19

5.5K 1.2K 124
                                    

Lucy duduk dengan diam di sebelah Fraam yang sedang mengemudikan mobilnya. Mempertanyakan akal sehatnya karena menurut saja diseret oleh pria yang sekarang berada di sebelahnya.

"Kenapa?" tanya Lucy setelah beberapa menit.

"Kenapa apanya, Lucy?"

"Kenapa kau mau menikahiku?"

Fraam menoleh pada Lucy sekilas. Senyum tipis terukir di sudut bibirnya. "Well... bukankah sudah jelas?"

"Kau tak bisa mengatakan sesuatu telah jelas padahal aku tak mengetahuinya sama sekali, Fraam," balas Lucy pedas.

"Kita akan membahas hal itu nanti. Kau akan memahaminya setelah beberapa waktu. Saat ini aku hanya ingin membuatmu terbiasa dengan ide bahwa aku bermaksud menikahimu."

Lucy menoleh, memandang Fraam dengan tatapan menyala-nyala. Betapa inginnya dia menampar wajah tampan dan sombong itu, dan menghapus seringai berpuas diri di bibir Fraam.

"Fraam ...."

"Hm ...." Fraam tidak menoleh, berkonsentrasi pada jalanan yang sedang mereka lalui.

"Tahu kah kau bahwa aku ingin menamparmu?"

"Perempuan lain akan berlutut karena aku melamarnya, Lucy. Kau, satu-satunya gadis yang membuat egoku terluka."

"Kenapa kau tidak menikahi perempuan bodoh yang rela berlutut untukmu itu saja?" balas Lucy pedas.

"Tentu saja aku tidak mau. Sebab seperti apa yang baru saja kau katakan, mereka bodoh," jawab Fraam santai.

"Aku tak menyangka orang sepertimu mau menghabiskan waktu untuk beromong-kosong seperti ini."

"Lucy, diamlah. Nanti aku akan menjelaskan semuanya. Lagi pula kau tidak akan bisa memikirkannya dengan baik kalau terus-menerus berkomentar seperti ini. Selain itu kau perlu memberi waktu bagi dirimu sendiri untuk berpikir."

"Buat apa aku menyia-nyiakan waktu untuk memikirkan sesuatu yang tidak masuk akal?"

"Apanya yang tidak masuk akal, hm ...?"

"Kata-katamu tidak masuk akal, Fraam. Kau mengatakan akan menikahku. Padahal kau tidak menyukaiku. Aku tidak menyukaimu. Selain itu aku juga tidak mau," tolak Lucy berapi-api.

Lucy cemberut ketika Fraam tertawa terbahak-bahak.

"Siapa bilang aku tidak menyukaimu? Aku menyukaimu. Sangat menyukaimu."

"Caramu memperlakukan gadis yang kau sukai sungguh aneh! Kau orang yang sangat aneh!"

"Karena kau belum mengenalku. Karena aku juga belum mengenalkan diriku secara utuh kepadamu. Jadi Sayang, lebih baik kau simpan dulu tandukmu itu. Dan jangan menolak sebelum kau mengenalku dengan baik. Kita bisa menikah kapan pun kita mau, setelah kau siap. Tetapi untuk saat ini aku sedang tidak ingin kehilangan waktu untuk bersama denganmu."

"Fraam, kau sungguh keterlaluan!" jerit Lucy frustasi.

Fraam tersenyum. "Seperti aku katakan tadi, lebih baik kau simpan dulu tandukmu untuk sementara waktu. Kita nikmati saja hari ini. Kupikir kau cukup cerdas untuk tidak membiarkan emosi menentukan keputusanmu. Aku akan sangat sabar menunggu kau berpikir lebih jernih. Demi keputusan terbaik."

Fraam tahu kalimat yang tepat untuk membungkam protes Lucy. Karena akhirnya gadis itu memilih diam.

"Kita bersenang-senang saja hari ini," kata Fraam.

"Baiklah. Tidak ada salahnya aku menikmati kebaikan hatimu yang hanya datang kadang-kadang seperti ini," balas Lucy penuh sindiran. "Meskipun saat ini aku ragu dengan kewarasanmu. Andai tidak berada bersamamu seperti ini, aku pasti mengira kau sedang mabuk."

Run To You (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang