Selamat Membaca!
. . .Hari ini, dimana tepatnya hari pernikahan Ferel dan Aurel. Mereka semua mengucapkan hamdalah kala Ferel berhasil mensuarakan ikrar janji sucinya dengan lancar.
Acara demi acarapun sudah mereka tempuh sejak pagi hingga matahari tenggelam. Dan beberapa orang atau tamu juga sudah mulai kembali pulang. Diacara itu juga Adit benar-benar tidak datang, karena memang dia serius mengatakan jika ingin pergi kenegara tetangga. Namun ketika sedang mengedarkan matanya, Ferel tersenyum tipis mendapati seorang wanita cantik bergaun putih sedang melambaikan tangan kearahnya. Bianca, kekasih Ferel.
"Kalian berdua istirahat aja, tamu udah lumayan sepi. Pasti cape jugakan berdiri seharian disini?" ujar Gina memberitahu.
"Aurel, ayo mamah antar kekamar." ucap Gina yang langsung diangguki Aurel. Karna ia juga butuh bantuan untuk mengangkat gaun panjang dan lebarnya itu.
"Mah.. Ferel ketemu tamu dulu sebentar." izin Ferel pada mamahnya.
Setelah mendapat anggukan dari sang mamah. Ia langsung menghampiri seseorang yang disebut tamu tadi. Menghampiri seseorang yang sangat dicintainya. Ketika sampai dihadapan perempuan itu ia melengkungkan bibirnya. Rasanya Ferel ingin memeluk tamunya itu sekarang juga. Tapi melihat kondisi saat ini sangat tidak memungkinkan jika seorang pengantin baru memeluk seorang wanita yang bukan istrinya.
"Aku mau nangis!" ketus Bianca pada Ferel.
"Jangan dong.." cegah Ferel dengan senyuman tipisnya.
"Seharusnya yang disana itu aku Ferel.. bukan dia atau siapapun." geram Bianca merucutkan bibirnya kesal, hatinya masih sakit mengingat Ferel telah sah menjadi suami orang dan disini dirinya seperti seorang perempuan yang sedang berselingkuh. Padahal Bianca lebih dulu kenal dengan Ferel dan ia lebih dulu mendapatkan hati seorang Ferel.
Ferel hanya tersenyum menanggapi ucapan gadis didepannya. Sungguh ia gemas dengan prilaku manja Bianca.
"Pokoknya kamu gaboleh sampe sukayah sama cewek centil itu! Kamu gaboleh tidur bareng sama dia, kamu gaboleh perhatiin dia, kamu juga gaboleh apa-apain dia dan kalau bisa kamu jangan satu kamar apalagi satu tempat tidur sama perempuan itu.."
Ah sudah cukup. Ferel sudah tidak bisa menahan diri untuk tidak membungkam mulut bawel Bianca. Ia sangat gemas dengan kekasihnya itu. Ia tidak bisa jika tidak memeluk Bianca sekarang, dan itu harus terjadi jika ia yang menginginkan.
"Ikut Aku.." ucap Ferel seraya pergi melenggang lebih dulu yang langsung diikuti Bianca dibelakangnya.
Ia juga tidak mungkin jika harus menggenggam tangan Bianca ketika melewati beberapa tamu yang masih singgah. Jadi ia lebih dulu berjalan dan Bianca hanya menuruti.
Sedangkan ditempat lain, Aurel tidak peduli dengan suaminya itu. Sejak Ferel meminta izin untuk pergi menemui salah satu tamunya, sampai sekarang Ferel belum juga datang. Tapi sekali lagi ia tidak peduli walau hari semakin malam. Ia langsung tidur dikamar hotel yang ada digedung pernikahannya tadi, hanya satu hari. Besok ia akan pulang ntah kerumah mertua atau kerumahnya. Badannya terasa lelah akibat satu harian ini berdiri.
Dipernikahaan itu seharusnya ia yang paling merasa bahagia karena telah melepas status kesendiriannya. Tapi semuanya berbanding terbalik. Ia tidak mengharapkan pernikahaan ini, tapi lagi-lagi orang tuanya yang sangat berharap akan pernikahaan ini. Aurel bisa melihat senyuman yang selalu terukir jelas diwajah kedua orang tuanya, ia ikut bahagia melihatnya meski hatinya tidak karena ada hal lain. Ntahlah sudah berapa lama Aurel berbaring memikirkan kedua orang tuanya, ia akhirnya terlelap tidur dikamar sendirian dimalam pertama mereka menikah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband Is Devil √ [SUDAH TERBIT]
RomancePerjodohan yang membawa seorang Aurel kedalam masalah yang tidak diinginkanya ini membuatnya harus rela bersabar demi perjanjian yang sudah ditanda tanganinya.