second

4.6K 278 0
                                    

Hanya Dheana yang tahu aku berada ditempat ini. Sampai saat ini pesanku belum dibalas, bahkan belum dibaca. Mungkin Dia sibuk dengan Test yang sedang dijalaninya. Berpuluh puluh kilometer jauhnya tempat ini dari rumahku dan juga apartment Dheana. Aku yakin tidak akan yang ada menyusulku.

Aku mendengar suara orang mengetuk pintu. Kemudian terdengar langkah kaki tergesa gesa menghampiri pintu.

" Mencari siapa?" Terdengar suara Dokter agak gugup.

" Aku datang bersama majikanku. Betul ini rumah Dokter Chiara?"

" Benar. Ada apa?"

" Sebentar saya katakan kepada majikan saya untuk segera menemui Dokter."

" Silahkan..."

Aku sudah ketakutan setengah mati. Aku pikir ada orang yang akan menggagalkan niatku. Ternyata hanya sopir yang mengantar majikannya.

" Silahkan masuk tuan."

Hah..tamunya laki laki, mungkin dia mengantar pacarnya. Setia sekali. Aku tersenyum sendiri.

" Terima kasih."

Aku merasa denyut jantungku demikian cepat. Itu suara Rynaldi. Untuk apa dia datang kesini. Menyusulku atau mengantar jalangnya. Lucu sekali jika begitu, disini berkumpul wanita wanita yang menjadi korbannya. Tapi aku yakin bukan korban kekejian sepertiku. Mungkin Dia korban rayuan gombalnya. Untung mobilku dititip cukup jauh. Sehingga Dia tidak akan tahu aku ada disini. Aku akan sembunyi dulu disini sampai dia pulang.

Aku tidak mendengar suara wanita lain. Apakah Rynaldi datang hanya berdua dengan sopirnya. Gawat!!! Dia pasti menyusulku.

" Ada perlu apa Tuan datang kesini?"

" Dokter tidak usah kaget dengan kedatanganku. Aku menyusul istriku ke sini. Amara namanya. Dia berangkat tadi pagi dari rumah. Apa masih ada disini?"

Aku melotot kesal mendengar pengakuannya. Ingin sekali meninju mulutnya yang mengakui aku sebagai istrinya. Dasar tidak tahu malu. Kenapa dia tidak bilang aku korban kekejiannya. Dasar pemerkosa sialan...!!!

"Apakah benar Tuan suaminya?"

" Benar..aku suaminya. Aku sudah melarangnya untuk menggugurkan kandungannya, tapi dia bersikeras untuk mewujudkan cita citanya dulu. Aku sangat menginginkan bayi itu."

" Ya Ampun....mengapa dia tidak menceritakan yang sebenarnya. Hampir saja aku melakukan kesalahan."

" Jadi ....jadi Dokter belum melakukannya?"

" Belum Tuan."

" Syukurlah..ya Tuhan.."

" Untung Tuan cepat datang. Aku melihat dia juga ragu dan ketakutan. Dia terus bertanya tentang bayi dalam kandungannya. Dia bahkan menangis begitu kalut."

Aduuuh ....Dokter itu menceritakan semua yang kukatakan.

" Sepertinya dia ragu dan sebenarnya dia menyayangi dan menginginkan bayi itu." Suara Rynaldi sekarang terdengar begitu sombong. Ciiih...aku kesal sekali.

" Saya pikir juga begitu."

" Dokter lihatkan. Istriku begitu cantik sekali, apalagi dalam keadaan hamil. Aku begitu mencintainya."
What...cinta..what the hell...!!!

" Ya..istri Tuan sangat cantik. "

" Aku menginginkan bayi itu. Amat sangat. Bahkan aku sudah mempersiapkan nama dan segala sesuatu untuk menyambut kelahirannya. Aku berharap bayi itu perempuan, yang pasti akan secantik ibunya."  Gombalannya membuatku mual.

Hoek...hoek..hoek...tanpa mampu menahan rasa mual yang meronta aku memuntahkannya. Cairan bening berwarna kekuningan menggenangi lantai kamar.

Dokter Chiara dan Rynaldi memasuki kamar dengan tergesa.

" Maaf Dokter..ya Tuhan..aku muntah disini." Sesalku. Aku menunduk malu.

" Tidak apa apa, nanti biar perawat membersihkannya." Jawabnya lembut. Sementara Rynaldi menyangga tubuhku yang terasa melemah.

" Untuk apa kau datang ke sini dan mencampuri urusanku." Ketusku.

Rynaldi malahan tersenyum dan mengusap puncak kepalaku. Aku menepisnya. Kepalaku pusing. Sangat pusing. Aku makin melemah. Gelap seakan menyelimuti dan sebelum semuanya terasa hilang aku mendengar suara cemas Rynaldi.

" Demi Tuhan Amara....Amara..."

Whisper of the Heart (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang