Sinar matahari menusuk mataku. Perlahan aku membuka mataku. Udara pagi yang segar menerpa dari sela jendela yang terbuka, berpadu dengan semerbak harum bunga melati. Aku menghirup udara dalam dalam yang segera memenuhi rongga dadaku. Aku arahkan tatapanku berkeliling ruang kamar. Sepi. Perlahan aku beranjak menyingkap selimut dan siap turun dari tempat tidur, ketika Rynaldi masuk ke kamar dengan keadaan yang sudah rapi dan wangi.
" Hai cinta..sudah bangun..lelah ya semalaman terganggu tidurnya karena tangisan Marizta?" Aku menggeleng tegas. Rynaldi tersenyum menghampiri.
" Tidurlah lagi jika masih ngantuk. Aku akan ke kantor sebentar. Ada titipan yang mau kau beli?" Aku menggeleng lagi. Saat ini Rynaldi sudah duduk dipinggir tempat tidur.
" Cantik..." Ucapnya sambil menyentuh pipiku. Aku mencium tangan yang menyentuh pipiku.
" Aku ke kantor sebentar sayang. Ada meeting penting dengan mitra kerja dari Cairo. Aku akan sesegera mungkin untuk pulang. Bersiaplah.."
" Bersiap...?"
" Yah..bersiaplah untuk bulan madu. Aku sudah memesan tiket perjalanan ke Thailand." Ucapnya ringan.
" Bulan madu..tapi Marizta?"
" Marizta akan ikut bersama para perawat." Aku memandangnya dan tersenyum.
" Berarti bukan bulan madu, tapi liburan." Rynaldi tergelak.
" Aku niatnya bulan madu, aku sudah menunggu selama hampir 4 bulan. Tapi aku yakin kau tidak akan mau pergi tanpa Marizta, jadi aku mengajak semuanya." Ucapnya sambil tangannya sibuk mengusap pipiku. Aku tersenyum menanggapinya.
" Baiklah..aku akan bersiap." Jawabku sambil beranjak dari tempat tidur yang langsung ditahan oleh Rynaldi. Dia memelukku begitu erat. Lalu mengurai pelukan dan melumat bibirku begitu lembut.
" Aku boleh meminta jatahku sekarangkan sebelum pergi bulan madu." Ucapnya didera gairah. Aku tersenyum.
" Meeting bisa menunggu." Ucapnya kemudian sebelum aku bertanya.
Dia sudah begitu bergairah. Aku juga tidak bisa menolaknya. Aku pun terbawa oleh semua hasrat yang selama ini tak kuhiraukan. Aku menikmati ciumannya, cumbuannya dan semua perlakuannya yang begitu memujaku.
Aku begitu menginginkannya. Aku begitu merasa terpuaskan. Deru napas kami saling berlomba menuntaskan hasrat. Peluh membasahi sekujur tubuh. Selesai penyatuan kami di pagi yang cerah ini, seolah menyatukan hati kami lebih erat. Cinta terasa begitu kuat diantara kami.
Rynaldi mengecupi puncak kepalaku dengan penuh rasa sayang.
" I love you ..." Bisiknya ditelingaku. Aku menatapnya dengan senyum.
" I love you too." Jawabku dengan penuh keyakinan.
" Jangan pernah pergi meninggalkanku sayang..." Ucapnya lirih. Tangannya lembut mengelus pipiku. Aku menangkap tangannya dan menahannya disana. Aku menggeleng pasti.
" Tidak akan pernah."
" Aku ke kantor sebentar ya. Oh iya sepulang bulan madu..eh liburan kita, kamu boleh melanjutkan sekolahmu." Ucapnya ringan sambil melirikku. Aku menatapnya tak yakin.
" Yaah ...kau boleh mengejar cita citamu, asal tidak menelantarkan kami." Lanjutnya meyakinkan.
Aku menghampirinya dan melingkarkan tanganku dilehernya, sedikit berjinjit aku mencium bibirnya." Tidak...aku tidak mau melanjutkannya. Asal kau tidak malu punya istri hanya lulusan high school."
Rynaldi terkekeh. Dia memelukku setelah mengecup bibirku.
" Aku tidak masalah. Aku hanya ingin kamu jadi istriku, ibu dari anak anakku. Aku hanya ingin kamu selalu tertawa bahagia."
Ciuman mendarat dibibirku. Aku membalasnya dengan segenap hatiku. Aku tidak butuh lagi mengejar cita cita itu. Cukup berada disini, mendampingi suamiku dan anakku. Mendapatkan limpahan kasih dan sayang dari Rynaldi. Aku memeluknya erat tanpa ragu dan malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Whisper of the Heart (Completed)
RomantikAmara Fritzi dilanda duka cita, ibunya meninggal dunia. Kini jiwanya terasa sepi, luka hatinya begitu dalam. Apalagi benih di rahimnya semakin besar. Beribu kali dia mengutuki kejadian di Villa Dheana, sahabatnya. Dimana Dia bertemu Rynaldi Albrecth...