Halo lagi! Semoga bisa jadi temen mimpi malam ini. Baca sampai tuntas dan ada kejutan buat kalian di bagian akhir ya.
Suasana masih cukup gelap ketika Lucy bangun dan mulai bersiap.
Koper serta tasnya telah dia bereskan sejak semalam. Kini keduanya telah dia letakkan di dekat pintu, siap diangkut kapan pun dibutuhkan. Karena semalam dia sudah mengucapkan salam perpisahan kepada penghuni rumah, gadis itu memutuskan untuk menunggu kedatangan Fraam di dalam kamar saja, karena masih ada waktu tiga puluh menit dari yang dijanjikan. Harusnya Lucy bisa memanfaatkannya untuk sarapan. Karena Anneke juga sudah terdengar mulai beraktivitas. Namun Lucy terlalu gugup untuk melakukan apa pun.
Tiba-tiba rencana tinggal di rumah Fraam membuatnya ragu. Bermacam-macam pikiran negatif menyerbunya di saat terakhir. Tinggal bersama pria yang belum dikenalnya dengan baik, di negara yang juga asing, membuat nyalinya menciut. Lucy harus menahan dorongan hasrat ingin nekad kabur ke bandara dan terbang kembali ke Inggris pagi ini juga. Belum pernah dia merasa serindu ini terhadap kota London. Rindu dengan suasana hiruk-pikuk yang menyesakkan. Rindu ingin kembali menjadi Lucy Prendergast yang biasa.
Bunyi bel di pintu depan membuat Lucy terlonjak kaget. Dengan cepat dia menghambur keluar, dan setengah berlari menyusuri lorong, seolah berharap tiba di depan pintu hanya dalam hitungan detik. Pada Anneke yang muncul dari ujung lain, gadis itu memberi isyarat bahwa dia yang akan membuka pintu. Karena itu pasti Fraam. Wanita itu mengangguk tanda mengerti dan membuat Lucy lega sekali. Mies serta Dr. de Groot belum bangun. Sangat cocok dengan rencananya, yaitu pergi tanpa ribut-ribut.
Seperti dugaannya, Fraam lah yang muncul di depan pintu. Wajahnya terlihat cerah dan segar, dengan senyum menghiasi bibirnya. Fraam memang tampan, keluh Lucy dalam hati. Mengutuk dirinya sendiri karena sepertinya kekebalannya terhadap daya tarik fisik pria itu mulai terkikis perlahan.
"Halo, Sayang," sapanya begitu Lucy membuka pintu. "Kuharap tidurmu nyenyak semalam."
Lucy hanya mengangkat bahu sekilas. "Tunggu, aku ambil barang-barangku dulu."
Tetapi tentu saja Fraam tidak mau menunggu. Pria itu mengikuti Lucy menuju kamar yang dia tinggali, yang berada di sebelah kamar Dr. De Groot.
"Penghuni rumah masih belum ada yang bangun. Lebih baik kita berangkat secepatnya," kata Lucy pelan.
Fraam seperti ingin mengatakan sesuatu. Namun melihat ekspresi keras kepala di wajah Lucy yang menegaskan bahwa dia tidak mau membahas apa pun, pria itu memutuskan untuk menuruti. Wajah gadis London yang muram itu tak lepas dari perhatiannya. Jadi dengan senyum maklum, Fraam meraih barang bawaan Lucy yang tidak seberapa. Berdua mereka meninggalkan kediaman keluarga de Groot. Tanpa berbicara apapun, mereka berjalan berdampingan menuju tempat mobil Fraam terparkir.
"Itu mobilnya?" tanya Lucy heran. Kali ini pria itu tidak membawa Aston Martin kebanggaannya.
Fraam mengangguk sambil tersenyum. Mempersilakan Lucy masuk ke dalam Bentley berwarna hitam yang baru kali ini dilihatnya. Ah, persetan dengan mobil-mobil Fraam! Batin Lucy gemas. Tidak sadar kah pria ini kalau dia dengan segala 'mainannya' ini membuat Lucy semakin ragu? Pria macam apa Fraam ini, yang dengan sekehendak hati mengatakan akan menikahinya, dan memintanya tinggal bersamanya.
"Apapun yang ada dalam pikiranmu, dan membuat wajahmu mendung begitu, lebih baik dilupakan untuk sementara. Kita sedang menuju ke rumah, Lucy. Bukan ke pemakaman."
![](https://img.wattpad.com/cover/4044541-288-k718797.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Run To You (Terbit)
RomanceOpen PO Novel E-book Ready di google Play Link e-book ==> Bit.ly/EbookRTY Oh My God! I'm dating a (significantly) older man!