Tak Ingin Berakhir

14 5 0
                                    

4hari sudah Doni Koma, Shilla benar-benar sangat sedih. sepanjang hari dia menjaga Doni bahkan ia tak lagi peduli dengan rasa lapar dan lelahnya. yang ia inginkan kekasihnya segera sadar dari koma. Shilla terus menggenggam tangan Doni sambil terus meneteskan airmata.

"sayang, bangun dong. sayang kamu ngga kangen gitu sama aku ? sayang ayolah bangun, kita main hujan lagi syg, diluar hujan lebat loh. sayang bangun" lirih Shilla sambil meneteskan airmatanya.

Prima, Ryan, Raya, Lisa dan Dimas pun tak lelah membacakan do'a untuk kesembuhan Doni, meskipun sangat kecil harapan Doni bisa sembuh.

tiba-tiba Doni menggerakkan jarinya yang menyatu tergengam dengan Shilla, hal itu membuat shilla kaget. perlahan Doni membuka matanya.

   Shilla : sayang, sayang kamu sadar ? (sambil tersenyum namun airmatanya masih terus mengalir)

   Doni : sayang, maafin aku. aku ngga bermaksut nyembunyiin ini (jawab doni terbata-bata.

   Shilla : sayang, kamu selalu bilang kamu baik-baik saja, nyatanya ?

   Doni : aku ngga mau buat kamu cemas

   Shilla : wajar aku cemas, dari segala rasa cemasku itu semua karna aku sayang sama kamu, aku mau kamu baik-baik saja.

   Doni : Shill, i...love...you...

titttttttttttttttttttttttt.........
Doni pun menghembuskan nafas terakhirnya. seketika ruangan menjadi riuh karena isak tangis Shilla dan yang lainnya.

"sayang, sayang, bangun, sayang aku tak ingin berakhir. sayang, aku ingin lebih lama lagi bersamamu. sayang........" (teriak lirih tangisan Shilla sambil berusaha menggerakkan tubuh Doni berharap masih ada secercah harapan).

Namun takdir berkata lain. Allah lebih sayang Doni. Kekuatan takdir tidak pernah bisa terelakkan meski keteguhan hati dan kekuatan cinta mengusahakan segala sesuatu yang dianggap baik. Shilla tak henti-hentinya menangis melihat orang yang sangat dicintainya terbujur kaku. Shilla meraung sekeras-kerasnya, seperti dicabut separuh nyawanya melihat Doni telah meninggal dunia. seketika tubuhnya melemah dan Shilla pun jatuh pingsan.

Keesokan harinya Shilla dan yang lainnya menghantarkan Doni ketempat peristirahatan terakhirnya, masih tampak sangat jelas lemahnya kondisi Shilla, tangisan dari matanya tak henti-henti mengalir.

"Tak semua yang kita inginkan diberikanNYA, ada yang tidak kita inginkan diberikanNYA, butuh keikhlasan untuk menerima semuanya. Ada yang pergi untuk meninggalkan, Ada yang pergi untuk mengikhlaskan. Pahamilah bahwa rumus dunia adalah Pertemuan dan Perpisahan. setiap yang lahir pasti akan mati, setiap yang ada pasti akan tiada. keadaan tak mungkin salah, karena yang menyusunnya adalah Allah, mungkin tak sesuai harapan, sebab hidup ini juga tentang mengikhlaskan".

memang tidak ada yang kekal didunia ini, namun kepergian Doni yang begitu cepat membuat Shilla nelangsa setengah mati, tak ada lagi penyemangat dihidupnya, tak ada lagi sapaan sayang dari doni. tak ada lagi perhatian-perhatian dari Doni. Shilla kini bagai seonggok daging yang tak bernyawa, pandangannya kosong. matanya cekung, raut wajahnya tampak tak terlihat berseri lagi. Shilla tak henti-henti menangis. ia seperti orang yang putus asa. Ryan kini semakin gelisah melihat kondisi adiknya yang periang menjadi berubah 180%. Shilla bahkan tak memperdulikan kondisi fisiknya, ia tidak mau makan tidak mau mandi, yang ia lakukan hanya mengurung diri dikamar dan pergi ke makam Doni. berulang itu yang dia lakukan setiap harinya. melihat Shilla seperti itu teman-temannya juga ikut sedih. tak terkecuali Prima, ya Prima yang selama ini menaruh hati pada Shilla tentu saja ia juga cemas tentang kesehatan Shilla. Ada yang masih belum ia sampaikan pada Shilla. ya berberapa hari sebelum Doni meninggal. Dokter Riana yang selama ini merawat Doni memberikan 2 surat yang Doni titipkan. Surat itu untuk Prima, dan untuk Shilla.

Di Bawah Rintik Hujan ituTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang