Twenty Seventh

6.1K 180 13
                                    

20 years later...

Desahan napas lolos dengan sempurna dari bibirku yang dilumat dengan rakus oleh suamiku. Suami yang diusianya menginjak 48 tahun tapi masih terlihat gagah dan tampan. Aku selalu merasakan jatuh cinta yang berulang ulang padanya. Dipernikahan kami yang memasuki angka 20 tahun, dia masih tetap sama. Tetap memperhatikan, mencintai dan menyayangiku. Tidak ada yang berubah.

Eeerrghh...lenguhan itu terdengar begitu menggoda ditelingaku dan selalu menghadirkan getaran yang sama didadaku. Kenikmatan dan kepuasaan setelah bercumbu dan penyatuan kami pun masih begitu terasa.

Tok..tok..tok..

Ketukan dipintu membuat kami terkesiap. Rynaldi terkekeh lalu mencium pipiku.

" Bukalah..tapi jangan lupa pakai dulu pakaiannya." Ucapnya santai sambil melangkah ke arah kamar mandi.

Aku segera mencari pakaian yang teronggok disisi tempat tidur.

" Mom...Mommy...masih tidur ya..Mommy..yuhuu..."

" Yah..sebentar sayang."

" Ada apa sayang.." tanyaku setelah mendapati raut wajah gadis cantik berusia 19 tahun berdiri diambang pintu dengan wajah cemberut.

" Oh my gosh..mommy ko belum siap..katanya kita akan pergi pagi pagi ke rumah Collega Daddy yang baru pindah itu. Mana..aduuh..mommy..keterlauan deh..ini ko pakai bajunya terbalik sih. Aduh ga tahu umur ya..pagi pagi malahan sempet sempetnya..."

Ceracau gadis cantikku sambil berbalik badan dan melangkah keluar dari kamarku. Aku tertawa sendiri dan membuat Rynaldi yang baru keluar dari kamar mandi bengong menatapku.

" kenapa.."

" Anak gadismu tuh.."

Aku melenggang masuk ke kamar mandi melewati Rynaldi. Aku kembali tertawa. Anak gadisku sudah besar, gumamku.

Siang ini kami sekeluarga mengunjungi rumah keluarga Harold Berg, Collega Rynaldi yang baru pindah. Harold sebenarnya teman kuliah Rynaldi dulu. Kami disambut dengan sangat baik sekali. Dan ternyata istri dari Harorld itu mempunyai nama yang hampir sama denganku, Ameera Berg. Dia cantik dan sangat ramah.

" Kenalkan ini anak anakku, Marizta yang paling besar, si kembar Adhitya dan Athreya serta si bungsu Miesha." Ucap Rynaldi setelah lebih dulu tadi memperkenalkanku, yang langsung dibalas oleh istri Harold dengan menyebutkan namanya yang hampir mirip denganku itu.

Sementara itu dari lantai dua turun dua orang yang berjalan beriringan.

" Nah..itu anak anakku. Eugene si sulung dan Georgina yang bungsu." Ucap Ameera dengan suara yang begitu lembut.

Kami dua orang ibu tertawa penuh makna ketika Eugene yang aku kira usianya 2 atau 3 tahun diatas Marizta, menatap anak gadisku tanpa kedip. Sementara Marizta sendiri yang selama ini begitu dingin kepada lawan jenisnya, menatap malu malu dengan pipi merona ke arah pemuda berwajah tampan dihadapannya. Tangan mereka masih saling berjabat.

" Terpana ya.." celetukan Harold membuat kami tertawa.

Sementara Marizta dan Eugene saling memalingkan wajahnya. Setelah dengan cepat menarik jabatan tangannya.

" Aku ke atas dulu." Suara berat Eugene mengintrupsi tawa kami.

" Tidak Gene...duduk..kita akan makan siang." Cegah suara lembut milik Ameera.

Anak lelaki berambut pirang itu dengan malas duduk disebelah Marizta. Aku melirik gadisku yang pipinya memerah dan jadi salah tingkah.

" Jangan salah tingkah gitu ka.." bisikku. Marizta melotot ke arahku.

" Sepertinya kita akan berbesan Ry.." ucap Harold yang diangguki oleh Rynaldi.

" Dengan senang hati Har.." jawabnya sambil terkekeh.

Setelah acara makan siang itu keluarga kami semakin sering bertemu dan membuat acara bersama. Aku melihat Marizta pun semakin dekat dengan Eugene. Bahkan mereka sudah berani untuk pergi berdua. Aku dan Ameera sepertinya harus segera membahas acara pernikahan. Aku tak pernah putus bersyukur atas semua yang kudapatkan. Terima kasih ya Allah...

* untuk tokoh Harold dan Ameera bisa baca " mother in law "

* untuk Marizta dan Eugene nanti aku buat ceritanya ya...

Whisper of the Heart (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang