3. Pandangan Pertama

2.2K 248 19
                                    

"Hai," itu kata pertama yang Seungwan dengar dari penyewa kamar di rumah atap. Perempuan itu tidak lekas menjawab. Seperti pada kebiasaannya, hal pertama kali yang dia lakukan adalah, memerhatikan gestur tubuh yang tinggi, tampan dan mengangumkan.

Chanyeol melambai-lambaikan tangannya di depan Seungwan. Mengumpulkan fokus gadis itu. Membuat dia mengedip beberapa kali. "Ya, hai," sahutnya. Seungwan berbalik. Bukan berarti dia tidak menyukai pertemuan itu. Hanya saja dia gugup. Partner serumahnya adalah laki-laki tampan.

Seungwan berusaha menormalkan perasaan menggebunya. Dia perempuan biasa. Hampir jadi perawan tua. Hormon sebagai perempuan yang semestinya adalah gugup. Begitulah. Seungwan merasa gugup berhadapan dengan lelaki yang belum dia ketahui identitasnya. Dia berbalik lagi. Kali ini lebih tenang. Dilemparkannya senyum penuh pukauan.

"Baru ya?" Tanya Seungwan basa-basi. Sebenarnya dia bukan tipe gadis seperti ini. Memuakkan. Kerap kali dia mengatai Joohyun yang suka ambil perhatian di depan Junmyeon, anak pemilik yayasan tempatnya bekerja. Sekarang dia jadi sebaliknya. Dia juga heran. Kenapa bisa dia bertindak bodoh seperti itu.

Chanyeol mengeluarkan senyumannya. Sangat manis dan tampan. Seungwan kembali hilang fokus. Hatinya benar-benar lemah. Dia mengaku kalah sekarang. Hilang sudah prinsipnya sebagai perempuan kuat. Yang tahan akan godaan apapun. Dan lelaki ini dengan beraninya membalik-balikkan perasaan itu.

Chanyeol menggaruk bagian belakang kepalanya, "Iya. Biar aku tebak, kamu penghuni rumah bawah ya?" Seungwan tidak tahu bagaimana rupanya sekarang. Sebab Chanyeol mendekatkan dirinya. Membuat jarak mereka tak lebih dari satu meter. Membuat Seungwan bisa mencium aroma maskulin dari laki-laki itu.

Seungwan sadarlah cepat.

Seungwan jadi ikut menggaruk bagian belakang kepalanya. Dia tersenyum lebar, kemudian menatap Chanyeol. "Iya, tetangga dekat kamu, hehe," oh lihatlah Seungwan sekarang. Dia sudah seperti orang yang bertemu idola yang diidam-idamkan sejak lama. Dia bahkan tidak tahu bahwa hehe yang dia keluarkan terdengar sangat menjijikkan.

Mereka sama-sama diam. Seungwan sibuk dengan perasaan antusias gila itu. Dan Chanyeol yang bingung meneruskan percakapan super garing. Dia ingin cepat ke kamar dan menyusun segala startegi yang sudah direncakanakannya bersama para anggota tim lain. Tapi Seungwan masih ada di sana. Padahal dia pikir perempuan itu akan segera pergi karena sudah rapi menggunakan pakaian formal. Perempuan itu akan bekerja bukan?

"Mau bekerja?" Tanya Chanyeol sambil menunjukkan jarinya ke arah tas tangan yang dijinjing Seungwan.

Astaga, Seungwan benar-benar hilang ingatan. Sekarang dia bergerak panik. Dia ingat betul kalau dari dalam rumah dia sudah terlambat. Tapi karena dia terpesona dengan kehadiran Chanyeol, dia tiba-tiba lupa. Ya ampun.

"Yeah, ohya," Seungwan mengeluarkan tanganya, meminta tautan tangan Chanyeol. Agar mereka bisa saling berjabat. "Seungwan. Son Seungwan, guru taman kanak-kanak, kamu?"

Dua bola mata Chanyeol hampir keluar ketika dia mulai memahami maksud gerak gerik tubuh Seungwan. Dia belum menyiapkan identitas baru. Jadi dia diam agak lama. Sambil menatap Seungwan yang mengisyaratkan untuk segera menyambut jabatan tangan Seungwan.

Chanyeol menarik nafas, dia tidak boleh gegabah. Menyebutkan nama aslinya adalah sesuatu yang diharamkan. Semenjak bergabung menjadi anggota NIS, dia bahkan lupa dengan namanya sendiri. Tapi laki-laki itu tetap menyambut jabatan tangan Seungwan.

"Keep my promise. Aku akan kasih tahu namaku di pertemuan selanjutnya. Karena aku mau ketemu kamu lagi," kata dia.

Hancur sudah pertahanan Seungwan. Gadis itu meleleh sekarang juga.

×××

"Sesuatu terjadi?" Tanya Seulgi yang sedang mengepak lembaran tugas siswanya. Dia kini berdiri di hadapan Seungwan yang terlalu banyak tersenyum hari ini. Bahkan kepada Junmyeon yang paling mereka tidak sukai. Gadis itu seperti sedang jatuh cinta.

Tapi bukannya menjawab, Seungwan justru meraba kulit pipinya. Dia mengatur suhu yang ternyata masih panas. Ya ampun dia masih ingat bagaimana tetangga baru itu mengisyaratkan pertemuan lain. Dan dia tidak sabar dengan pertemuan lain itu.

Seungwan jadi ingin cepat pulang dan duduk di depan rumah sambil menunggu laki-laki itu keluar rumahnya. Kemudia pertemuan kedua terjadi. Seungwan akan tahu siapa nama lelaki itu. Sementara dia juga akan meminta nomor ponselnya. Menghubunginya sewaktu-waktu. Misalnya sengaja memecahkan lampu untuk dibetulkan oleh laki-laki itu. Berkhayal seperti itu, membuat Seungwan jadi tertawa sendiri. Dan Seulgi menautkan kedua alisnya.

"Hey, kamu nggak apa-apa?" Seulgi menyentuh dahi Seungwan. Menarik kesadaran penuh gadis itu.

Seungwan menghindar saat Seulgi berniat menyentuh di bagian lain. Dia menatap Seulgi penuh selidik. "Apaan sih?" Katanya ketus.

Seulgi melipat tangan di atas dada. Dia mendengus. "Kamu yang apaan. Dari tadi senyum sendiri terus. Sekarang justru marah. Aku takut kamu kemasukan apa gitu. Harusnya aku foto pas kamu senyum sama ketawa sendiri. Supaya kamu lihat sendiri, seaneh apa kamu tadi," Seulgi kembali mengepak tugas yang sebelumnya dia tinggalkan. Langkahnya keras. Dia kesal.

Seungwan hanya mengendikkan bahunya. Dia berniat bercerita kepada Seulgi soal seorang laki-laki yang tinggal di rumah atap. Laki-laki yang tampan dan penuh pesona. Sayangnya, Seulgi terlanjur kesal. Jadi mungkin dia akan menceritakannya lain kali.

Tapi mengingat apa kata Seulgi, Seungwan jadi bertanya-tanya. Tidak pada siapapun. Tapi pada dirinya sendiri. Dia yakin ini bukan cinta. Seungwan masih tidak percaya dengan kalimat, cinta pada pandangan pertama. Jadi dia menyimpulkan bahwa mungkin lelaki itu mirip dengan idolanya dulu. Yang dia lupakan. Makanya dia mengaguminya.

Seulgi yang masih penasaran sekarang menatap tajam Seungwan. Dia yakin sesuatu terjadi. "Wan, sekali lagi aku tanya. Sesuatu terjadi?"

Seungwan membalas tatapan Seulgi. Bukan dengan tajam. Tapi dengan binaran yang sulit diartikan. Sementara, sesaat kemudian gadis itu mengangguk antusias. "Seorang pangeran dari dunia khayal menyewa rumah atap. Kami bertemu pagi tadi," kata dia.

Jadi sekarang Seulgi sudah menyimpulkan segala sesuatunya.

×××

Chanyeol menerima paket yang dikirimkan oleh kurir. Di dalamnya identitas baru akan dia gunakan. Hoojun. Entah dari mana timnya mendapatkan identitas tersebut. Tapi dia harus membiasakan diri untuk dipanggil sebagai Hoojun.

Chanyeol punya kesulitan tersendiri ketika dia terpaksa untuk mengganti identitasnya dalam setiap misi. Tidak jarang dia harus kehilangan fokus ketika bertemu dengan orang yang memanggilnya dengan nama lain. Makanya, dia selalu dianggap aneh oleh kenalan-kenalan barunya.

Rumah atap menjadi pilihan yang tepat. Di atas ketinggian seperti ini tidak banyak orang yang bisa melihat apa yang dia lakukan. Berlatih fisik. Menempelkan foto-foto targetnya. Dan merencanakan misi penangkapan.

Siang itu, dia merebahkan tubuhnya di atas kasur tipis. Atap-atap yang rendah membuat Chanyeol merasa bahwa dia tinggal di sebuah kandang kerbau. Melihat keadaannya sekarang, dia tersenyum. Seandainya saja jika dalam setiap misi mereka diperbolehkan menggunakan aset pribadi, mungkin Chanyeol sudah membeli rumah berfasilitas lengkap di kawasan tersebut. Tapi tidak. Misinya mengharuskan dia tinggal di kamar kecil tersebut.

Lalu dia mulai memikirkan apa yang akan dia lakukan selama menjalankan misi ini.

Hoojun. Dia tidak tahu apa yang dilakukan Hoojun yang asli. Apapun yang orang itu lakukan, dan apa yang Chanyeol akan lakukan dengan atas nama Hoojun, dia berharap bahwa semuanya baik-baik saja. Chanyeol akan selalu berharap pada hal yang sama. Pada setiap misi yang dia lakukan. Pada setiap identitas yang dia gunakan.

Siang ini Chanyeol memutuskan untuk keluar dari kamar. Melihat dan berusaha mengenal keadaan pedesaan pinggir pantai tersebut. Dia juga berniat membeli beberapa makanan matang untuk dia konsumsi sore dan malam hari. Menyiapkan rencana terusan yang dikirimkan anggota lain di pusat.

×××

Bab pembuka. Mohon maaf kalau membosankan yaaaa.

Chrysanthème ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang