Selamat-Membaca!
. . ."Kalian baru jadian yah?.."
"Selamat, semoga langgeng deh.."
Aurel menoleh kepada seseorang yang baru saja berbicara itu.
"Bianca?" heran Aurel kala melihat Bianca yang sedang berdiri memperhatikan mereka.
"Siapa Rel? Temen lo?" tanya Satria pada Aurel.
Aurel menggelengkan kepalanya, namun sedetik kemudian dia menganggukan kepalanya membuat Satria bingung.
"Hay, Gue Bianca, temen Aurel.." sapa Bianca seraya mengulurkan tangannya.
"Satria." ucap Satria datar membalas jabatan Bianca.
"Sayang aku udah selesai, ayo kita pulang." ucap seorang lelaki yang baru tiba dan langsung melilitkan tangan kekarnya kepinggang Bianca.
Bianca mengangguk pada lelaki itu lalu menatap Aurel dan Satria secara bergantian.
"Kalau begitu gue duluanyah Rel, Satria.. sekali lagi, semoga kalian bahagia." ucap Bianca seraya menyunggingkan salah satu sudut bibirnya pada Aurel sebelum akhirnya pergi.
Sedangkan Aurel masih menatap kepergian Bianca dan seorang lelaki tadi sampai menghilang dibalik pintu cafe. Aurel masih terkejut, pasalnya lelaki yang memanggil Bianca sayang tadi bukanlah Ferel. Aurel tidak tau siapa lelaki itu, dan Aurel juga tidak tau kenapa Bianca sangat berani menunjukan kekasihnya pada Aurel. Lalu bagaimana nasib Ferel? Apakah mereka sudah tidak bersama lagi? Atau jangan-jangan Bianca telah berkhianat dibelakang Ferel? Tidak mau berfikiran buruk, Aurel berniat akan menanyakan kebenarannya pada Ferel secara langsung.
"Sweetie.. kamu baik-baik aja?" tanya Satria khawatir.
"Aku gapapa om.." jawab Aurel datar.
Tiba-tiba semuanya hening saat Aurel memanggil Satria 'Om' . Namun beberapa detik kemudian mereka berdua tertawa terbahak-bahak bersama.
ooOoo
Aurel melangkahkan kakinya memasuki rumah. Hari sudah sore dan Aurel baru pulang setelah menyobrol dan bercerita banyak bersama Satria. Merekapun sudah bertukar nomer ponsel, dan Aurelpun sudah memberikan alamat rumah bundanya kepada Satria.
Aurel mengedarkan pandangannya kesekeliling rumah, seperti biasa. Sepi dan sunyi. Tadi ketika Aurel memasuki rumah, tidak biasanya pak Asep menghilang atau tidak bergaja didepan. Aurel pikir mungkin pak Asep sedang kekamar kecil. Ia melangkahkan kakinya menuju dapur, untuk melihat mbok Nani dan Indah yang pastinya sedang memasak untuk makan malam nanti.
"Mbok nani sendiri? Indah dimana?" tanya Aurel kala menemukan mbok Nani tanpa Indah yang menemani.
"Indah lagi mandi non.. non Aurel tumben jam segini udah pulang?" ujar mbok Nani.
"Aurel resign dari kantor mbok." jelas Aurel yang sekarang ikut membantu mbok Nani memasak.
"Loh kenapa? Bukannya non pernah bilang kalau non Aurel nyaman kerja disana?" bingung mbok Nani sambil mengongseng capcai buatannya itu.
"Iya.. tapi Aurel mau lebih fokus sama pekerjaan rumah aja mbok, tapi kalau ada pekerjaan baru lagi Aurel ganolak." jelas Aurel seraya terkekeh pelan.
"Mbak Aurel.."
Aurel menoleh kearah belakang lalu tersenyum hangat menjumpai Indah yang sedang berjalan kearahnya.
"Kamu udah mandi Indah?" tanya Aurel melihat rambut basah Indah yang tergerai lurus kebelakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband Is Devil √ [SUDAH TERBIT]
RomansaPerjodohan yang membawa seorang Aurel kedalam masalah yang tidak diinginkanya ini membuatnya harus rela bersabar demi perjanjian yang sudah ditanda tanganinya.