Cuaca cerah di hari kepulangan Lucy. Jaan benar-benar menyesal karena tidak bisa mengantarnya. Namun pemuda itu berjanji akan menemui Lucy bila dia berkunjung ke London.
Lucy pergi ke bandara dengan naik kereta. Sebuah perjalanan singkat yang membosankan. Karena meskipun cerah, suasana hatinya benar-benar mendung. Semalaman dia tidak sanggup memejamkan mata. Hanya tertidur beberapa jam saja menjelang dini hari. Kini, meskipun dia berusaha menutupinya dengan make up, namun kelopak matanya yang berkantung tidak bisa dia sembunyikan sepenuhnya.
Salahkan pada ciuman profesor kemarin di ruang kerjanya. Lucy sungguh tidak mengerti kenapa pria itu bersikap demikian. Apakah sudah menjadi kebiasaannya untuk mencium gadis-gadis? Lucy bukannya tidak tahu bagaimana pria itu bila bersama Mies. Mereka berpelukan, bergandengan tangan, dan sepertinya profesor tidak keberatan bila temannya bermanja-manja kepadanya. Tetapi ciuman seintens itu? Di bibir?
Bandara tidak terlalu ramai. Lucy melangkah gontai menuju ke tempat seperti yang disebutkan oleh Dokter De Groot dalam memo yang dia tinggalkan untuk Lucy. Bawaannya tidak terlalu banyak, sebuah koper berukuran sedang dan tas punggung. Dengan sabar gadis itu berjalan pelan mengikuti antrean. Hanya berhenti sejenak dan melepaskan pegangan tasnya, untuk membetulkan letak kaca mata hitam yang dia kenakan. Saat hendak meraih tasnya kembali sebuah suara berat menghentikannya.
"Biar kubawakan."
Profesor der Linssen, pria yang memenuhi pikirannya sejak kemarin, telah berdiri di belakangnya. "Well..." Lucy menatap pria itu dengan heran.
Seperti biasa, profesor tampak luar biasa tampan dalam pakaian santainya. Pria itu juga terlihat seperti akan bepergian. Alih-alih membawa koper yang besar, profesor tampil memikat dengan tas kerja disandang di bahu, dan tas bepergian yang ditentengnya dengan santai. "Derek mengatakan tentang kepulanganmu. Karena aku juga harus ke Berlin hari ini, maka tidak ada salahnya kita bersama. Tiketmu telah ada padaku," katanya datar.
"Terima kasih, Profesor." Lucy berkata sopan, tak tahu harus bagaimana lagi. Pertemuan terakhir mereka yang tidak biasa membuatnya terguncang.
Bisa saja pria ini bersikap wajar seperti ini. Mungkin benar dugaannya semula. Bahwa profesor terbiasa memberikan perhatian yang sangat personal kepada teman-teman wanitanya. Sebuah ciuman bukanlah sesuatu yang penting buatnya. Tetapi bagi gadis seperti Lucy, ciuman seperti itu adalah peristiwa yang sangat langka. Membuatnya harus berusaha keras untuk melupakannya.
Melupakan memang cara paling tepat untuk mengatasi kegalauan hatinya. Beberapa jam lagi, bila dia telah kembali ke negaranya, sibuk dengan aktivitas hariannya, mungkin semua yang terjadi di sini hanya tinggal mimpi. Dan hidupnya akan berjalan normal kembali.
Rencananya untuk berjalan di belakang profesor gagal. Karena pria itu memastikan mereka berjalan bersisian. Dengan praktis profesor meletakkan tasnya di atas koper Lucy, menyeretnya tanpa kesulitan di tangan kanan, sementara lengan kirinya menggamit gadis itu. Dan bersama mereka menuju ke terminal keberangkatan.
Bersama pria sepenting profesor, Lucy dibebaskan dari tugas melapor dan lain-lain. Para petugas bandara melayani mereka dengan sangan baik. Terbukti para petugas bandaralah yang sibuk pontang-panting melayani mereka berdua. Termasuk urusan bagasi dan pemeriksaan paspor yang berlangsung cepat. Lalu Lucy mengikuti pria itu menyusuri lorong bandara yang megah itu.
"Masih ada cukup waktu sebelum pesawat berangkat," katanya melirik arloji tipis di pergelangan tangannya. "Lapar?"
Tanpa menunggu jawaban Lucy, laki-laki itu menggandengnya memasuki lounge ekslusif. Seorang waiter menunjukkan pada mereka kursi di dekat jendela.
"Saya sudah sarapan tadi pagi. Tapi makanan di sini sepertinya enak," komentar Lucy begitu membaca menu.
"Cobalah sup dan rotinya. Kopinya pun luar biasa."
![](https://img.wattpad.com/cover/4044541-288-k718797.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Run To You (Terbit)
RomantizmOpen PO Novel E-book Ready di google Play Link e-book ==> Bit.ly/EbookRTY Oh My God! I'm dating a (significantly) older man!