Setiap hari minggu Dheana pun datang berkunjung. Kadang kadang bersama Bart, jika lelaki itu tidak sedang keluar kota. Terkadang Rynaldi juga sengaja menjemputnya karena apabila Dheana ada didekatku dia bisa ikut ngobrol dan melihat kecerianku. Walaupun Rynaldi sendiri tidak pernah aku ajak bicara.
" Kata Rynaldi kau tidak pernah mau diajaknya bicara." Dheana berkata disaat kami makan siang bersama dan Rynaldi harus pergi karena ada meeting mendadak.
" Apa yang mesti aku bicarakan dengannya?" Tanyaku kesal.
" Apa saja..supaya pikirannya tidak terlalu tegang."
" Masa bodoh.... Apa peduliku."
" Kapan kau akan memaafkannya?"
" Dari dulu aku sudah memaafkannya." Ujarku mantap. Dheana agak terperangah mendengar ucapanku.
" Really...are you serious?"
" Why not.."
" Aduuh..pasti dia suka kalau mendengar..."
" Aku sudah mengatakan padanya, bahwa aku sudah memaafkannya." Tegasku. Dheana menatapku penasaran. Aku mengangguk menjawab itu.
" Tapi mengapa hubungan kalian tidak berubah."
" Tidak akan ada yang berubah diantara kami. Aku hanya menerima titipan saja. Setelah bayi ini lahir aku akan menyerahkannya. Hubungan ini akan berakhir. Hubunganku dengan dia dan juga bayinya. Aku akan menganggap mereka tidak ada." Ucapku dengan nada sedikit sedih.
Entahlah kenapa dengan perasaan ini.
Ada rasa tidak nyaman ketika aku mengatakannya. Beberapa waktu belakangan ini aku mulai sering memikirkan keadaan ini. Mulai sering bertanya tanya seperti siapa nanti wajah bayi ini. Apalagi seluruh perhatian Rynaldi yang tanpa cela. Dia selalu tahu apa yang aku suka dan aku butuhkan. Walaupun aku selalu menolak kehadirannya tapi aku juga mulai selalu menginginkan perhatiannya. Aku terkadang ingin menjerit dengan situasi ini. Situasi yang membuatku tidak merasa nyaman dan ada sedikit rasa takut. Takut rasa ini menjadi lebih dalam dan jadi ....cinta......oh no...no way... Aku menggelengkan kepalaku tanpa sadar." Kenapa Ara..ada apa?" Dheana terlihat khawatir. Aku menatapnya lalu segera mengulas senyum.
" Hanya sedikit kram dengan perutku. Tapi tidak apa apa. Tenang saja nanti juga hilang." Kataku cepat. Dheana malahan menghampiriku bertepatan dengan kedatangan Rynaldi.
" Kenapa...ada apa dengan Mara, Dhean...?" Suaranya terdengar khawatir.
" Perutnya kram." Jawab Dheana cepat.
Aku menggeleng tapi Rynaldi sudah keburu menggendongku menuju kamar. Setelah membaringkan aku di tempat tidur, dia bergegas keluar dan kembali dengan perawat.
" Segera periksa, aku tidak mau terjadi apa pun dengan istri dan bayiku." Ucapnya datar. Aura Bossy begitu kentara membuat perawat itu dengan sigap memeriksaku.
" Keadaan kram ini sudah biasa untuk wanita hamil. Istirahatlah....usahakan untuk tenang. Berbaringlah dengan rileks." Ucap Nycta, perawat yang selalu mendampingiku setiap hari. Aku mengangguk tanda mengerti. Rynaldi mengulas senyum lega dan Dheana ikut tersenyum lega. Lalu beranjak menghampiriku. Ciuman sayang mendarat dikedua pipiku.
" Aku harus pulang. Aku ada janji dengan Bart sore ini. Tidak usah mengantarku, brother. Jagalah istrimu dan bayi kalian." Ucapnya sambil melambaikan tangan dan berjalan keluar kamar.
Setelah kepergian Dheana suasana jadi hening. Tidak ada satu pun yang memulai untuk memecah keheningan itu. Sampai rasa kram itu kembali menyerang dan aku meringis sambil mengelus perutku.
" Kenapa lagi sayang...kram lagi..ya Allah..tenang...rileks..sayang..tarik napas..okay.." ucapnya lembut sambil tangannya mengusap perutku dengan gerakan yang sangat lembut.
Entahlah..perlahan rasa kram itu mereda dan berganti rasa nyaman yang tiada terkira. Aku begitu menikmati sentuhan tangannya. Gila..ini gila..kenapa aku jadi begitu menginginkannya atau bayi ini memang menginginkan perhatian dari ayahnya. Aku pasrah dengan keadaan ini. Aku membiarkan saja tangannya terus mengelus perutku hingga tanpa sadar aku merasa kantuk menyerangku dan aku jatuh tertidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Whisper of the Heart (Completed)
RomansaAmara Fritzi dilanda duka cita, ibunya meninggal dunia. Kini jiwanya terasa sepi, luka hatinya begitu dalam. Apalagi benih di rahimnya semakin besar. Beribu kali dia mengutuki kejadian di Villa Dheana, sahabatnya. Dimana Dia bertemu Rynaldi Albrecth...