Sore ini Aku melenggang cantik dijajaran ruko dekat komplek perumahan. Aku ditemani ART untuk berbelanja kebutuhan dapur.
Sepulang dari liburan dua bulan lalu
Aku betul betul tidak mengikuti saran suamiku untuk melanjutkan sekolah. Aku hanya menyibukkan diri dengan merawat suami dan anakku. Memasak makanan kesukaan suamiku dan sesekali hang out bersama Dheana, jika dia tidak sibuk dengan pekerjaan dan kuliahnya. Atau seperti sore ini, berbelanja ditemani ART." Nyonya apalagi yang akan kita beli.." tanya Runi sopan.
ART nya itu begitu menyayangiku yang katanya ramah dan selalu memperhatikan dengan baik semua ART, perawat dan juga Baby sitterku. Aku menjadi Nyonya yang baik yang begitu disayangi dan dikagumi mereka semua. Mungkin karena pembawaanku yang tidak sombong dan selalu penuh kasih itu yang membuat mereka betah terus melayaniku.
" Nyonya..nyonya..ada apa.." tanya Runi khawatir dengan perubahan wajah Nyonyanya yang terlihat cemas. Dia mengikuti arah pandanganku dan menemukan pria yang memandangiku dengan tatapan mata yang begitu tajam.
" Ayo kita pulang." Ucapku pelan.
Sambil membalikkan badan berusaha menghindari tatapan pria yang berjalan dengan cepat ke arah kami. Tapi terlambat..pria itu sudah ada dihadapanku dan mencengram tanganku erat.
" Ara...." desisnya dengan suara yang begitu menyeramkan ditelingaku.
Mata pria itu menyimpan luka yang dalam. Kekecewaan terbayang di wajahnya yang terlihat menahan amarah. Aku berusaha menepis tangannya, tapi cengkramannya begitu erat.
" Brian.." lirihku.
" Ara...aku merindukanmu. Ayo ikut denganku."
Sebelum aku sempat menjawab, pria itu sudah menarikku dengan keras untuk menjajari langkahnya yang tergesa.
" ya Allah..Nyonya..." teriak Runi yang tadi sempat terpaku melihat kejadian yang tak terduga.
" Lepas..brengsek..Lepaaas.." jeritku sehingga menarik perhatian orang orang disekitarku.
Brian segera membuka pintu mobil yang terparkir tidak jauh dari tadi dia menarikku. Mendorongku dengan kasar dan segera ikut masuk.
" Jalan.." ucapnya tegas pada sopir yang langsung menjalankan mobil.
Aku berusaha untuk keluar tapi Brian memelukku erat. Air mata sudah membasahi kedua pipiku.
" Lepaskan aku.." pintaku dengan tanpa henti memberontak dari pelukan Brian.
" Diam.." bentak Brian.
Aku merasa takut. Aku menatap wajah Brian yang terlihat marah. Rahangnya mengeras. Matanya menatap tajam penuh kebencian.
" Diam Ara...aku hancur karenamu. Aku tidak bisa hidup tanpa kamu." Ucapnya sedikit melembut dengan sebelah tangan yang mengusap pipiku dan sebelahnya lagi memegang kedua tanganku.
Aku memalingkan muka dan berusaha melihat keluar ke arah mana mobil berjalan. Tangan besar itu mencengram daguku dan memaksa wajahku untuk melihat ke arahnya.
" Cantik..tatap aku. Aku tidak akan pernah melepaskanmu lagi. Kamu milikku." Ucapnya penuh penekanan.
Bibirnya hendak mencium bibirku tapi hanya mendarat dipipiku karena aku memalingkan wajah. Air mata terus membanjiri pipiku. Aku menggeleng gelengkan wajahku. Ya Allah..tolong aku, batinku.
" Jangan..aku sudah punya suami dan anak. Tolong turunkan aku, aku harus pulang. Kasian anakku." Ucapku disela isakan.
" Dia merebutmu dariku dengan cara licik Ara dan aku akan merebutmu kembali. Kau milikku Ara. Hanya milikku."
Aku terisak lebih keras tapi tak sedikit pun membuat Brian tersentuh. Brian malahan terkekeh. Dia menyeringai. Mengerikan.
" Jangan menangis sayang. Aku akan membuatmu bahagia." Mata itu menatap tajam.
" Tolong Brian..jangan seperti ini. Aku minta maaf atas semua yang terjadi, tolonglah mengerti.." Aku menatapnya penuh permohonan.
" Mengerti...." ucapnya ketus.
" Lalu apakah kau mengerti perasaanku Ara..." tanyanya dengan mata berkilat marah. Ada luka yang terlihat jelas dimatanya. Aku tergagap menatapnya.
" Aku terluka Ara..Aku kecewa.." ucapnya seperti rengekan. Brian terisak. Aku termangu menatap pria di hadapannya.
" Kamu sakit Brian.." desisku
KAMU SEDANG MEMBACA
Whisper of the Heart (Completed)
RomanceAmara Fritzi dilanda duka cita, ibunya meninggal dunia. Kini jiwanya terasa sepi, luka hatinya begitu dalam. Apalagi benih di rahimnya semakin besar. Beribu kali dia mengutuki kejadian di Villa Dheana, sahabatnya. Dimana Dia bertemu Rynaldi Albrecth...