Fraam sangat terlatih dalam menyembunyikan ekspresinya.
Saat ini, meskipun dia ingin tertawa terbahak-bahak, namun yang dia lakukan hanyalah memandang gadis berwajah bandel itu dengan ekspresi datar. Sungguh luar biasa keberanian Lucy dalam menatap wajahnya tanpa gentar. Fraam bertaruh lagi, perlu berapa lama bagi Lucy untuk menyampaikan kata maaf. Satu ... dua ... tiga ...
"Maaf, Sir," kata gadis itu dengan suara tidak selantang sebelumnya.
Yes! Merasa puas dengan taruhannya, Fraam mengalihkan pandangan kepada peserta lain yang sedang mengacungkan tangan.
Sedangkan Lucy mendesah lega karena profesor itu tidak lagi memandangnya. Gadis itu juga tidak heran ketika yang menjawab apapun pertanyaan pria tampan di atas panggung itu adalah Martha Inskip. Teman seangkatannya tersebut memang luar biasa manis, luar biasa cerdas, selalu mendapat nilai tertinggi untuk urusan akademik, namun paling rendah dalam praktek. Kami berbagi peran dengan sangat baik, batin Lucy sarkas.
Profesor itu masih menanyakan beberapa hal secara acak pada peserta. Namun tak sekalipun menengok ke arah Lucy. Dan Lucy yang sudah hilang rasa kantuknya terpaksa mendengarkan semua sesi tanya jawab tersebut. Sabar Luce, setelah ini semua selesai, dan kau bisa segera istirahat, katanya dalam hati.
Hingga saat yang ditunggu tiba. Ketika profesor memberikan pidato penutupan, menebar pesona ke kanan dan ke kiri, dan mengumbar ketampanan yang bagi Lucy sungguh tak berguna. Dia hanya ingin semua diakhiri dengan segera. Dan dia juga menjadi salah satu dari orang-orang yang berdiri dengan tidak sabar begitu kata perpisahan selesai diucapkan.
Namun sayang. Keberuntungan Lucy ternyata tidak berlangsung lama. Sebelum gadis itu bisa melangkah keluar dari kerumuman orang yang bergegas meninggalkan tempat, Suster kepala didampingi Suster Pengajar telah berjalan mendekati tempatnya berada. Tatapan mata kedua perempuan itu sudah meneriakkan adanya masalah tanpa Lucy harus menduga lagi.
"Ruang persiapan aula, Suster Prendergast," kata Suster Pengajar dengan ketus.
Lucy hanya memutar bola mata dengan sebal, lalu mengacak rambut wortelnya dengan gusar. Dia mengulur waktu selama mungkin hingga ruangan hampir kosong sebelum melangkah gontai menuju ruang persiapan di belakang panggung. Ucapan "Good Luck!" dari rekan-rekannyahanya dia tanggapi dengan cengiran. Gadis itu tak mengharapkan keberuntungan apapun. Namun akan sangat absurd dan konyol bila dia harus dikeluarkan di tahun terakhirnya, hanya karena insiden konyol dengan profesor sok tampan itu. Betapa menyedihkan tingkat kompromi pria itu, bila tidak bisa menoleransi kantuk seorang siswa perawat yang selesai berdinas malam. Di bangsal anak pula.
Gadis itu berjalan menyeberangi panggung untuk menuju ke ruangan yang lebih kecil di belakangnya. Tempat itu biasa digunakan sebagai ruang tunggu.. Ketika tiba di ambang pintu, dia mendapati Direktur sedang berbincang bersama profesor, dengan didampingi oleh Suster Kepala dan Suster Pengajar. Melihat kemunculannya, Suster Kepala segera berdiri.
"Suster Prendergast, kami akan meninggalkanmu untuk meminta maaf secara layak kepada Profesor der Linssen. Sudah selayaknya kau menyesali perbuatanmu yang memalukan institusi secara umum serta Direktur secara pribadi," katanya tajam.
Lucy menanggapinya dengan mengangguk dalam-dalam. Dia tidak rela disalahkan secara sepihak. Namun kalau dia mengatakannya secara terus terang, hanya akan memperpanjang urusan. Saat ini Lucy hanya ingin masalah segera beres, agar dia segera bisa mengempaskan tubuh penatnya di tempat tidur.
Dengan janji makan malam bersama profesor, Sir Wyatt melangkah keluar, diiringi oleh dua perawat senior bertampang masam itu. Dan sekarang Lucy harus berhadapan dengan profesor yang duduk tenang di sofa gendut berwarna kuning norak yang ada di ruangan itu. Sungguh kombinasi yang luar biasa lucu. Sir Wyatt tampak baik-baik saja duduk di situ. Namun profesor bernama aneh serta sulit diucapkan ini jelas merupakan pengecualian. Karena ketampanannya ternyata tidak bisa mendongkrak penampilan sofa tersebut menjadi lebih baik.

KAMU SEDANG MEMBACA
Run To You (Terbit)
RomanceOpen PO Novel E-book Ready di google Play Link e-book ==> Bit.ly/EbookRTY Oh My God! I'm dating a (significantly) older man!