pengen menyapa para reader cantik. Yuk semangat ya... Hariku sepertinya bakalan berat hehehe...
Lucy tiba di Bandara Schipol hari Senin malam. Setelah melewati pintu pemeriksaan paspor dan mengambil semua bagasinya, gadis itu melangkah gontai keluar dari bandara.
"Luce!" teriak seseorang.
Lucy menoleh mencari-cari sumber suara yang memanggilnya. Ketika melihat seraut wajah tampan yang sedang melangkah cepat ke arahnya, mata Lucy membulat dan senyumnya terkembang. "Jaan!" teriaknya dan menghambur ke pelukan Jaan.
Jaan, tiga tahun lebih tua dari Lucy. Terakhir bertemu sekitar dua tahun yang lalu ketika pemuda itu sedang berkunjung ke Inggris. Di antara keluarga De Groot, Jaan adalah yang paling akrab dengannya. Mungkin karena kepribadian pemuda itu yang bandel, setipe dengan kakak laki-laki Lucy, membuat mereka cepat akrab pada kesempatan pertama bertemu.
"Aku hampir tak percaya waktu Papa bilang kau mau datang dan aku harus menjemputmu," kata Jaan sambil tertawa. "Tapi disinilah kau sekarang." Dan dengan bergandengan mereka berjalan riang menuju ke tempat Jaan memarkir mobilnya.
"Bagaimana kabar semuanya?" tanya Lucy saat sudah duduk di samping Jaan dan mobil sudah meluncur melalui jalan-jalan di Belanda yang datar.
"Hmm...kami baik-baik saja. Aku masih magang di rumah sakit milik salah seorang teman Papa. Mies menghabiskan waktunya sambil bekerja di poliklinik rumah sakit, sebagai resepsionis untuk salah seorang dokter spesialis di sana. Sebenarnya dia hanya main-main saja di tempat itu. Demi Tuhan, bahkan gajinya tidak cukup untuk membeli sehelai gaun malamnya."
Lucy tertawa terbahak-bahak pad acara Jaan mendeskripsikan adiknya.
"Mungkin dia bosan di rumah, jadi iseng saja menghabiskan waktu sambil menunggu pria idamannya. Sedangkan Papa, semakin tua dan semakin cerewet."
"Pasti Mies sangat cantik sekarang," gumam Lucy.
"Sangat. Aku kadang heran bagaimana kami bisa berasal dari rahim yang sama," Jaan tertawa. Cowok satu ini memang benar-benar periang dan ramah. Tawanya dengan cepat menular.
"Hei! Kau kan tampan? Jangan merendahkan diri begitu di depanku! Seperti kau tidak tahu aku saja. Aku juga berwajah tidak cantik karena mewarisi wajah Dad. Kau mewarisi wajahmu dari Dr. De Groot, dan paling tidak Dr. De Groot lumayan tampan kan?"
Jaan terkekeh. "Paling tidak cewek-cewek yang kukencani tidak keberatan dengan wajah ini."
"Dasar playboy! Ceritakan tentang gadis-gadis tolol yang berhasil kau tipu dengan cengiran konyolmu itu."
Tak terasa mereka hampir mencapai Amsterdam. Lucy merasa lapar dan lelah. Jauh di dasar hatinya dia merindukan dapur hangat ibunya. Apalagi pemandangan apartemen padat di sepanjang jalan yang mereka lalui, dengan lampu-lampu di balik setiap jendela membuatnya sesak.
"Kapan kau lulus?"
"April tahun depan."
"Ada rencana tertentu? Atau tetap ingin bekerja di London?"
"Hm... tidak. Aku tidak ingin. Aku ingin bekerja di rumah sakit di kota kecil saja. London tidak cocok untukku."
"Apakah belum ada dokter muda yang mencuri hatimu?"
"Dengan temperamen sepertiku? Dengan wajah dan rambut anehku? Kau pasti bercanda. Mereka pasti sudah mundur duluan sebelum mendekat," kata Lucy masam yang disambut Jaan dengan tawa tergelak-gelak.
"Berarti masih ada kesempatan buatku? Matamu itu benar-benar menarik. Hijau. Seksi sekali," Jaan menoleh ke arah gadis di sebelahnya dan mengedipkan matanya menggoda.

KAMU SEDANG MEMBACA
Run To You (Terbit)
RomanceOpen PO Novel E-book Ready di google Play Link e-book ==> Bit.ly/EbookRTY Oh My God! I'm dating a (significantly) older man!