nineteenth

3.4K 202 2
                                    

Kepulanganku disambut pesta yang meriah. Rynaldi terlihat begitu memanjakanku. Dia menghambur hamburkan uang untuk acara ini. Begitu banyak orang yang hadir menyambut kepulangan kami. Aku melihat papa yang begitu bahagia. Dheana dan Bart yang dengan ceria menyambut tamu tamu. Aku sendiri merasakan kebahagiaan, sebahagia Rynaldi yang tanpa sejengkal pun menjauh dari sisiku.

Banyak doa dan pujian untuk Marizta Angelica Albrecth, putri cantik kami.
Suasana rumah besar kami kembali sepi setelah tamu tamu pulang. Papa masuk ke kamarnya di lantai dua. Sementara Dheana dan Bart langsung pulang juga karena besok harus bekerja.

" Lelah ya sayangku?" Suara Rynaldi begitu lembut ditelingaku. Aku menatapnya. Riak riak bahagia terpancar jelas dari manik biru cerahnya. Aku menggelang sambil tersenyum manja. Rynaldi mengecup keningku penuh kasih.

" Terima kasih." Ucapku tulus.

" Terima kasih, untuk apa my dear?"

" Untuk semua yang sudah kau lakukan. Untuk cinta dan kesabaran yang kau berikan. Untuk...."

" Untuk wanita yang paling kucinta, aku akan melakukan apa pun. Untuk wanita yang paling kusayang, aku akan melakukan dengan sepenuh hati. Untuk wanita yang menjadi cinta pertama dan terakhirku, aku akan memberikan seluruh dunia kehadapannya." Ucapnya tulus. Aku tergelak. Dia menatapku dengan mata biru bagusnya membulat.

" Tidak usah gombal." Ucapku ringan.

" Aku tidak gombal, aku serius. Kamu tidak memercayaiku..." Dia meraihku ke dalam pelukannya. Aku mengangguk sambil membalas pelukannya.

" Aku percaya." Ucapku sambil menatap manik birunya. Satu kecupan dibibir aku terima.

" Terima kasih." Ucapnya kemudian.
Aku merebahkan diri di tempat tidurku yang nyaman. Rynaldi menyusulku dan merebahkan dirinya disebelahku. Dia menempatkan kepalaku di tangannya. Mengecupi puncak kepalaku. Rasa nyaman aku rasakan. Kupejamkan mataku untuk menikmatinya.

" I love you my wife..." Ucapnya lembut. Aku memiringkan wajahku, sedikit mendongak untuk menatap matanya. Aku menemukan mata itu menatapku begitu teduh.

" I love you my husband.." ucapku kemudian.

" Always love you.." lirihnya.

Aku merasakan kebahagian memelukku erat. Mengisi setiap rongga dadaku, mengeliat masuk ke pembuluh darahku. Memenuhi seluruh jiwa dan ragaku. Aku tidak lagi merasakan amarah apalagi dendam. Semua menguap begitu saja, bersama pancaran kasih cinta yang selalu tersirat dalam setiap gerak tubuh Rynaldi. Dia begitu memujaku dan selalu menatapku penuh cinta.

Aku mengatur posisi tidurku, berusaha mencari tempat ternyaman.
Aku mencari bibirnya yang kemudian tanpa ragu dan malu aku menyecapnya, melumatnya dan merasakan manis cinta yang tersirat disana. Sedikit terkejut Rynaldi membalas dengan seluruh rasa yang dia punya. Aku seolah meluruh dengan ciuman Rynaldi yang begitu berhasrat. Sejenak dia memberikan aku ruang untuk bernafas. Sebelum dia melanjutkan kembali mencari bibirku untuk dipuaskan. Aku mendesah tak tertahan. Dia memisahkan pagutan kami. Aku seakan kehilangan. Ada senyum terulas dibibir yang tadi begitu penuh hasrat melumat bibirku.

" That's enough...belum boleh lebih ya." Katanya sambil menyeringai. Aku meringis. Aku memeluknya, dia membalasnya sepenuh hati.

" Terima kasih untuk balasan cintanya." Kecupan mendarat di kening. Aku mengangguk perlahan.

" Terima kasih untuk cinta terindah selama ini...."

" Sejak dulu sampai tak terbatas waktu."

Kami saling memandang. Saling bertukar kata cinta yang tersirat tanpa suara.

" I love you, Ry..."

" I love you more, sweetheart."

Malam ini kami tidur berpeluk rasa yang begitu penuh cinta. Ketulusan dan besarnya cinta Rynaldi mampu meluruhkan rasa benci dan dendam. Aku malahan bersyukur Rynaldi melakukan kesalahan itu, bisikan hatiku seolah membenarkan kesalahannya. Aku terlelap dengan senyum mengukir tulus. Terima kasih Ry...gumamku...

Whisper of the Heart (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang