Tugas menumpuk

17 4 0
                                    

Dikarenakan tugas menumpuk, minggu depan harus segera selesai dan dipresentasikan. akhirnya Shilla, Doni, Raya, dan Lisa pun belajar kelompok secara intens. mereka harus kejar target agar mendapatkan nilai yang bagus saat presentasi nanti.

   Lisa : kita ngerjain tugasnya dirumah aku aja ya guys.

   Raya : boleh boleh asal banyak cemilan aja (rayu raya)

   Doni : iya boleh juga kebetulan rumah kita juga dekat.

   Shilla : ya udah, berhubung 3 lawan 1 pasti menang 3. jadi aku ngikut aja deh.

   Doni : yaudah ntar sore aku jemput kamu ya syg.

   Shilla : siapp boss

Sore hari pun tiba, bel rumah Lisa berbunyi. Prima segera membukakan pintu, karena Lisa sedang sibuk mempersiapkan cemilan. sontak Prima terdiam matanya tertuju pada Shilla dengan rambutnya yang tergerai indah.

    Doni : hay kak

    Prima : eh.. hay ayo masuk

merekapun masuk dan berbincang sambil menunggu Raya datang. setelah Raya datang, merekapun segera mengerjakan tugasnya. sementara Prima hanya duduk menonton televisi. sesekali Prima melihat Shilla yang sedang fokus menghadap layar laptopnya.

"Andai saja dia masih sendiri, pasti sekarang gue udah.... astaga gue mikirin apaan sih" tersadar Prima dari lamunannya. Prima tak bisa terus menerus merasakan hal ini karena Shilla sudah memiliki Doni. Shilla juga tampak sangat bahagia bersama Doni.

tak terasa malam pun tiba, mereka mengakhiri kegiatannya dan berpamitan pulang.

   Doni : kak, kapan - kapan main kerumah aku dong, aku kan baru pindah di komplek ini jadi ngga punya banyak temen cowok.

   Prima : siaap, asik punya tetangga cowok juga akhirnya setelah sekian lama penghuni komplek isinya hanya ibu - ibu doang (jawab Prima tertawa).

keesokan harinya Prima sedang pergi ke salah satu rumah sakit, ya Prima adalah anggota PMR jadi sering sekali berkunjung kerumah sakit untuk mendonorkan darah ataupun membeli obat - obat perlengkapan P3k di apotik rumah sakit itu. ketika dia selesai membeli obat. matanyapun tertuju pada sosok pria yang tidak asing baginya. iya dia adalah Doni. Prima pun mengejar Doni yang hendak menaiki lift. tampak wajah Doni sangat pucat.

    Prima : Don, loe ngapain disini ? loe sakit ?

    Doni : hmm.. gue

belum doni selesai berbicara tiba - tiba doni batuk dan mengeluarkan darah.

    Prima : astaga don, loe sakit ? (prima pun panik)

    Doni : iya kak gue sakit. kak loe bisa pegang rahasia kan ? gue ngga mau kalau sampai Shilla tau kondisi gue yang sebenarnya.

    Prima : tapi don,

    Doni : pliss kak, gue mohon

setelah Prima mengikuti Doni periksa. dokter pun berbicara pada Doni di depan Prima.

   Dokter : kondisi kamu semakin hari sudah semakin memburuk don. sebaiknya kamu lakukan saja terapy yang saya sarankan.

   Doni : engga dok, saya masih kuat. saya ngga bisa ikut terapy itu

   Prima : Don, sebenarnya loe sakit apaan ? dok, teman saya sakit apa ?

   Dokter : dia terkena penyakit kangker stadium 4

   Prima : astaga, kok bisa dia terlihat biasa saja tanpa terlihat seperti orang sakit ?

   Dokter : dia memang terlihat masih kuat. karena serangan sakit ini bisa tiba - tiba saja menghilang dan tiba - tiba muncul.

Setelah Dokter memberikan obat, Prima dan Doni pun keluar dari ruangan dan berjalan meninggalkan rumah sakit.

   Doni : kak, loe jangan bilang siapa - siapa ya termasuk Shilla. gue ngga mau lihat dia sedih kak.

   Prima : Shilla harus tau kondisi loe don, tapi Shilla sangat mencintai loe. gue juga ngga tega ngelihat dia sedih.

   Doni : seminggu ini gue izin ngga ngampis kak, gue alasan ada urusan keluarga dikampung. gue butuh istirahat total buat balikin fisik gue lagi

   Prima : iya don, gue bakal jaga rahasia ini, tapi loe yang kuat ya don. berjuang demi Shilla don. loe pasti bisa sembuh. (prima dengan tulus menyemangati doni)

   Doni : thanks kak

   Prima : panggil gue Prima aja, lagian umur kita juga ngga jauh beda.

   Doni : baiklah kak, eh ma.

mereka berdua pun pulang kerumah masing - masing.

Di Bawah Rintik Hujan ituTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang