Totalnya delapan jam. Chanyeol, Taeyeon dan Sooyoung akhirnya bisa melihat titik putih, di tengah kegelapan. Sebuah tanda dari kehidupan. Yang mungkin akan membawanya kepada petunjuk lain yang mereka butuhkan. Chanyeol menatap haru titik itu. Rasanya luar biasa. Dia seperti baru saja mendapatkan sebuah permata di tengah lautan. Permata yang menjadi sebuah tujuan hidupnya.Sooyoung ikut tersenyum. Dia pikir, selama berjam-jam duduk di kursi penumpang, jalan itu akan mengantarkan mereka ke sebuah dunia lain. Sepanjang jalan dia sudah berdoa, agar paling tidak, sisa-sisa amal yang dia miliki bisa ditebus oleh tujuan yang jelas dari perjalanan ini. Dan ternyata Tuhan mengabulkannya. Di depannya, mungkin akan ada petunjuk yang ditinggalkan oleh Mark atau Seungwan.
Begitupun Taeyeon yang menepuk-nepuk tangannya dan bahu Chanyeol bergantian. Dia sudah pesimis sebenarnya jika jalan itu hanyalah jebakan yang dibuat Japok. Tapi, sekarang, ketika dia melihat sebuah cahaya kecil di ujung sana, ada rasa bahagia yang membuncah di dalam dirinya. Bahagia yang tidak bisa ditakar oleh apapun.
Taeyeon memikirkan apalagi yang mungkin harus dia lakukan setelah menemukan Seungwan nantinya. Mungkinkah anggota Japok akan menahan mereka ebagai tawanan. Atau mungkin akan jauh lebih mudah daripada itu semua? Tapi di tengah kegelapan malam. Dia menyalakan salah satu ponsel yang diletakkan di bawah kursinya. Ponsel miliknya.
Dia mencari sebuah nama yang mungkin akan menolong mereka jika mereka mengalami kesulitan. Mengirimkan pesan namun tidak banyak yang dia tulis pada akhirnya. Hanya jika mereka tidak kembali dalam kurun waktu dua kali dua puluh empat jam. Maka, orang itu harus mencari mereka. Melalui titik yang Taeyeon tinggalkan. Beberapa kilometer dari pintu gerbang perbatasan.
"Menurutmu, apa Seungwan ada di sana?" Tanya Taeyeon pelan. Seyakin apapun dia, seoptimis apapun dia. Selalu ada rasa takut yang mengikuti. Rasa takut jika apa yang mereka duga tidak seperti apa yang terjadi. Karena terkadang, ekspetasi dan realita berbanding sangat jauh. Amat sangat jauh. Dan saking jauhnya, mereka semua memilih terjebak di dalam harapan palsu.
Tak pula berbeda jauh dengan Taeyeon. Chanyeol yang bersiap menekan pedal koplingnya itu juga memikirkan hal yang sama. Bagaimana jika perjalanan ini penuh kesia-siaan. Bagaimana jika Seungwan tidak ada di sana. Bagaimana jika Mark memilih membuang Seungwan ke laut. Tempat yang sangat dekat dengan rumah mereka.
Mereka.
Chanyeol meneguk liurnya. Betapa menyakitkannya kata tersebut sekarang. Kata ganti mereka. Seungwan dan dirinya. Dan lebih menyakitkan lagi, bagaimana Seungwan yang seharusnya menerima perhatian lebih karena sedang hamil justru menahan perih karena kini menjadi tawanan Japok. Belum lagi, kehamilannya yang masih sangat rentan. Seungwan, apakah kamu tidak sakit dan kesulitan melalui perjalanan ini?kamu, dan anak kita masih menungguku kan? Aku harap iya. Aku sangat mengharapkannya.
Sooyoung yang melihat kecanggungan itu berdehem. "Paling tidak, aku yakin di sana ada petunjuk dimana Seungwan berada," kata dia.
Selama perjalanan ini, Taeyeon, Sooyoung dan Chanyeol memikirkan hal yang berbeda. Taeyeon berpikir bagaimana jika perjalanan ini adalah jebakan yang disiapkan oleh Japok untuk mereka? Atau bagaimana jika Japok sudah menghabisi Seungwan? Yang lebih parah, apakah ada anggota Japok di tengah hutan mengawasi gerak gerik mereka. Taeyeon tidak tahu.
Sementara Sooyoung dengan jiwa postifnya beranggapan kalau perjalanan ini pasti akan ujungnya. Perjalanan ini pasti akan selesai. Seungwan akan ditemukan. Begitu juga Chanyeol yang akan menemukan tujuan dari hidupnya. Di kepala Sooyoung, perjalanan ini tidak akan pernah sia-sia. Paling tidak akan selalu ada pelajaran yang akan mereka petik di kemudian hari.
"Sooyoung benar. Bagaimana kita tahu jika kita belum sampai? Ini satu-satunya harapanku," kata Chanyeol yang wajahnya menggelap.
xxx
"Lalu kamu tidak mengenal Japok?" Tanya Dorine setelah mendengarkan penjelasan yang dikatakan Seungwan. Jika bayi yang dikandungnya bukanlah anak dari Mark. Bukan cucunya. Melainkan anak dari lelaki lain bernama Chanyeol.
Seungwan mengangguk pelan. "Aku dan Mark bahkan tidak banyak berkomunikasi sebelum ini. Dia hanya seorang kenalan yang tinggal di rumah sewa rekanku," ujar Seungwan.
Dorine sudah mengajak Seungwan ke ruang makan. Meskipun gadis itu masih takut. Seungwan tetap mementinkan kesehatan bayinya. Entahlah rasanya seperti apa bubur polo situ. Sebab, Dorine tidak pandai memasak. Dan dia merasa bersalah dengan keadaan tersebut.
Dulu, saat Dorine sedang mengandung anaknya, mertuanya, istri dari kakek Mark memasakkannya banyak makanan, nutrisinya sangat terjaga. Dan dia tidak diizinkan mengerjakan apapun. Sementara Seungwan. Berbeda jauh dengannya. Bagaimana gadis itu kini berada jauh dari rumahnya. Merasakan beban yang seharusnya tidak dia rasakan. Dia hanya korban. Seseorang yang mungkin sangat berharga bagi orang lain. Target Mark sesungguhnya.
Dorine selalu benci berkomunikasi dengan para korabannya. Salah satunya adalah hal ini. Dia jadi bisa merasa kasihan. Dia bisa merasa bahwa dia perlu membantu mereka. Padahal, sudah jelas Dorine harus menghabisi mereka. Memang tidak pernah ada yang selamat. Sesulit apapun nantinya Dorine mengeksekusi mati mereka semua. Tapi, dia akan menangis. Menyesal untuk mereka yang ditinggalkan.
"Kamu tetap harus mati Seungwan. Apa yang harus aku lakukan?" ujar Dorine parau. Membuat Seungwan berhenti mengunyah. Menatap perempuan paruh baya yang menunduk kian dalam.
Seungwan juga tidak punya pilihan. Chanyeol mungkin saja mencarinya. Pada akhirnya mereka memang akan bertemu. Tapi, pasti hanya Chanyeol yang melihatnya. Sebab, pada saat itu Dorine sudah menghabisinya. Dia mungkin sudah meninggal. Atau apalah yang dikatakan kehilangan nyawa.
Seungwan menarik senyumnya. Lalu menarik jemari Dorine, untuk kembali menyuapinya bubur polos itu. "Iya, tidak apa-apa. Aku mengerti," kata Seungwan berusaha tegar.
Pada dasarnya, gadis itu tidak mengerti apa yang sedang ditengkarkan Mark dan Chanyeol. Dia tidak tahu kenapa Mark yang baik hati bisa sangat jahat melukainya pelan-pelan sampai mati. Dia juga tidak tahu kenapa Chanyeol yang anggota NIS belum menemukannya sampai sekarang.
Seungwan gadis biasa. Sekuat apapun dia. Setegar apapun dia. Rasa takut juga terbesit di dalam relungnya. Dia tidak tahu apakah dia akan berakhir begitu saja nantinya. Ataukah akan drama lain yang akan lebih menyesakkan. Dia tidak menyangka bahwa hidupnya akan serumit ini.
Dorine yang ada di hadapannya menjadi kelu. Jika semua korbannya akan memohon padanya untuk diselamatkan, maka Seungwan terbalik. Dia mencoba memahami situasinya. Tidak berusaha membantah. Membuat Dorine semakin merasa bersalah.
"Hidup ini penuh kejutan. Beberapa waktu lalu, aku ada di pelukan seseorang yang aku sayang. Lalu sekarang, nyawaku sedang tidak aman. Aku tidak peduli apa yang perlu aku perjuangan sekarang. Yang terpenting, Dorine. Kamu harus bahagia. Aku lihat kamu tidak bisa menikmati hidup ini," kata Seungwan lalu kembali menyuap buburnya. "Anakku pasti senang karena sudah memakan bubur buatanmu," kata Seungwan tulus.
Gadis itu hanya ingin berbuat baik di ujung hidupnya. Dia sudah berusaha. Sekarang hanya tinggal menyerahkan diri. Agar Tuhan menempatkannya di tempat terbaik. Paling baik yang pernah ada.
×××
Maaf ya telat.
Ini aku kebut. Biar sebelum Ramadan berakhir mau aku tamatin. Soalnya, aku juga mau libur. Huhuhu.Bentar lagi ada prahara neh. Tunggu yah..
![](https://img.wattpad.com/cover/181120476-288-k120453.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Chrysanthème ✔
FanficChanyeol sedang di dalam misi menangkap bandit kelas kakap Korea Selatan. Lalu dia bertemu dengan Seungwan. Perempuan cantik yang tinggal di rumah bawah. Seungwan menjelma menjadi kelemahan Chanyeol. Menjadi target baru bandit bernama Jopok. Mark Tu...