14. Penuh Antusias

933 137 22
                                    

Krisan itu, bunga abadi.

Chanyeol bertanya, kenapa Seungwan menghias furnitur rumahnya dengan bunga Krisan. Padahal, setahu dia bunga itu tidak bewarna cerah seperti anggrek. Atau beraroma harum seperti mawar dan melati. Krisan bahkan lebih akrab dengan situasi duka.

Krisan punya sejarah. Sejak masa kepemimpinan Raja Sejong, Krisan menjadi bunga yang selalu ada di setiap pemakaman. Katanya, bunga tersebut bisa mengabadikan arwah mereka yang meninggal. Tidak tahu jelas, Chanyeol hanya memahaminya sedikit demi sedikit saat menemani Sooyoung berselancar di dunia maya demi menguatkan penyamarannya sebagai florist. Itupun beberapa bulan lalu.

Tapi, melihat Seungwan begitu menyukai Krisan, pendapat menyeramkan itu pergi begitu saja. Chanyeol justru senang melihat Krisan. Karena akan mengingatkannya pada malam-malam hangat bersama Seungwan. Mereka sudah sejauh itu. Dan itu menyadarkan dirinya sendiri jika dia adalah orang biasa. Terlepas pekerjaannya adalah seorang agen dari NIS. Dia, tetaplah manusia biasa. Bisa jatuh cinta. Perasaan yang dimiliki semua umat manusia.

"Malam ini, kamu keluar lagi?" Tanya Seungwan sambil mengenakan gaun tidurnya. Kemudian dia kembali bergelung di dalam selimut yang sama. Merangkul Chanyeol yang lebih dulu mengenakan kaos panjang bewarna merah gelap. Kaos yang menguarkan wangi maskulin.

Chanyeol mengedikkan bahunya. Jari yang telanjang itu dia usap ke bordiran kasar sprei yang dipasang di kasur tempat mereka terbaring. Khas Seungwan. Dan Chanyeol terus tergelitik untuk lagi-lagi mengusapnya. "Nggak tahu deh. Aku masih tunggu arahan," kata Chanyeol.

Seungwan sudah biasa ditinggal ketika dia terlelap. Pagi buta, dia akan menemukan kasur di sampingnya yang kosong. Tapi berselang jam, Chanyeol akan kembali dengan wangi soju yang kuat. Dan senyum yang bersemu. Menghangatkan pagi yang selalu dingin.

Kebiasaan Chanyeol sudah menjadi kebiasaan gadis itu. Memasak untuk dua porsi. Mengingatkan hal-hal tidak penting. Misalnya, mengenakan mantel saat keluar rumah. Begitu juga Chanyeol yang juga mulai sangat terbiasa dengan Seunwan di sekitarnya. Bahkan ketika dia menerima panggilan dari markas pusat. Seungwan ada di dalam rangkulannya pada saat itu.

Seungwan menuruti apa katanya. Ketika dia meminta gadis itu tidak ikut campur dalam pekerjaannya. Maka Seungwan tidak akan bertanya soal apapun. Bahkan ketika Chanyeol memintanya tidak menunggu di malam dia harus pergi tanpa sepengetahuan Seungwan. Gadis itu tidak mencarinya.

Satu-satunya alasan Seungwan menuruti apa yang dikatakan oleh Chanyeol adalah. Karena perempuan itu percaya pada Chanyeol. Dia percaya kalau lelaki itu akan selalu kembali. Tanpa Seungwan minta. Chanyeol juga sudah berjanji untuk selamat dalam pristiwa apapun. Jadi tidak ada yang perlu Seungwan takutkan.

"Besok, jadwal kelas aku sama Seulgi untuk belajar di luar ruangan. Rencananya kami akan mengunjungi museum 40 Steps Cultural Tour Street, menurut kamu aku bakal antusias nggak?" Seungwan mendongakkan kepalanya. Menatap Chanyeol yang sibuk dengan anak rambutnya.

Lelaki tampat menimang, kemudian tersenyum. "Kamu selalu antusias. Itu salah satu alasan kenapa aku suka sama kamu. Kamu nggak pernah bosan untuk memperlihatkan rasa ingin tahu kamu. Kamu juga bisa buat aku percaya, kalau setiap orang punya hak untuk sayang dan disayangi. Jadi, untuk pertanyaan kamu, aku yakin kamu pasti bisa senang-senang di sana," kata Chanyeol. Kalimat panjang itu juga diakhiri dengan kecupan lama di dahi Seungwan. Membuat gadis itu tersenyum dan membalas ciuman itu dengan kecupan pelan sedikit basah pada bibir Chanyeol.

Seungwan tahu seharusnya dia bersyukur karena Chanyeol membalas apa yang dia rasakan. Dia benar-beanr berterimakasih kepada Tuhan. Di antara banyak yang meninggalkannya. Chanyeol, laki-laki yang punya alasan besar untuk meninggalkannya. Justru tetap di sana. mengikuti apa yang dia pinta. Semuanya. Tanpa satupun terkecuali.

Chrysanthème ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang