sixth

3.7K 237 3
                                    

Di rumah baru ini aku tinggal dengan pelayan yang berjumlah empat orang. Kataku kebanyakan, tapi kata Rynaldi segitu masih kurang. Bulan depan akan ditambah seorang perawat yang harus tidur dekat kamarku. Padahal empat orang saja sudah berlebihan. Mau kerja apa mereka. Belum lagi satu orang sopir yang akan mengantar jemputku setiap kali aku akan pergi.

Setiap hari Rynaldi datang pura pura menyibukkan diri membenahi setiap ruangan dan mempercantik halaman rumah. Dia pergi ke toko untuk membeli perabot rumah tangga, mengganti tirai, membeli beberapa set tempat tidur, meja, kursi dan piano. Dia tahu aku suka bermain piano.

Dari pagi hingga senja dia akan sibuk membantu pekerja pekerja yang datang untuk mempercantik rumah. Mengganti cat setiap ruangan dan membawa permadani serta lampu lampu antik. Lalu akan bertanya pada papa yang mana cocok untuk setiap ruangan. Dia tidak pernah bertanya padaku, karena dia tahu aku pasti tidak akan menanggapi semua pertanyaannya.

Suatu hari dia membawa sebuah lukisan sangat besar. Lukisan pemandangan sebuah pantai yang sangat indah.

" Dimana sebaiknya lukisan ini ditempatkan?"

" Terserah saja." Jawabku ketus.

Dia sepertinya kecewa sehingga berhari hari lukisan itu dibiarkan saja tak tersentuh. Aku sebenarnya menyukai lukisan itu, akhirnya tanpa sepengetahuannya aku meminta seorang tukang untuk menempatkannya diruang tengah, disamping piano. Aku sering memandangi lukisan itu ketika Rynaldi tidak ada. Terkadang sambil bermain piano.

Suatu hari Rynaldi memergokiku sedang memandang lukisan itu. Padahal aku tidak mau dia tahu aku menyukai barang bawaan yang sebenarnya hampir semua barang bawaannya sesuai dengan seleraku.

" Pantai Indah itu bernama Railay.
Railay Beach merupakan pantai yang berada di provinsi Krabi, Thailand Selatan. Krabi merupakan daerah paling diincar oleh para wisatawan, karena Krabi ini memiliki pantai yang sangat indah, salah satunya adalah Railay Beach dan di sekitarnya terdapat sekitar hampir 200 pulau kecil di lepas pantainya. Sebelum menuju beberapa pantai yang lebih memanjakan mata, kamu harus menikmati indahnya Railay Beach ini." Katanya menjelaskan sambil mendekatiku.

" Aku tidak bertanya." Suaraku ketus.

" Barangkali saja ingin tahu."

Dia tersenyum. Mungkin hatinya merasa senang melihatku mengagumi lukisan yang dia bawa. Aku heran kok ada sih laki laki kayak begini. Didiamkan, dimarahi, disindir ga pernah marah.

" Pernah pergi kesana?"

" Belum." Jawabku pendek.

" Sayang sekali kau sedang hamil, kalau tidak aku bisa mengajakmu kesana."

" Kalau mau aku bisa pergi dengan papa."

" Yaah..tapi tidak sekarang. Kau sedang hamil muda."

" Aku tidak bermaksud pergi, aku bilang kalau mau.." nadaku mulai tidak enak didengar. Tapi Rynaldi tetap tenang menatapku.

" I'll take you there someday baby. " Ucapnya santai. Aku mendengus.

Setiap kali aku berkata dengan nada tak enak dan ketus Rynaldi selalu membalasnya dengan lembut. Dia tidak pernah sedikitpun marah atau tersinggung. Dia selalu sabar menghadapi semua kekesalan dan kemarahanku. Dia selalu memperlakukanku seperti memperlakukan orang yang begitu dihormati dan dipujanya. Terkadang aku tidak suka dengan sikapnya yang berlebihan itu atau juga terkadang merasa menginginkan ketika sehari saja dia tidak datang ke rumah ini. Tapi tidak....aku tidak mau luluh dengan semua perhatiannya itu. Aku tidak akan pernah membalas cintanya.

" Hey....kau sudah memakai baju hamil. Kau terlihat cantik sekali baby." Ucapnya takjub ketika suatu hari dia datang, aku sedang duduk di depan TV dan memakai baju hamil. Sebenarnya aku tidak ingin memakainya tapi semua baju baju yang kubawa sudah tidak muat kupakai. Tentu saja saat itu aku mendesis kesal, tapi dengan lancang dia berjongkok di depanku dan menciumi perutku yang mulai terlihat membuncit. Ada kenyaman yang kurasa dengan perlakuannya dan aku berusaha untuk mengenyahkannya.

Whisper of the Heart (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang