13. Anak Adam

944 151 20
                                    

Mark Tuan mengelap keringat yang menetes di tengah dadanya. Matanya tetap menatap pergerakan Seungwan dan Chanyeol yang berhasil direkam oleh CCTV yang ditempel Jackson. Dia suka dengan cara kerja anggota baru itu. Gesit. Lincah. Dan cermat. Semua pergerakan yang Chanyeol lakukan bisa dia ketahui sekarang. Hanya dengan memerintahkan Jackson. Bahwa lelaki itu tahu apa yang harus dia lakukan.

Selesai mengelap seluruh keringat, Mark bercermin. Dia menggosok-gosok dagu dan cela di antara bibir dan hidungnya. Merasakan titik-titik kasar yang muncul. Dia bersiap akan mencukurnya. Tepat ketika bayangan Chanyeol yang berjalan cepat ke arah jalan raya menarik perhatiannya. Tentu saja, lengkap dengan raut khawatir dan cemas. Mark penasaran. Jadi jemarinya yang masih berada di ujung dagu beralih ke arah ponsel yang tergeletak di atas nakas.

"Target satu bergerak. Awasi dengan cermat," kata Mark ketika sambungan terhubung. Dia, langsung mematikannya begitu saja. Tahu jika semakin lama dia berusaha menghubungi anggota lain, maka mereka akan lebih banyak membuang waktunya. Japok, diajari untuk bersikap cermat dan instan.

Mark punya dua target sekarang. Meskipun dia tahu kalau targetnya mengetahui siapa yang akan dia jadikan sasaran. Bukan Mark namanya kalau dia mundur dari pertarungan tak kasat mata itu. Dia justru semakin senang. Karena akhirnya dia bisa bermain-main dengan target-targetnya. Dengan mereka, yang jatuh cinta.

Sudah berkali-kali, dia menghadapi situasi ini. Kadang kala dia bosan. Tapi beberapa kali dia jadikan ini sebagai angin segar. Sebab dia bisa menikmati air mata yang lebih banyak. Dia juga bisa dengan mudah menang, jika dia mau. Berhadapan dengan mereka yang sedang jatuh cinta membuat Mark semakin dekat dengan kemenangan yang mutlak. Hanya saja, sekarang dia ingin mengulur waktu lebih lama.

Sampai targetnya tidak sadar, kalau Mark sedang menggoreskan siletnya sedikit demi sedikit. Sampai senjata kecil itu menembus jatung mereka.

Mark menarik alat pencukur dari laci di bawah nakasnya. Melanjutkan sesuatu yang sempat tertunda. Dengan senyum yang mengembang, dia menerima sebuah pesan. Tapi dia tidak tertarik dengan pesan yang kemungkinan besar dari orang yang dia suruh untuk mengikuti Chanyeol. Karena dia bisa memastikan kalau tidak ada sesuatu yang serius terjadi.

Selagi dia menghunus silet kecil. Mark juga menjaga targetnya. Dia, tidak mengizinkan siapapun untuk menyentuh barang seujung kuku. Karena hanya dia. Yang diperbolehkan menghabisinya. Tidak ada yang lain. Hanya dia.

XXX

"Chaaaaaaan," Seungwan berteriak dari arah dapur. Membuat laki-laki yang berada di ruang tengah berlari cepat ke arahnya. Takut ada apa-apa terjadi. Mengingat sekarang, perempuan itu tahu siapa dirinya, apa yang dia kerjakan. Dan apa yang akan terjadi.

Tapi, Chanyeol tidak melihat apa yang dia khawatirkan. Seungwan hanya meringis menekan jari manisnya yang mengeluarkan darah segar. Chanyeol melihatnya, beberapa tetes darah jatuh di atas lantai yang berwarna putih. Sementara tak jauh di tempat Seungwan berdiri, tergeletak sebuah pisau kecil yang biasa digunakan untuk memotong buah.

Chanyeol dengan perhatiannya yang besar, menarik lengan Seungwan. Kemudian dia menghisap darah agar segera berhenti mengalir. Seungwan melihat gerakan Chanyeol yang telaten. Seolah sudah dilatih untuk menghadapi luka seperti itu. Dan dia mneyukainya. Sekilas Seungwan berpikir untuk terluka setiap hari. Demi melihat Chanyeol sedekat ini. Seperhatian ini.

"Kamu punya plester?" tanya Chanyeol yang baru selesai dengan ritualnya. "Atau kain kasa? Minimal, biar lukanya nggak iritasi dulu," kata Chanyeol lagi, yang hanya disambuti senyuman oleh Seungwan. Gadis itu menyukai perannya sebagai sosok yang berarti bagi Chanyeol. Sangat menyukainya.

Chanyeol jengah, dia memutar kedua bola matanya. "Aku tanya kok kamu senyum sih, jawab dong. Perasaan yang keiiris kan tangan. Bukan kepala kamu," kata dia lalu melepaskan genggamannya terhadap lengan Seungwan. Membiarkan gadis itu merasa kosong selama sesaat.

Chrysanthème ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang