4. Bad Day

80 11 1
                                    

"Lihat grup angkatan sekarang! Buruan!!!" Ucap Azkia sambil menggebrak-gebrak meja di depannya.

"Apaan sih emang" Indira membuka applikasi chat dan membuka grup yang berisi ratusan anak SMA Pelita Harapan. Indira membacanya dengan seksama,dan mulai menggulir layarnya semakin kebawah-semakin kebawah,dan mata Indira pun semakin melotot.

"Apa-Apaan nih!" Ucap Indira terkejut bukan main.

El yang penasaran pun merebut handphone milik Indira,dan mulai membacanya "Ada apa sih emangnya?" tanya El pada dirinya sendiri.

El pun mulai melihat apa yang membuat teman-temannya begitu terkejut. Dan hal itu juga menimpa El,El juga terkejut.

"Apaan nih! Siapa yang ngefoto ini?" Tanya El panik. El tahu pasti saat ini banyak sekali anak yang sedang membicarakannya.

"Ini beneran lo,El?" tanya Azkia ke arah El. Tatapan El kosong,ia tidak mau jadi bahan pembicaraan siapapun. Lagian itu bukanlah kemauan El.

Di foto itu nampak jelas wajah El yang sedang ditarik tangannya oleh Lano. Dan saat itu El sedang akan naik motor Adrian. Dengan begitu pasti banyak sekali yang menyimpulkan bahwa,El cewek ganjen yang mencari perhatian dua lelaki idaman semua gadis SMA Pelita Harapan.

Dan tak berhenti disitu,ada juga foto yang menampakan El masuk ke dalam mobil yang disana juga ada Vano. Pasti sekarang banyak yang mengira El juga sedang mencari perhatian kepada Vano. Kenapa harus El yang terlibat masalah ini?

"Kenapa gue sihhh??" El terduduk lemas di bangkunya dan menelungkupkan wajahnya di lipatan tangannya. El tidak menangis,El hanya malu jika ia akan dibicarakan banyak orang mulai sekarang. Tentu saja mereka tidak membicarakan hal yang baik.

"El? Lo nggakpapa?" Indira menyentuh pundak El. El pun mengangkat kepalanya malas.

"Gimana nih? Kenapa harus gue sih?!" El sebal sendiri.

"Gue harus gimana?" tanya El kepada kedua temannya. Kedua temannya pun ikut berpikir keras,untuk membantu temannya. El menjambak rambutnya sendiri
"ish! Tau ah,bodo amat deh"

"Handphone lo gimana?" tanya Indira. Azkia yang tidak tahu pun meminta penjelasan kepada Indira.

"Handphone El itu dibawa sama Lano,gara-gara kemarin El ngancem Lano mau telpon polisi. Ya gitu deh" Ucap Indira menjelaskan. El masih diam di bangkunya mencoba melupakan apa yang telah menimpanya.

El juga berfikir apa yang akan ia hadapi setelah ini. Saat ia melangkahkan kakinya keluar kelas,menghadapi beberapa pasang mata yang menatapnya dengan ganas. El harus mempersiapkan diri. Itu saja.

Tak lama setelah itu guru Bahasa Indonesia datang. El pun mencoba fokus terhadap pelajaran,bagaimanapun caranya ia harus melupakan masalahnya,untuk sementara.

🌜🌜🌜

Bel istirahat pun tiba,biasanya El sangat menunggu saat-saat ini. Namun,hari ini ia malas untuk ke kantin. Melangkahkan kakinya keluar kelas pun ia begitu malas.

"Gue ke perpus aja" Ucap El,walaupun hari ini adalah hari Rabu,bukan waktunya ia piket. Namun,lebih baik El disana daripada harus ke kantin. Masa iya El harus ke UKS,ini bukan jadwalnya jaga. Pasti disana sudah ada seseorang yang jaga.

"Yakin ke perpus? Sendirian?" tanya Indira. El mengangguk lesu. Azkia pun menyodorkan earphone miliknya,ke arah El "Nih,siapa tahu butuh" Ucap Azkia. El pun menerimanya dengan senang hati.

"Thanks Ki,gue emang pengen banget dengerin musik" El merogoh sakunya,berniat mengambil ponselnya,nihil. Wajah El kembali meredup "Gue gak ada handphone"

MatteoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang