Kami masih bertatapan. Mata itu menyiratkan rindu yang dapat kutangkap dengan jelas. Posisi kami masih saling memeluk, sampai suara berat itu menyadarkan kami.
" Baby..are you okay. Terima kasih sudah menyelamatkan istriku. "
Tangan Rynaldi mengambil alihku. Dia mendekapku erat.
" Baby..kau baik baik saja kan. Bagaimana keadaan bayi kita. Aku rasa dia sedikit terkejut." Ocehnya. Aku menatapnya kesal.
" Terima kasih sekali lagi. Aku Rynaldi suami wanita yang anda tolong tadi."
Rynaldi kembali bersuara, kali ini dengan uluran tangan yang disambut oleh Brian. Matanya penatapku penuh tanya. Aku membuang tatapanku yang sialnya malahan bertemu dengan mata hazel dengan rambut kemerahan. Wanita yang tadi sedang bersama Rynaldi.
" Ada apa darling.?"
Suaranya lembut dan manja. Dia menatap aku dan Rynaldi bergantian. Rynaldi mengulas senyum. Aku kesal berada dalam situasi ini. Aku beralih menatap Brian yang masih menatapku seolah meminta penjelasan. Aku beralih menatap sekelilingku yang ramai.
Tiba tiba aku merasa pusing. Kepalaku seolah berputar putar. Ya Allah..aku merasakan pandanganku mengabur, lalu gelap...
Aku terbangun dan sudah berada dikamarku, diatas tempat tidurku yang nyaman. Aku menatap berkeliling tidak ada siapapun disana. Aku tidak tahu siapa yang membawaku pulang. Mungkin Rynaldi...ahh..tidak mungkin. Dia tadi sedang bertemu wanita cantik berambut kemerahan. Mungkin sopirku dan Helda. Yah..pasti mereka, atau..Brian..yah..dimana Brian..aku tadi belum menjelaskan apapun. Aku tidak tahu harus bicara apa padanya. Karena setelah kejadian malam sialan itu aku tidak pernah lagi menemuinya. Aku selalu menghindarinya. Aku tahu Brian pasti kecewa. Dan tadi..apakah dia melihat keadaanku dengan perut buncit ini. Apalagi Rynaldi dengan tegas mengatakan bahwa aku ini istrinya.
Eeeerrrggh...sialan...dasar Rynaldi bajingan..aku merasa begitu kesal. Air mata mengalir tanpa bisa kutahan. Dia mengatakan aku istrinya pada Brian, sementara wanita berambut kemerahan itu tidak tahu siapa aku, bahkan dengan enteng memanggil Rynaldi dengan sebutan darling. Brengsek....
Ckrekk...
Pintu terbuka Rynaldi berjalan kearahku dengan senyum.
" Kau sudah baikan sayang. Jangan pernah pergi sendirian lagi. Kau bisa meminta siapa pun untuk membelikan barang yang kau mau. Bahkan kau bisa memintaku."
Tangannya mengusap perutku perlahan. Kegiatan ini yang belakangan terkadang kurindukan karena membuatku nyaman. Aku menarik napas perlahan sambil menutup mataku.
" Kau tadi belum kukenalkan pada Charlotte." Ucapnya tanpa beban. Aku memiringkan wajahku untuk menatapnya.
" Tunanganmu." Ucapku lirih.
" Mantan tunanganku. Tunangan pura puraku. Aku tidak mencintainya."
" Aku tidak peduli."
" Tentu kau peduli sayang. Aku melihat kilatan cemburu tadi di matamu. "
" What..oh no...shit..in your dream jerk."
" Jangan mengumpat sayang. Kau sedang hamil tidak baik untuk bayi kita." Aku menyeringai kesal.
" Bayimu..bukan bayiku..setelah lahir kau bisa membawanya dan mungkin bisa menikah dengan Charlotte dan menjadikan dia ibunya." Suaraku serikit meninggi.
" Serius..mengapa nadamu terdengar kesal karena cemburu sayang.."
" Aku tidak cemburu..aku benci kau..aku benci bayi ini..aku.."
Rynaldi melumat bibirku lembut. Aku teringat malam itu, dia juga melumat bibirku..tapi tidak selembut ini..tidak..malam itu dia melumat bibirku dengan kasar tapi aku tidak menolaknya. Yah..aku baru sadar..malam itu dia awalnya melumat bibirku dengan kasar tapi aku seolah menikmatinya. Menikmati ciuman pertamaku yang kemudian berlanjut dan terjadilah sesuatu yang tak kuinginkan.
Lalu aku berkata itu adalah perkosaan...perkosaan..aku mulai ragu kini..apakah aku diperkosa. Malam itu pun aku menikmati ciuman itu..cumbuan itu..seperti saat ini..Rynaldi terus menciumiku..melumat lembut bibirku..beralih menciumi leherku..dan..ya Allah... .tidak..jangan lagi... Aku mendorong Rynaldi tapi aku tidak sekuat tenaganya. Lalu aku pasrah..aku tidak melawan lagi..tidak melawan dengan sekuat tenaga...seperti malam itu kurasa..
KAMU SEDANG MEMBACA
Whisper of the Heart (Completed)
RomanceAmara Fritzi dilanda duka cita, ibunya meninggal dunia. Kini jiwanya terasa sepi, luka hatinya begitu dalam. Apalagi benih di rahimnya semakin besar. Beribu kali dia mengutuki kejadian di Villa Dheana, sahabatnya. Dimana Dia bertemu Rynaldi Albrecth...