilepas pergi Yoongi begitu saja.

"Aku mau ngomong sama kamu," kata Hoojung membuat Seungwan mengerjapkan matanya. "Penting, kamu ada waktu kan?" Kata Hoojung lagi.

Seungwan mengangguk antusias. "Ayo, masuk ke rumah. Ngobrol di dalam aja. Kebetulan aku bawa roti gagal dari rumah Joohyun," Seungwan bergerak lembut. Dia menarik tangan Hoojung agar mengikutinya ke dalam rumah. Langkah-langkah kecil yang dia buat diiringi dengan harapan. Semoga ini bukan mimpi.

×××

Seungwan memberikan sepiring penuh roti gagal yang dimasak Joohyun. Sementara Hoojun duduk di atas sofa yang menghadap sebuah figura yang memperlihatkan kecantikan alami Seungwan. Tentu, tentu saja, dia laki-laki biasa yang tahu mana perempuan cantik dan penuh aura seperti Seungwan.

"Adik aku, fotografer. Jadi aku minta fotoin dia dengan angle terbaik. Hahaha, beda ya sama visual asli aku," kata Seungwan yang kini duduk di sampin Hoojung. Sama-sama menikmati foto itu. "Kayaknya, semua fotografer nggak suma difoto ya, soalnya adik aku leboh suka ambil foto orang lain, makanya kalau kangen aku lihat foto ini," cerocos Seungwan.

Tidak. Hoojung ingin mengatakan kalau pendapat Seungwan salah. Perempuan itu cantik. Visualnya memukau. Sikapnya begitu santai dan mudah bergaul. Membuat siapapun yang ada di dekatnya merasa nyaman. Tapi, Hoojung tidak berani mengatakannya. Justru yang dia sampaikan adalah, "Adik kamu dimana memangnya?"

Seungwan mengulum senyumnya. "Meninggal. Udah lama sih. Empat atau lima tahun yang lalu. Kita kembar. Beda lima menit aja. Makanya, pas lihat foto itu, aku kaya lihat adik aku sendiri hehe," dibanding sedih, Seungwan terlihat sangat santai menjawab pertanyaan Hoojung. Memperlihatkan bahwa dibalik kelembutan yang dia miliki, terjaga jiwa yang kuat. Yang pernah merasakan kehilangan yang besar.

"Sorry," kata Hoojung menyesal. Membuat Seungwang mengibas-ngibaskan tangannya di hadapan lelaki itu. Tidak perlu merasa bersalah. Karena kehilangan adalah sesuatu yang semua orang akan rasakan.

Tanpa disadari, Hoojung justru kini terjebak dalam situasi nyaman yang membuatnya lupa kalau tujuan dia bertemu dengan Seungwan adalah menyelesaikan apa yang terjadi sekarang. Membuat gadis itu keluar dari hidupnya yang membahayakan.

"Jadi mau bicara apa?" Seungwan kini menghadap Hoojung yang duduk tegak. Tentu saja dia merasa sangat antusias. Selama bertemu dengan lelaki itu, baru kali ini mereka akan berniat untuk saling bicara. Apalagi yang memulai adalah laki-laki itu.

Sementara, Hoojung merasa tidak enak hati. Seungwan sudah sangat baik selama ini. Sejujurnya di sepanjang karirnya yang selalu hidup dalam penyamaran. Membuat dia tidak pernah merasakan perhatian yang diberikan Seungwan. Karena itu dia merasa tidak enak.

"Eum, aku mau menikah," laki-laki itu tidak tahu harus mengatakan kalimat apa lagi setelahnya. Karena bukan ini yang akan dia ucapkan tadi. Tapi, dia tidak ingin menjelaskan banyak hal. Apalagi jika nanti Seungwan mulai bertanya-tanya mengenai identitasnya.

Seungwan tidak tahu harus menebak ke arah mana pembicaraan ini akan mengarah. Dia berusaha sesantai mungkin untuk menanggapi kalimat yang dikatakan Hoojung kepadanya. "Ya, tentu aja semua orang mau menikah kok. Aku juga," kata Seungwan.

Mungkin Hoojung akan menyesal sudah berbohonh separah ini. Dia juga akan merasa bersalah karena sudah menyakiti perasaan Seungwan yang tulus. Tapi ini demi kebaikan gadis itu. "Ya, benar. Dan setelah pekerjaanku selesai disini kami akan menikah. Aku dan kekasihku," kata Hoojung sambil menundukkan kepalanya. Dia merasa sangat bodoh mengatakan alasan yang penuh omong kosong itu.

Seungwan tentu merasa patah hati. Selama ini dia tidak ingin mencari tahu apa yang terjadi pada Hoojung. Apa status laki-laki itu. Apakah sudah menikah, bertunangan atau berpacaran. Karena dia selalu takut. Takut jika Hoojung adalah harapan semu.

Sepeninggal Yoongi semuanya terasa menakutkan bagi Seungwan.

Dia takut pada orang-orang yang akan mengingatkannya pada Yoongi.

Dia takut pada kawasan perumahan yang dengan rapi menyimpan kenangannya dengan Yoongi.

Dia bahkan takut pada dirinya sendiri. Yang begitu mencintai Yoongi.

Lalu Hoojung membuat luka itu semakin dalam. Dia benci dengan kejujuran. Seandainya dulu Yoongi berbohong soal hubungannya dengan perempuan lain. Mungkin sekarang dia tidak akan pernah merada dikhianati. Karena pada dasarnya dia akan percaya pada pasangannya.

Begitu pula Hoojung. Alangkah lebih baiknya Hoojung berbohong soal statusnya. Karena dengan begitu, Seungwan tidak perlu bangun dari mimpi indah. Baginya. Terjebak dalam sebuah kebohongan akan menjadi lebih baik. Dibandingkan terjebak dalam hubungan orang.

"Kamu pasti bahagia, ya kan, Hoojung?" Kata Seungwan mengakhiri permbicaraan malam itu.

×××

Unedit. Silakan dikomentarin biar aku up fast. Haaahaaa

Chrysanthème ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang