PART 9.

348K 13.2K 302
                                    

Selamat Membaca!
. . .

Sudah hampir satu minggu Aurel tak pernah melihat Ferel. Ucapan pak Asep memang benar. Ditambah ia baru mengetahui ternyata ada supir pribadi dirumah Ferel. Namanya pak imam, katanya beliau baru kembali dari kampung akibat istrinya yang sakit dan pak Imam harus menjaganya sampai sembuh. Oleh karena itu Aurel baru melihatnya.

"Terus anak bapak gapapa ditinggal sendiri kalau istri bapak belum terlalu sehat?" tanya Aurel menatap Pak imam yang sedang meminum kopi hitamnya itu.

"Awalnya saya sudah menolak non, tapi istri saya kekeh agar saya kembali kesini. Takut jika den Ferel marah kalau saya terlalu lama dikampung." jawab pak Imam yang hanya mendapat anggukan mengerti dari Aurel.

Sekarang Aurel sedang menikmati hari liburnya. Aurel sedang bersantai dihalaman belakang rumah Ferel yang ternyata sangat luas ini. Ada kolam ikan, beberapa tanaman dan berbagai bunga serta gazebo. Tapi Aurel lebih memilih menggulung tikar diatas rumput untuk menikmati sore yang teduh ini. Dia juga tidak sendiri, Aurel ditemani oleh Indah, Mbok Nani, pak Asep serta pak Imam. Memaksa mereka untuk berkumpul bersama. Awalnya mereka semua menolak karena tak enak hati jika melakukan itu dengan majikannya, terlebih lagi Aurel sekarang adalah istri Ferel. Tapi dengan berbagai alasan dan sedikit ancaman akhirnya mereka semua mau bergabung. Menikmati kopi serta teh hangat buatan mbok Nani dihari libur ini.

"Kalau pak Asep dari mana?" tanya Aurel yang kini berganti menatap pak Asep yang sedang memakan beberapa cemilan didepannya.

"Kalau bapak asli dari jakarta non.." jawan pak Asep.

"Terus pak Asep punya keluarga?" tanya Aurel lagi yang rupanya sangat penasaran dengan kehidupan pekerja dirumah Ferel itu.

"Istri bapak sudah meninggal non, bapak hanya hidup sendiri. Dikota ini bapak gapunya siapa-siapa. Untungnya ada den Ferel yang dulu nolongin bapak ketika bapak kecelakaan. Beliau membiayai rumah sakit bapak dan menyuruh seseorang merawat bapak hingga sembuh. Dan ketika bapak sembuh, dengan baik hati den Ferel menawarkan pekerjaan dirumahnya ini." jelas cerita singat pak Asep.

Aurel tidak menyangka. Dia kira Ferel adalah sosok yang kejam tak punya hati pada perempuan. Tapi rupanya Ferel sangat baik sekali pada orang-orang yang bekerja dirumahnya. Mau menampung dan menolong orang-orang yang sedang kesusahan seperti pak Asep. Ia tersenyum sendiri, hari ini Aurel merasa telah memiliki keluarga baru. Semuanya baik padanya, ia tak sungkan mendengar keluh kesah dari pekerja-pekerja Ferel itu. Rasanya liburan hari ini sangat berharga dan patut dikenang. Kapan lagi mereka akan mengobrol dan bertukar cerita seperti sekarang? Pikir Aurel.

Sedangkan pak Asep maupun pak Imam, mbok Nani serta Indah. Merasa sangat senang memiliki seorang majikan yang baik hati dan ramah kepada bawahannya. Mereka semua merasa seperti keluarga. Tidak malu untuk bergaul dengan para pembantu disini dan tentunya kehadiran Aurel membuat mereka nyaman sekaligus senang. Majikan barunya itu menganggap mereka sama, satu derajat. Tidak seperti kekasih tuan mudanya. Mereka juga mulai membanding-bandingkan mana yang baik untuk Ferel. Anatara Bianca atau Aurel. Mungkin Aurel menang lima poin diatas Bianca karena mendapat kenyamanan hati tersendiri dimata para pekerja Ferel.

"Kalau gitu kita sudahi acara piknik terpaksa ini bapak-bapak, ibu-ibu serta adek.. matahari sudah mulai terbenam sebaiknya kita semua para rakyat yang berguna bagi nusa dan bangsa membereskan tempat yang sudah dibuat berantakan itu agar kembali menjadi tempat yang bersih, aman, dan nyaman." ujar Aurel yang tiba-tiba berdiri lalu mengintrupsi dengan tangannya yang berpura-pura menjadi mikrofon agar semuanya terdengar.

Semua yang ada disana hanya tertawa kecil mendengar pidato singkat Aurel. Aurel majikannya itu bukan hanya ramah dan mudah bergaul, tapi juga sangat bawel dan banyak bertanya. Tapi mereka semua merasa nyaman dengan tingkah Aurel yang seperti itu.

ooOoo

Ferel baru sampai bandara Seokarno-Hatta tepat pukul 04:00 dini hari. Ia segera melesat menuju kekediamannya dengan supir pribadi yang sudah dikirimkan sang papah.

Ferel memijat pelipisnya karena sedikit pusing. Ia menyandarkan kepalanya kepada jok mobil itu. Pikirannya mulai menebak-nebak apa yang terjadi pada Bianca kekasihnya itu. Sampai sekarang Bianca tidak bisa dihubungi. Tak ada kabar apapun selama ia pergi. Sebenarnya sangat gampang jika ia ingin mengetahui bagaimana kabar kekasihnya itu. Ferel hanya tinggal menyuruh seseorang detektif kepercayaanya untuk menemukan kabar Bianca. Tapi semua itu tak Ferel lakukan. Ferel yakin dia sangat percaya kepada Bianca. Bianca juga melarang keras jika ia sampai membuntuti Bianca dengan orang suruhan, karena katanya jika Ferel melakukan itu berarti Ferel tak percaya padanya. Ferel mendesah pelan mengingat itu, kepercayaanya sedikit hilang saat ini.

"Kita sudah sampai tuan.."

"Terimakasih." ucap Ferel seraya turun dari dalam mobil dan memasuki area rumahnya itu.

Ia langsung disambut dengan senyuman oleh kedua orang yang bekerja dirumahnya itu. Yah pak Asep dan pak Imam yang rupanya sudah kembali.

"Bagaimana keadaan istri bapak?" tanya Ferel pada pak Imam.

"Sudah lebih baikan den," jawab pak Imam yang hanya diangguki oleh Ferel sebelum akhirnya memasuki rumahnya.

Jangan aneh jika panggilan pekerja dirumahnya dan dirumah orang tuanya berbeda. Ferel yang meminta sendiri agar tak dipanggil tuan kecuali Indah yang masih dibawah umurnya. Ia merasa panggilan itu terlalu tua dan akhirnya para pekerja dirumahnya memutuskan untuk memanggil dirinya den Ferel.

Ketika Ferel hendak menaiki tangga, matanya tak sengaja menatap pintu kamar Aurel. Batinnya mendorong Ferel untuk memasuki kamar Aurel. Tapi hatinya menolak mentah-mentah akan keinginannya itu. Namun baru beberapa langkah menaiki undukan tangga itu, ia kembali lagi menoleh kearah pintu kamar Aurel. Pikiran dan hatinya mulai tak sejalan. Dari pada dibuat mati penasaran Ferel lebih memilih memasuki kamar Aurel. Ntahlah iapun tak tahu keinginan konyol ini tumbuh dari mana.

Ketika membuka pintu kamar Aurel, hidung Ferel bisa mencium harum ruangan kamar Aurel yang berbau bunga sakura itu. Karna penerangan kamar Aurel yang tidak dimatikan, Ia juga bisa melihat Aurel yang sedang terlelap itu dari arah pintu. Baru satu langkah berjalan, ia langsung memundurkan kakinya. Untuk apa Ferel melihat wanita itu? Ia berdecak kesal dengan kelakuan bodohnya dan secepat mungkin Ferel menutup pintu kamar Aurel dengan hati-hati lalu kembali menuju kamarnya. Mengistirahatkan tubuhnya yang sudah sangat lelah.

- - - - - -

Tbc.
Jangan lupa vote dan komen.

My Husband Is Devil √ [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang