Adrian mematikan mesin mobilnya saat telah sampai di depan rumah milik El. El pun melepas seatbelt nya dan mengambil tas nya yang ada di jok belakang.
"Makasih banget ya Adrian,lo hari ini super baik sama gue" Ucap El dengan pipi merona.
Adrian menggenggam tangannya tiba-tiba,El pun sedikit tersentak bagai disengat aliran listrik ber juta volt. El pun menunduk,melihat tangannya yang digenggam oleh Adrian.
"Gue seneng kalau lo juga seneng" ucapnya yang membuat El semakin merona.
Saat Adrian melepas genggaman tangannya,El merasakan sesuatu tergenggam di tangannya. El pun membuka kepalan tangannya,sebuah kalung.
"Yan? Ini apa?" Tanya El sedikit bingung.
"Kalung buat lo" ucap Adrian
"Ya ampun Yan,lo udah beliin gue baju,beliin gue sepatu,dan sekarang,ini terlalu berlebihan Yan" ucap El sambil menyodorkan kembali kalung yang indah itu.
Adrian mendorongnya kembali "Udah,lo simpen aja" ucap Adrian.
El pun semakin tidak enak untuk menolak,akhirnya El menerima nya. "Makasih banget ya,sumpah gue gaktau harus bales gimana sama lo" ucap El dengan nada sungkan.
"Lo gakperlu bales apa apa" ucap Adrian "Udah malem nih,buruan masuk gih,kakak lo pasti udah nunggu" imbuh Adrian sambil menunjuk rumah El menggunakan dagunya.
"Iya,yaudah gue balik dulu ya" Ucap El yang kemudian membuka pintu mobil.
Sebelum membuka pintu mobil El tersenyum sebentar ke arah Adrian dan El mendapatkan senyuman termanis Adrian.
El memutuskan berjalan masuk dengan telanjang kaki. Tumitnya sakit karena terlalu lama memakai sepatu heels tersebut,memang El nya saja yang tidak bisa menggunakan sepatu itu.
El berjalan dengan pipi merah,masih membayangkan betapa manisnya sikap Adrian kepadanya.
Apa dia suka ya sama gue? Batin El kegirangan.
El mengetuk pintu rumahnya,namun tidak ada jawaban. El pun memutuskan mengambil kunci duplikat yang tersimpan dibawah karpet. El membuka pintu rumahnya.
Sepi. Tidak ada siapapun di dalamnya. Kedua orang tuanya sedang keluar kota. El pun meneriaki nama Kakaknya,namun juga tidak ada balasan. El kemudian berjalan ke arah kamarnya.
Di depan pintu kanarnya,terdapat sticky note berwarna kuning tertempel di pintu kamarnya.
Kakak pergi,ada acara. Mungkin pulang malam. Nggak usah ditungguin,kalau laper beli makanan aja,ada uang di dekat remot TV.
Take care
El mengernyit,tulisannya sangat asing. Ini bukanlah tulisan tangan Kak Alvaro,dan kak Alvaro tidak punya sticky note warna kuning. Dan Kak Alvaro tidak pernah menaruh uang di dekat remot TV.
Aneh.
Namun,El tidak mau memikirkannya lebih jauh lagi. Yang penting Kakaknya sudah mengabari dirinya. El pun memutuskan mengirim pesan ke kakaknya.
Stella
Udah El baca suratnya
Kakak hati-hati ya pulangnya🌜🌜🌜
Setelah ditinggal oleh El,Lano hanya duduk di sofa dan menonton televisi tanpa minat. Dan berkali-kali membuka kulkas,siapa tahu ada sesuatu yang dapat dimakan. Hingga hampir pukul sebelas malam,Lano tetap memandang televisi dengan tatapan bosan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Matteo
Teen FictionDont forget to follow me first ya Elvano dan Elano si kembar pujaan SMA Pelita Harapan. Selalu dikelilingi oleh wanita-wanita,tapi tidak ada satupun yang dapat menarik hati mereka. Mereka pastilah sangat populer,siapa yang tidak mengenal kedua gunun...