PI [9] - TAKDIR BERKATA LAIN

69.5K 4K 214
                                    

"Siapa?pak fathan?" Batinku dalam hati

Dan ternyata ketika laki laki berpeci putih membalikkan badannya dan mengarah padaku.

Astaga, dia benar benar pak Fathan.

Kami saling bertatapan muka dan mata, aku tidak bisa berkata kata. Kenapa dunia ini begitu sempit sehingga aku selalu bertemu dengan Pak Fathan?

"Kalian sudah kenal?" Tanya Pak Krisna tiba tiba

"S-sudah pak. Dia dosen mate saya" jawabku dengan gugup tingkat tinggi. Bagaimana tidak, ternyata Pak Krisna adalah Ayah Pak Fathan.

"Wah, kebetulan sekali. Fathan ini Crystal, perusahaannya bekerjasama dengan perusahaan mebel ayah. Jadi kita terjalin ikatan partner bisnis" penjelasan Pak Krisna dengan nada senyum sumringah

Pak Fathan hanya manggut manggut dengan penjelasan Pak Krisna. Sedangkan aku? Aku berdiri seperti es, membeku dan kaku dan menunduk kebawah.

"Crystal, enggak mau gabung?" Tanya Pak Krisna mencairkan kebekuan di mentalku

"Enggak usah Pak, kebetulan hari ini saya ada jadwal mendadak. Permisi Pak krisna,pak Fathan. Assalamualaikum" Jawabku berbohong lalu langsung berlari meninggalkan tempat.

Situasi seperti ini tidak tepat untuk mempertemukan aku dan Pak Fathan. Jelas saja Pak Fathan masih marah padaku perihal Kejadian Adinda dengan Atha.

•••

Sesampai di kamar rumahku, aku masih merenungkan tentang Pak Fathan sembari merebahkan diriku ke kasur

"Kenapa Pak Fathan bisa Cuek segitunya dengan aku ya?" Ucapku Pada diriku sendiri

"Crystall!" Teriak Mamaku dengan keras dan memasuki kamarku dengan cepat

"Crys" ucap Mamaku dengan menangis sejadi jadinya dengan syari yang dipakainya hingga basah

"Ada apa mah?" Tanyaku mulai ikut khawatir juga

"Papah.."ucap mamah lemas

"Kecelakaan parah" sambung mamah yang membuat badan mamaku lemas dan menangis tak keruan

Aku juga sangat syok dengan kabar ini, otomatis aku langsung berganti baju dan mengajak mama ke rumah sakit yang Ayah pakai..

"Ayo mah, kita ke rumah sakit papa sekarang" ucapku menarik tangan mamah menuju mobil yang ada di garasi bawah

Selama perjalanan mamah hanya menangis tak keruan. Astaghfirullah, aku bener bener tidak tega melihat Mama begini. Mama nggak pernah nangis seperti ini. Ya Allah, lindungilah Papa hamba Ya Allah..

Sesampai di Rumah Sakit yang Papa tempati, aku dan Mama langsung menghampiri kamar nomor 206. Bagaimana aku bisa tahu? Aku telah diberitahu dari pihak rumah sakit

Setelah kubuka pintu kamar 206 milik papa

Cklek

Menampakkan tubuh papa yang terkulai lemas, menutup mata dengan menggunakan sambungan sambungan infus, dengan monitor menampakkan kegiatan detak jantung papa...

Tubuhku terkulai lemas, ini benar benar pemandangan paling kubenci.

Mamaku langsung menghapiri tubuh ayah dan memeluknya dengan menangis sejadi jadinya. Aku juga ikut memeluk papa dengan menangis sejadi jadinya. Aku gak mau kak Adrian tau dulu, sebab dia lagi ada ujian kelulusan Universitasnya. Takutnya dia syok.

"Mah, Kak Adrian jangan dikasih tau dulu. Kak Adrian lagi Ujian Kelulusan" ucapku sambil terbata bata menahan ingus yang keluar dari hidungku sebab menangis terlalu menjadi.

Pelengkap ImankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang