Selamat Membaca!
. . .Ferel melangkahkan kakinya memasuki area lobi kantor. Sapaan pagi sedari tadi terdengar nyaring ditelinga Ferel. Dia hanya membalasnya singkat, seperti biasa. Hari ini Ferel kembali lagi bekerja seperti biasanya. Ketika melewati beberapa kariawan yang sudah duduk dikubikelnya, mata Ferel ntah kenapa mentap kearah kubikel yang masih kosong itu. Namun sedetik kemudian dia mengedikkan bahunya acuh sebelum akhirnya memasuki ruangannya.
Tok!Tok!Tok!
Ferel berdecak kesal. Baru saja ia mendudukan bokongnya kekursi, sekarang sudah ada yang mengetuk pintu ruangannya.
"Masuk."
Ferel segera membuka laptop dan mengecek beberapa berkas yang sudah menumpuk didepannya. Ia masih belum mau melihat siapa yang masuk keruangannya itu, tangan dan matanya hanya fokus kedepan layar monitor yang menyala saja.
"Ada perlu apa?" tanya Ferel seraya mendongakkan kepalanya untuk melihat siapa yang baru saja memasuki ruangannya.
"Bianca?" ujar Ferel terkejut kala menemukan Bianca yang hanya berdiri diam sambil tersenyum itu.
Bianca mengangguk lalu merentangkan tangannya kala Ferel mulai berdiri, bermaksud ingin meminta pelukan hangat sang kekasih. Ferel yang mengerti hanya tersenyum tipis lalu segera membawa Bianca kedalam rengkuhannya.
"Kamu dari mana aja, hmm?" tanya Ferel disela-sela mereka berpelukan.
"Maaf.."
"Aku maafin.." ujar Ferel seraya mengecup puncak rambut Bianca.
"Tapi kamu harus cerita sama aku, kemana aja kamu beberapa hari ini sampai susah dihubungin." jelas Ferel seraya melepaskan pelukannya yang hanya diangguki Bianca dengan senyuman.
"Iya sayang.. sekali lagi maaf."
"Gapapa, asalkan jangan diulangi lagi. Kamu buat aku khwatir setengah mati."
"Aku bakal janji kalau kamu nerima persyaratan dari aku.. maukan? Mauyah? Plies mau dong." ucap Bianca dengan kemanjaannya.
"Loh kok gitu?"
"Ya gitu.. kalau kamu gamau nurutin apa syaratnya, aku bakal ngilang lagi!" ketus Bianca merucutkan bibirnya kesal sambil melipat kedua tangannya didepan dada.
Ferel hanya terkekeh pelan seraya mengusap gemas kepala kekasihnya itu yang sedang merajuk.
"Oke, apapun yang kamu minta pasti aku kabulin." jelas Ferel yang langsung mendapat pelukan senang dari Bianca.
"Makasih sayang.. kamu baik banget. Aku tambah sayang, Love you!!" girang Bianca mengecup singkat pipi serta bibir Ferel.
"Love you to baby.." balas Ferel lalu kembali memeluk Bianca kekasih yang sangat dicintainya itu.
Menurut Ferel rasa cintanya kepada Bianca itu semakin hari semakin bertambah. Membuat hatinya sangat takut jika sampai kehilangan Bianca, kehilangan senyuman manisnya yang membuat Ferel jatuh hati. Ferel takan melepaskan Bianca, bagi Ferel Bianca orang yang paling mengerti dirinya, orang yang bisa membuatnya tersenyum dan tertawa karena kemanjaannya, orang yang paling Ferel cintai setelah mamahnya. Ia dengan gampang memaafkan Bianca karena Ferel sudah mempercayakan semuanya pada kakasihnya itu. Walau terkadang sedikit ragu, tapi itu tak membuatnya goyah akan percaya lagi pada Bianca.
Yah, Bianca kekasihnya. Wanita manja, bewel dan pencemburu itu. Ferel jadi tak sabar menunggu hari perceraiannya dengan Aurel nanti, ia sudah tak tahan ingin memiliki Bianca seutuhnya, yang hanya dimiliki Ferel Adimas Putra, tanpa orang lain miliki.
ooOoo
"Menurut kamu yang ini gimana?" tanya Bianca pada Ferel.
Ferel menggelengkan kepalanya tanda tidak setuju.
"Kenapa? Menurut aku ini bagus loh sayang.." ujar Bianca yang sedikit tak terima.
"Itu terlalu kebuka. Aku gasuka.." kata Ferel sambil mengecek ponselnya yang didalamnya terdapat beberapa pekerjaan.
"Tapi aku mau Ferel," rengek Bianca bergelayut manja dilengan Ferel.
Ferel memasukkan ponselnya kedalam saku seraya menghela nafas panjang. Ia sungguh tak suka melihat baju ketat yang Bianca tunjukan. Bagian dadanya yang sedikit terbuka dan bagian bawahnya yang diatas lutut. Baju itu membuat jelas lekukan tubuh Bianca jika sampai dipakai, dan Ferel membencinya.
"Kata aku nggak yah nggak, kamu ngertikan?" ucap Ferel dingin menatap tajam Bianca.
"Tapikan kamu harus nurutin persyaratan aku." bela Bianca.
"Kamu cuma minta ditemenin belanja dan makan siang, selebihnya nggak." jelas Ferel.
Bianca hanya mendengus kesal. Ferelnya kali ini benar-benar tidak mau mengalah. Bianca jelas tau arti dari perintah Ferel, tapi ia sudah sangat menyukai dress biru laut itu. Dan bagaimanapun caranya Bianca pasti akan tetap membelinya.
"Yaudah aku ngalah! Kita pulang.." ketus Bianca dan berlalu pergi meninggalkan Ferel yang lagi-lagi menghela nafas panjang.
"Kita makan dulu sayang.." ucap Ferel ketika mereka sampai diparkiran mall.
"Gamau. Sekarang kita pulang!" ketus Bianca yang rupanya masih kesal.
"Tapi kamu belum makan."
"Biarin! Intinya aku mau pulang."
Ferel hanya pasrah pada Bianca yang marah padanya. Ia lalu menyusul Bianca yang sudah memasuki mobilnya sebelum akhirnya melaju pergi meninggalkan pusat perbelanjaan itu.
Didalam mobil Bianca hanya mendiamkan Ferel yang sedari tadi membujuknya. Menurut Ferel fase ini adalah hal yang paling sulit. Maka dari itu Ferel selalu mengabulkan apapun yang Bianca minta, jika tidak resikonya akan seperti sekarang.
"Kamu taukan maksud aku ngelarang kamu buat beli pakaian tadi?" tanya Ferel sesekali melirik Bianca yang hanya diam menatap kedepan.
"Kamu boleh beli apa aja yang kamu suka, itu emang hak kamu. Tapi kalau kamu emang anggep aku, seharusnya kamu juga hargain pendapat dan pilihan aku." jelas Ferel masih mencoba agar Bianca bisa mengerti dirinya.
Baru bertemu sudah terjadi pertengkaran kecil yang menurut Ferel sangat sepele. Tapi dibesar-besarkan dengan Bianca yang merajuk padanya. Mendiaminya dan Ferel tidak mau Bianca marah padanya walaupun itu bukan kesalahan Ferel sendiri.
"Aku gamau berbagi keindahan yang aku miliki sama orang lain. Cukup wajah cantik kamu aja yang udah dinikmatin sama orang-orang."
Bianca masih tetap diam dengan wajah datarnya. Sampai tiba didepan rumah segera Bianca langsung turun dari mobil Ferel, dan Ferel yang melihat itu juga ikut turun dari mobilnya.
"Ini belanjaan kamu. Aku minta maaf gabisa kabulin permintaan kamu kali ini.. " ujar Ferel seraya mengecup kening Bianca singkat.
"Jangan marah, aku kekantor lagi." jelas Ferel mengecup kedua punggung tangan Bianca bergantian sebelum akhirnya kembali melesat pergi.
- - - - -
Tbc.
Jangan lupa vote dan komen.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband Is Devil √ [SUDAH TERBIT]
RomancePerjodohan yang membawa seorang Aurel kedalam masalah yang tidak diinginkanya ini membuatnya harus rela bersabar demi perjanjian yang sudah ditanda tanganinya.