5. Bukan Cowok Keren

81 12 0
                                    

Lano duduk sendirian di bangku taman belakang sekolah. Taman yang jarang sekali orang datang,Lano memanfaatkan kondisi sepi ini untuk,merokok. Ya,Lano adalah seorang perokok. Jarang sekali orang yang mengetahui fakta ini,hanya Vano yang mengetahui bahwa adiknya perokok. Vano tidak tahu sejak kapan kebiasaan itu muncul.

Vano sudah sering mengingatkan Lano tentang kebiasaan buruknya itu. Tak segan pula Vano mengancam,akan memberitahu kedua orang tuanya. Namun,tetap saja segala upaya yang dilakukan Vano tidak mempan. Vano hanya memberi Lano pesan,jangan sering-sering,itu saja.

Lano merokok kali ini karena ia sedang suntuk dan bosan,juga bingung. Lano tahu tentang gosip yang beredar soal gadis bernama El. Lano tidak peduli apa yang dihadapi El. Lano sudah biasa menjadi bahan pembicaraan banyak orang.

Sedari tadi Lano tidak melihat keberadaan El. Lano juga tidak ingin tahu. Tapi sebagian dari diri Lano merasa khawatir akan keberadaan El,bagaimanapun juga penyebab dari segala hal yang menimpa El adalah dirinya.

Bodo amat lah ucap Lano didalam hati.

Ia pun menselonjorkan kakinya di bangku taman,dan mengistirahatkan dirinya. Tidur di taman bukanlah hal yang buruk. Namun,ada tempat lagi yang lebih nyaman untuk tidur. Lano pun beranjak dari taman menuju tempat lain.

🌜🌜🌜

El sangat malas kembali ke kelas,ia masih di rooftop bersama dengan Vano. Diselimuti keheningan,tidak ada satupun yang memulai obrolan. El yang memang sedang tidak mood untuk berbicara dengan siapapun. Vano yang juga tidak bisa membuat obrolan hanya diam,dan ikut menikmati pemandangan yang juga dilihat oleh El.

"Lo bawa earphone,nggak?" tanya El kemudian.

Suara El yang lemah,membuat Vano tersadarkan dari lamunannya. Vano merogoh saku celananya,dan mengambil earphone yang memang selalu dibawanya kemana-mana. Dan menyerahkannya kepada El.

El menerima,dan menyambungkan earphone itu di handphone miliknya. El memasang earphone di telinga sebelah kanannya. El menyodorkan earphone sebelah kiri kepada Vano. Vano menolaknya.

"Lo aja" jawab Vano.

El pun memasang earphone di telinga kirinya. Namun,setelah itu Vano berdiri dari duduknya. El yang menyadari pergerakan Vano pun menatap Vano.

"Mau kemana?" tanya El,ada sedikit rasa kecewa saat melihat Vano akan beranjak.

"Kelas. Gakpapa?"

"Ya gakpapa sih,yaudah sana. Nggak ada yang ngelarang lo kok" Jawab El yang dibalas Vano anggukan kecil. Vano pun berbalik dan bergegas untuk kembali ke kelasnya,walaupun ini sudah terlambat. Vano dapat memakai alasan apa saja.

"Tunggu Van" tiba-tiba saja El sudah berada di belakang Vano saat Vano berbalik. Vano menaikan satu alisnya,berniat bertanya 'ada apa?'

"Kalau lo lagi sama Lano,bilangin ke dia. Jangan ganggu gue lagi"

Baru saja Vano akan membuka mulutnya. Suara seseorang tiba-tiba menyela pembicaraan diantara Vano dan El.

"Gakbisa" ucap seseorang itu. Tentu saja Vano mengenal suara itu. Siapa lagi jika bukan Lano.

El melihat seseorang dibalik punggung Vano. Lano disana,entah darimana ia tahu. Apa hanya kebetulan? Atau sengaja? Atau kebetulan yang disengaja?

MatteoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang