fourth

4.2K 258 7
                                    

Akhirnya aku dan Rynaldi membuat kesepakatan, setelah aku tidak berhasil untuk melaksanakan pengguguran kandunganku tempo hari. Aku mengambil keputusan untuk membiarkan bayi ini lahir dengan sewajarnya. Syarat untuk segera menikah pun dilaksanakan Rynaldi dengan mudah. Koneksi serta uang yang dimilikinya membuatnya tidak merasa kesulitan melaksanakan pernikahan itu dengan hanya dipersiapkan dalam kurun waktu dua hari saja.

Pernikahan itu hanya dihadiri keluarga terdekat saja. Karena aku pun tidak mau semua orang tahu pernikahanku ini. Lalu berikutnya syarat keluar dari kota ini pun segera terwujud. Dia sudah mempersiapkan sebuah rumah di kota yang lumayan jauh dari tempat tinggalku. Aku memang bermaksud mengasingkan diri selama kehamilanku.

Papa membawaku melihat rumah yang akan kutempati selama kehamilanku. Dheana tidak bisa ikut menemani karena ada acara dengan keluarga Bart, kekasihnya.

" Siapa yang membeli rumah ini papa?" Begitu yang kutanyakan ketika sedang mengagumi rumah besar itu.

" Rynaldi.." jawab papa hati hati.

" Kenapa harus dia pa?"

" Dia yang pertama menemukan rumah ini. Tidak apa kan..karena kau pun tidak akan lama tinggal disini."

" Yah..tidak akan lama."

Rumah besar itu bentuknya seperti rumah rumah jaman dulu. Begitu asri dengan halaman luas yang ditumbuhi berbagai macam tanaman bunga. Ada juga bunga krisan ungu. Bunga yang paling kusukai. Ada juga bunga melati yang tumbuh disudut pekarangan. Bunganya begitu banyak sehingga wanginya memenuhi pekarangan. Aku memunguti beberapa bunga melati yang jatuh.

" Kau senang bunga seperti ini. Bunga melati?" Tiba tiba Rynaldi ada disebelahku, berkata sambil mengikutiku memunguti bunga bunga yang berserakan ditanah.

" Tadinya pohon melati ini akan kutebang, tapi kalau kau menyenangi bunganya akan kubiarkan saja."

" Amara sering membeli bunga itu." Sela papa.

" Bunga ini begitu wangi pa..aku dan mama menyukai wanginya. Walaupun aku juga sangat menyukai krisan ungu itu." Kataku pada papa. Rynaldi tersenyum dan segera memanggil salah seorang yang sedang membereskan rumah.

" Ambillah bunga bunga melati itu. Kalau bisa tanam lebih banyak dan juga bunga krisan ungu itu."

Rynaldi akan memberikan apa saja yang asalkan aku mau menerimanya. Selamanya dia ingin menyenangkan hatiku, walaupun aku kerap kali mengacuhkannya. Aku beranjak menuju ruangan dalam bersama papa, sementara Rynaldi masih menunggui orang yang sedang mengambil bunga melati.

Aku meneliti setiap ruangan, lantai bawah dan juga lantai atas. Benar benar tak berlebihan bila dikatakan sempurna. Kamarnya besar dan lapang. Di lantai bawah di kamar yang katanya untukku ada kamar yang terhubung dengan pintu didalam kamarku. Itu bisa dipakai untuk kamar bayi. Aah..aku tidak terlalu peduli, karena bayi ini kelak tidak akan kumiliki. Aku akan memberikannya pada Rynaldi begitu dia lahir.

" Kau suka rumahnya?" Suara itu mengusik keasikanku meneliti setiap sudut rumah megah ini. Aku menatapnya sekilas lalu mengangguk dengan rasa canggung. Rynaldi tersenyum.

" Aku membeli rumah ini atas namamu." Lanjutnya. Aku meliriknya sekilas.

" Aku tidak mau menerima barang apapun darimu."

" Yaah..aku tahu itu. Tapi aku seolah melihat kau menginginkan rumah ini dan jika itu benar, aku sudah membeli rumah ini atas namamu. Jadi kau tidak usah lagi memintanya padaku." Ucapnya datar. Dia melihatku dengan senyum yang menampakkan wajah keterkejutanku.

Sialan kau Ry...aku benci laki laki ini. Aku merutukinya dalam hati.

Whisper of the Heart (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang