18. Bahaya

669 122 13
                                    

Tidak bisa. Sekeras apapun Mark berupaya mengelak kalau dia akan bertahan di Busan. Faktanya dia harus tetap kembali dalam kurun waktu tiga hari. Dia sudah bilang pada atasannya, kalau dia butuh waktu lebih daripada itu. Dia punya urusan. Yang tidak bisa ditinggalkan.

Tapi, Jaebum, senior di atasnya satu tingkat bersikukuh membuat Busan bersih dari peredaran Japok. Ketetapan itu sifatnya tidak terbantahkan. Membuatnya mau tidak mau harus segera menyelesaikan apapun dalam waktu yang tersisa.

"Dengar kan? Dalam tiga hari kamu harus membereskan apapun. Tinggalkan identitasmu. Dan kembali ke Gwangju," ujar Jaebum tetap menginterupsi Mark melalui sambungan telepon.

Seandainya ini bukan soal pekerjaan mereka. Tidak membawa organisasi yang dia lindungi. Mungkin Mark akan mengelak perintah yang diberikan Jaebum. Tapi, sekarang dia punya kewajiban untuk menurutinya. Apalagi, Jackson berdiri di hadapannya sekarang.

Mark tampak menimang sesuatu. Tiga hari seharusnya bukanlah waktu yang sebentar. Dia punya 24 jam di kali tiga untuk menyelsaikan misinya untuk Chanyeol. Hanya satu orang. Dan dia seharusnya mampu mengatasi masalah ini dengan cepat.

"Tidak. Tidak perlu tiga hari. Nanti malam kami akan segera kembali ke Gwangju," kata Mark menutup percakapan itu.

Jackson yang sedang menghisap asap dari tembakau keringnya itu menghampiri Mark. Tidak benar-benar yakin dengan keputusan yang dibuat oleh rekan kerjanya. Apalagi dia jelas tahu alasan Mark bertahan di Busan. Untuk benar-benar menyelesaikan pekerjaannya. Membersihkannya. Tanpa noda sedikitpun.

Dia ingin memberi pelajaran pada NIS melalui Chanyeol. Dan menumbalkan siapapun yang mungkin akan membuat Chanyeol sadar. Bahwa Japok tidak akan terkalahkan. Japok adalah penguasa Korea. Tidak mudah untuk mengamankan Japok. Karena organisasi itu terstruktur dengan baik. Memiliki banyak cara kerja. Yang mampu menggilas siapapun yang berusaha menghalangi.

"Kita akan menyelesaikannya hari ini. Di manapun."

Mark meremas ponselnya. Dia tidak punya persiapan apapun. Tapi tidak punya pilihan. Dia akan mempertaruhkan jabatannya sekarang. Jika gagal, mungkin ini akan menjadi akhir dari karirnya sebagai anggota Japok. Tapi, jika berhasil. Mungkin, NIS akan menyerah. Karena anak emasnya akan kalah di tangannya.

Mark serius ketika dia beranggapan jika dia bisa bermain dengan lihai. Secara fisik dan kecermatan, Chanyeol mungkin tidak memiliki satupun kekurangan. Kekuatan mereka satu sama. Tapi, perlu diingat. Japok sudah kotor. Membunuh bukanlah sesuatu yang diharamkan. Selama itu bisa merusak struktur perencanaan musuhnya. Maka Japok akan menghalalkannya. Termasuk menguliti Seungwan sampai mati. Menyerahkan jasadnya ke hadapan Chanyeol. Dan itu jauh lebih menarik dibandingkan bersitegang secara langsung dengan Chanyeol.

"Bagaimana bisa?" Tanya Jackson. Dia mematikan puntung rokoknya. Ikut melihat ke arah tujuan pandangan Mark. Sebuah mobil bak terbuka. "Jangan bilang, no way. Mark kita tidak diminta untuk menculik siapapun, semuanya harus kita selesaikan disini," kata Jackson panik.

Tidak. Bagi Mark permainan itu harus berlanjut kemanapun mereka pergi. Sayangnya, karena ketua meminta urusan disini harus segera diselesaikan. Maka terpaksa dia juga harus membawa masalah tersebut. Meskipun pada akhirnya yang akan ditemui gadis itu adalah kematian. Tapi alangkah lebih baik jika dia bisa menarik Chanyeol dalam permainan itu.

"Serahkan semuanya kepadaku. Sekarang kita perlu berkemas," kata dia.

×××

Chanyeol ingin istirahat barang sejenak. Dia hampir memejamkan matanya. Jika seorang perawat dengan raut wajah panik masuk tanpa permisi ke ruangan Taeyeon. Siapapun perawat tersebut, Chanyeol yakin bawa dia adalah salah satu anggota NIS yang juga sedang menyamar. Sebab. Semendesak apapun urusannya, mereka harus menjaga kesopanan dengan atasan.

Chrysanthème ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang