Selamat Membaca!
. . .Aurel baru melihat Ferel ketika malam harinya ketika melewatinya yang sedang bersantai menonton tv diruang tengah, pakaiannya pun masih seperti kemarin malam. Sepertinya Ferel sangat berantakan, terlihat dari wajahnya yang kusam dan kacau itu. Dan beberapa saat kemudian Aurel kembali lagi melihat Ferel yang sudah rapih turun dari arah tangga, yang rupanya akan menghampiri dirinya.
"Saya keluar dulu.." pamit Ferel.
Aurel mengerutkan dahinya. Ferel ingin pergi lagi? Dan tumben sekali Ferel pamit padanya. Ini suatu hal baru bagi Aurel.
"Bapak mau kerumah sakit lagi?" tanya Aurel mencoba menebak.
"Kamu tau dari mana?" heran Ferel.
"Itu nggak penting. Lebih baik sebelum bapak pergi makan dulu, nanti ikutan sakit. Kalau udah sakit, siapa yang mau jaga Bianca?" jelas Aurel memperingati.
Sedangkan didalam hati ingin rasanya Ferel tersenyum lebar, tapi ia tahan sebisa mungkin. Ntah perkataan Aurel itu membuat hatinya seketika menghangat.
"Saya sudah makan." jawab Ferel dengan wajah datarnya.
"Yaudah sana berangkat." ujar Aurel kembali lagi fokus pada televisi didepannya.
"Kamu ngusir saya?"
Aurel berdecak kesal mendengar pertanyaan itu. Bukannya Ferel ingin pergi? Dan Aurel hanya mengingatkan agar Ferel cepat kembali dan tidak berlama-lama disini.
"Kalau begitu saya pergi, baik-baik dirumah dan jangan terlalu mencari tau tentang saya." ucap Ferel sebelum akhirnya pergi meninggalkan Aurel yang menggerutu kesal.
Ferel pikir Aurel mencari tau kemana Ferel pergi menghilang satu harian ini? Cih, tanpa mencari taupun Aurel sudah diberi tau oleh sahabatnya.
ooOoo
Sudah tiga hari Bianca dirawat inap dirumah sakit ini. Dan selama itu juga Ferel merawatnya dengan baik. Sekarang, hari ini Bianca diperbolehkan pulang kerumah. Tentang kejadian Bianca yang tiba-tiba menghilang, itu sudah Bianca jelaskan pada Ferel. Dan dengan sangat bodohnya Ferel jelas percaya, apalagi ketika mendengar alasan Bianca jika dia pergi dengan lelaki itu. Kata Bianca lelaki itu hanyalah sepupu yang baru tiba dari London ketika ia pulang.
Sekarang mereka dalam perjalanan menuju salah satu restoran yang ada dijakarta karena Bianca yang meninginkannya dan Ferel harus menuruti kemauannya.
"Kamu nanti jangan pesen makanan yang pedes-pedes, oke?" pesan Ferel menoleh sebentar kearah Bianca yang tengah duduk dikursi samping pengemudi.
"Tapikan aku mau spageti yang pedes.."
"No, atau kita gaakan kesana." ancam Ferel.
"Jangan dong! Iyadeh aku ngalah.." kesal Bianca mengerucutkan bibirnya.
Ferel tersenyum tipis melihatnya. Tak barapa lama mereka sampai direstoran itu, Ferel dan Bianca langsung mengambil tempat duduk dan memesan makanannya. Seraya menunggu pesanan Ferel mengecek beberapa pekerjaan yang ada diponselnya.
"Ferel disini ada aku, simpen dulu dong pekerjaan kamu.." ujar Bianca merasa kesal dan teracuhkan.
Ferel mematikan ponselnya dan menyimpan diatas meja. Ia menatap Bianca sambil tersenyum kecil.
"Maaf.."
"Aku gasuka kamu lebih mentingin pekerjaan, aku baru pulang dan kita baru ketemu. Aku gamau kita berantem, kita udah tunangan Rel.. aku juga gamau kamu gamerhatiin aku kaya sekarang kalau kita udah menikah nantinya." jelas Bianca.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband Is Devil √ [SUDAH TERBIT]
RomancePerjodohan yang membawa seorang Aurel kedalam masalah yang tidak diinginkanya ini membuatnya harus rela bersabar demi perjanjian yang sudah ditanda tanganinya.