20. The Day

25 3 1
                                    

Maaf kalau ada typo hehe
Happy reading

Setelah mengisi perutnya yang entah kenapa menjadi kosong padahal pagi tadi El sudah sarapan di apartemen Lano. El pun tersenyum ke arah Adrian yang senantiasa mengelus punggungnya, El dapat melihat kecemasan disana.

"Aku udah gakpapa kok Yan" Ucap El setelah dirasa cukup baikan.

"kamu belum sarapan?" tanya Adrian.

El menggeleng "udah kok, gatau kenapa, rasanya perutku kayak kekocok gitu" ucap El agar Adrian berhenti mengkhawatirkannya.

Adrian pun tersenyum. "Yaudah kita naik yang santai-santai aja gimana?"

El mengangguk antusias "gimana kalau kita naik bianglala?" usul El yang langsung disetujui oleh Adrian.

Adrian pun langsung menggenggam tangan El. Sedangkan tangan yang satunya berniat mengambil kresek sampah bekas makanan yang tadi dibeli.

Setelah Adrian membeli dua tiket untuk dia dan El, Adrian langsung menghampiri El dan menyerahkan satu tiketnya. "Yuk!"

Lagi lagi Adrian menarik tangan El untuk masuk kedalam genggamannya. El merasa hari ini adalah hari dimana Adrian terus mengenggam tangan mungil miliknya. El benar benar bahagia, perasaan yang ia pendam satu tahun ini rasanya tidak sia-sia.

Mereka berdua pun menaiki salah satu bianglala berwarna biru muda. El langsung duduk disana dan mengarahkan pandannya ke luar. Walaupun kota ini sangat padat, namun kalau dilihat dari atas sini sangatlah lenggang dan nyaman. Kota dimana El dilahirkan.

Senyum El merekah memandang kota kelahirannya dari atas. Adrian memandang ketulusan di balik senyuman manis El itu,Adrian takut jika apa yang direncanakan selama ini gagal. Namun, Adrian tidak tega melihat gadis yang dilihatnya itu.

"El" panggil Adrian tiba-tiba. El pun langsung menoleh.

"hm?" respon El.

Adrian menghela nafasnya dalam-dalam. Ia sudah merencanakan ini sedsri lama, dan Adrian rasa ini adalah saat yang tepat.

Adrian memasang senyum termanisnya, ia menatap mata El dalam-dalam. Membuat orang yang ditatap itu salah tingkah sendiri. El sangat bahagia jika seseorang yang disukainya menatap matanya seperti ini, El pun tidak membuang kesempatan, ia turut menatap mata Adrian yang sangat teduh itu.

Namun, suara ponsel El membuat momen itu buyar seketika. El pun mengambil handphonenya dan menatap bersalah ke arah Adrian, karena telah menghancurkan momen yang diciptakan Adrian.

"Maaf ya Adrian aku angkat telpon dulu"

El mengernyit saat melihat sebuah nomor tidak dikenal disana.

"siapa El?" tanya Adrian

"ini nggaktau, pasti gakpenting deh. Aku matiin aja lah" karena tidak ingin seseorang mengganggu momen specialnya dengan Adrian El pun memutuskan untuk mematikan handphonenya. Setelah El mematikan handphonenya, giliran handphone Adrian yang berdering menandakan telepon masuk.

Adrian pun mengeluarkan handphonenya dan melihat nama 'alvangsat' disana, alias kakak El. Tanpa sepengetahuan El, Adrian langsung mematikan handphonenya juga.

"siapa Yan?" giliran El bertanya.

Adrian menggeleng "Bukan siapa-siapa, nomor gak dikenal juga"

"Aku nggaksuka ngangkat nomor orang gak dikenal" alibinya. El akhirnya hanya mengangguk "Oh yaudah, emang serem sih ngangkat telpon orang gak dikenal gitu aku juga nggak suka"

MatteoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang