PART 14.

360K 13K 87
                                    

Selamat Membaca!
. . .

Aurel menangis terisak didalam kamar mandi. Sekarang ia sadar akan rasa cintanya. Sangat salah jika ia sampai mencintai Ferel. Sangat salah jika sampai ia berharap pada Ferel. Memang hari-hari mereka tak berarti, tapi Aurel selalu memikirkan Ferel. Perjanjian itu? Aurel menghapus air matanya dengan kasar kala mengingat malam itu. Bagaimana perasaan orang tuanya jika tau soal ini? Apakah mereka akan menyesal jika mengetahui pilihannya belum bisa membahagiakan anaknya? Melindungi anaknya? Aurel meringis membayangkan itu semua.

Aurel juga tak menyangkal jika pesona Ferel memang sangat nyata. Baru satu bulan ia tinggal bersama Ferel hatinya saja sudah luluh dibuatnya. Secepat dan semudah inikah ia jatuh cinta? Tapi siapapun itu orangnya pasti akan merasakan hal yang sama jika berada diposisi Aurel sekarang. Jadi tak salah bukan jika ia mencintai suaminya sendiri? Ya, suami dinginnya itu.

Tidak mau terlarut dalam tangisannya Aurel membasuh wajahnya menggunakan air setelah itu keluar yang ternyata sudah waktunya jam istirahat. Ia mendesah pelan sampai lupa pada pekerjaannya yang ia tinggalkan tadi. Niatnya ingin membuat teh berujung kekamar mandi dan menangis. Tapi sekarang perutnya terasa lapar, lebih baik Aurel pergi menuju kantin dikantor ini.

Setelah memesan makanan Aurel segera menghampiri meja yang kosong disudut kantin kantor. Ia duduk sendiri seraya melihat sekelilingnya yang saat ini lumayan ramai oleh para karyawan yang sedang makan siang.

Deg!

Jantungnya seperti teremas kala matanya menemukan sosok Ferel yang sedang duduk bersama Bianca. Hatinya lagi-lagi sakit melihat kemesraan mereka. Mata teduh Ferel selalu diperlihatkan ketika sedang bersama Bianca. Berbanding balik jika berbicara padanya, sorot mata tajam dan dingin serta kebencian selalu terpancar jelas didalam diri Ferel.

"Hey! Kamu gapapakan Rel?"

Aurel menoleh kekanan lalu menemukan mas Anton yang sudah duduk rapi dengan makanannya diatas meja.

"Aurel gapapa mas." jawab Aurel seraya tersenyum menyembunyikan raut wajah kecewanya.

"Kamu dari mana aja sampe jam makan siang belum balik kekubikel? Kinan dari tadi khawatirtuh.." jelas mas Anton membuat Aurel merasa tak enak hati.

"Terus mbak Kinan sekarang dimana?" tanya Aurel tanpa menjawab pertanyaan Anton.

"Dia lagi dikamar mandi, bentar lagi juga kesini."

Aurel hanya mengangguk.

"Kamu gapesen makan? Atau mau mas yang pesenin?" ucap mas Anton saat menyadari Aurel hanya diam memperhatikannya.

Aurel menggelengkan kepalanya seraya tertawa pelan melihat wajah mas Anton yang ntah kenapa saat ini sangat menggemaskan dimatanya itu.

"Loh kamu kenapa ketawa? Ada yang salah sama mas?" bingung Anton.

Lagi-lagi Aurel hanya menggelengkan kepalanya dengan sisa tawa yang belum reda.

"Aku cari ternyata kalian disini." ucap mbak Kinan yang tiba-tiba datang dengan wajah cemberutnya.

"Loh Aurel, kamu dari mana aja? Bikin teh kok lama banget. Mbak khawatir tau, mbak takut kamu kenapa-kenapa." jelas mbak Kinan yang langsung duduk disamping Aurel.

"Aurel gapapakok mbak.." jawab Aurel lagi tanpa menjawab pertanyaan yang sama seperti yang Anton ucapkan tadi.

Aurel bingung ingin menjawab apa. Ia tak mau mbak Kinan ataupun mas Anton khawatir jika dirinya bercerita yang sejujurnya kalau dirinya habis menangisi bosnya itu. Aurel sesekali melirik Ferel dan Bianca yang tak malu untuk bermesraan didepan umum seperti itu. Ia juga merasa heran kenapa Ferel yang menjabat sebagai bos atau bahkan kepala direktur perusahaan mau makan ditempat karyawan seperti dirinya.

"Rel ini pesenannya udah dateng." ujar mas Anton menyadarkan lamunan Aurel.

Aurel hanya tersenyum seraya menerima makanannya lalu memakan pesanannya sesekali melirik Ferel. Sedangkan mbak Kinan yang baru memesam makanan hanya terdiam memperhatikan gerak-gerik Aurel tanpa Aurel sadari.

"Kamu suka sama sibos?"

Uhuk.. Uhuk..

Seketika Aurel merasa tersedak dengan pertanyaan mbak Kinan yang sangat mengena dihatinya itu.

"Ini minum dulu.. maaf yah." ucap mbak Kinan merasa tak enak hati membuat Aurel seperti itu.

Aurel meminum minuman yang disodorkan Kinan dengan cepat.

"Lo nanya yang nggak-nggak sih Nan.." ucap mas Anton yang sedari tadi hanya menyaksikan.

"Yakan siapa tau gitu.. gue cuma mau ngingetin kalau sibos udah punya pacar. Takut kalau Aurel udah jatuh terlalu dalam nanti bangunnya susah, sakitnya lebih nyata, susah moveone gimana? Jadi lebih baik gue ingetin sekarang, selagi Aurel masih suka belum cinta. Betul nggak?" jelas mbak Kinan menatap Aurel dan Anton secara bergantian dengan bangga.

Aurel merenungkan ucapan mbak Kinan. Apakah mungkin ia sudah jatuh terlalu dalam? Rasa ini bukan hanya sekedar suka tapi melainkan rasa cinta. Lalu bagaimana cara menghilangkannya? Apa ia sanggup melupakan Ferel ketika mereka sudah berpisah nanti? Pikir Aurel frusrasi.

"Kayanya kamu bener-bener udah sukayah sama sibos? Inget Rel bukan kamu doang yang suka disini, kaum hawa dikantor ini yang udah punya anak tiga juga suka sama sibos. Lebih tepatnya sih kagum, jadi saingan kamu bukan hanya Bianca kekasihnya itu." sambung Kinan seraya terkekeh pelan menyadari ucapannya bahwa Kinan juga termasuk pengagum bosnya walaupun dirinya sudah memiliki anak dan suami.

"Iya termasuk kamu.." tambah Anton membuat Aurel dan Kinan terkekeh pelan.

"Iya jelas dong, akukan termasuk kaum hawa. Tapi aku lebih ikhlas kalo sibos sama Aurel dari pada sama pacarnya itu yang manja, apalagi sama karyawan-karyawan yang centil disini. Ntah kenapa aku ngelihat Aurel sama sibos itu rasanya cocok gitu, kamu serasi banget pasti kalau dibandingin sama sibos." kata mbak Kinan seraya tertawa kecil.

"Ekhem,"

Aurel, Kinan maupun Anton langsung diam dan menoleh kala mendengar suara berat dan dingin seseorang. Mereka semua yang ada disana terkejut bukan main ketika melihat wajah datar Ferel yang sudah berdiri disamping Aurel yang sedang duduk.

"Kamu sehabis istirahat langsung keruangan saya." ujar Ferel menunjuk Aurel sebelum akhirnya pergi tanpa Bianca yang tadi menemaninya.

Aurel terlihat heran, Kinan terlihat salah tingkah atas ucapannya sedangkan Anton menatap tak percaya pada Ferel yang mulai melenggang pergi menjauh.

"Aduh.. tadi aku ngomong kedenger sibos nggak yah?" resah mbak Kinan membuat Aurel terkekeh pelan.

"Gabisanya sibos ngomong langsung kayak gini.." gumam Anton membuat Aurel seketika menghentikan tawanya.

"Maksudnya?" tanya Aurel dan Kinan bersamaan.

"Sibos kalau butuh sesuatu itu biasanya nyuruh Viona sekertarisnya, apapun itu pekerjaannya pasti Viona. Tapi kali ini langsung nyamperin gitu.." kaget Anton seraya menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya yang hanya diangguki setuju dari Kinan.

- - - - - -

Tbc.
Jangan lupa vote dan komenyah..

My Husband Is Devil √ [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang